Sukses

Proyek Satelit HBS Disetop, Satgas BAKTI Kominfo Ungkap Alasannya

BAKTI Kominfo mengungkapkan alasan di balik penghentian proyek Hot Backup Satellite atau satelit HBS.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengumumkan penghentian kontrak Proyek Hot Backup Satellite (HBS) lebih awal.

HBS sendiri adalah proyek yang dirancang untuk dapat beroperasi sebelum atau paling lambat bersamaan dengan SATRIA-1. Satelit ini akan berfungsi sebagai satelit cadangan, apabila SATRIA-1 mengalami anomali saat meluncur.

"Hal ini ditujukan sebagai mitigasi atas risiko apabila terjadi gagal luncur dan sekaligus menyediakan kapasitas cadangan sebelum Proyek SATRIA 1 beroperasi secara optimal," kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) BAKTI Kominfo Sarwoto Atmosutarno.

Selanjutnya, anggaran untuk satelit HBS akan direalokasikan untuk perluasan dan peningkatan akses dan konektivitas digital nasional.

"Satgas BAKTI Kominfo telah mengkaji usulan dan menyetujui pengakhiran lebih awal Kontrak HBS," kata Sarwoto.

"Setelah mempertimbangkan aspek urgensi, anggaran, kemajuan kontrak, dan risiko operasional SATRIA 1 yang telah meluncur dengan sukses," ia menambahkan usai rapat koordinasi rutin Satgas BAKTI Kominfo di Jakarta, Kamis lalu.

Menurut Sarwoto, seperti mengutip siaran pers, Senin (23/10/2023), usulan ini merupakan bagian dari pemanfaatan keterbatasan sumber daya finansial, dalam menuntaskan target inklusi digital nasional.

Selain itu, pertimbangan juga didasari upaya manajemen BAKTI Kominfo, dalam melakukan mitigasi risiko, atas kebutuhan layanan internet di lokasi layanan publik, serta mengkoordinasikan pengakhiran ini dengan Konsorsium Nusantara Jaya (KNJ).

"Satuan Tugas BAKTI Kominfo telah menerima dan memberi rekomendasi terkait governance, risk, and compliance atas pengakhiran kontrak hot backup satellite yang disampaikan oleh Direktur Utama BAKTI Kominfo," ucap Sarwoto.

2 dari 4 halaman

Fokus ke Satelit SATRIA-1

Ia melanjutkan, BAKTI Kominfo juga mempedomani aspek tidak adanya kerugian negara, yang timbul akibat dihentikannya kontrak proyek HBS ini.

Dia merinci, total nilai proyek HBS adalah Rp 5,2 triliun, dengan pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah senilai Rp 3,5 Triliun, ditambah cost of money, akan dikembalikan oleh KNJ.

Satelit SATRIA-1 di sisi lain berhasil diluncurkan pada 18 Juni 2023 yang lalu dari Florida, Amerika Serikat, dan akan beroperasi pada awal 2024. Kominfo menyebut, satelit itu sekarang tengah dalam perjalanan menuju orbit di 146 Bujur Timur.

Sarwoto pun menilai bahwa BAKTI Kominfo kini perlu fokus pada pemanfaatan satelit tersebut secara optimal.

"Kita harus fokus kepada SATRIA-1 yang akan banyak menyita energi dan tidak boleh gagal dalam pelaksanaannya," dia menegaskan.

"Kita akan sangat sibuk sekali dengan bagaimana memanfaatkannya secara optimal, baik untuk kapasitas space segment ataupun ground segment. Jangan sampai kita tidak fokus," Sarwoto memungkaskan.

3 dari 4 halaman

Peluncuran Satelit SATRIA-1

Satelit Satria-1 diluncurkan dengan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX. Meski kini sudah berhasil mengudara, satelit tersebut tidak bisa langsung beroperasi.

Saat ini, satelit akan melakukan tahap electric orbit raising yang membutuhkan waktu sekitar 145 hari. Setelahnya, satelit ini akan melakukan serangkaian uji coba sebelum akhirnya bisa menghadirkan layanan yang optimal.

Direncanakan, satelit ini akan beroperasi pada minggu keempat Desember 2023 atau awal 2024. Perlu diketahui, produksi satelit Satria-1 oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis Thales Alenia Space telah dimulai sejak September 2020 hingga Mei 2023.

Satria 1 memiliki kapasitas 150Gbps dan mengorbit di slot 146 derajat BT yang berada di atas Papua. Satelit ini diperkuat dengan 116 Spot Beam, sehingga layanan internetnya dapat menjangkau seluruh Indonesia, terutama wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

 

4 dari 4 halaman

Tujuan Diluncurkannya SATRIA-1

Perlu diketahui, satelit Satria-1 merupakan satelit multifungsi yang terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. Proyek satelit ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU. 

Peluncuran dilakukan dalam rangka pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik di seluruh Indonesia.

Nantinya, akses internet yang disediakan oleh satelit Satria-1 akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di lokasi layanan publik yang belum memiliki akses, atau kualitas internetnya belum memadai.

(Dio/Isk)