Liputan6.com, Jakarta - Ekspor kratom hingga saat ini masih menuai polemik. Meski Kementerian Perdagangan tidak melarang, tapi BNN baru-baru ini memiliki wacana untuk memasukkanya dalam kategori narkotika golongan I. Untuk itu, penelitian soal daun ini masih terus dilakukan.Â
Lantas, sebenarnya apa itu kratom? Mengutip informasi dari situs resmi BNN, Senin (23/10/2023), daun kratom merupakan pohon asli Indonesia yang tumbuh di sekitar hutan Kalimantan.
Baca Juga
Daun kratom termasuk dalam kelas tumbuhan Rubiaceae dan masih berada dalam satu keluarga tanaman kopi. Daun ini dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai tanaman herbal yang dimanfaatkan untuk mengatasi batuk, diabetes, hingga pereda rasa sakit.
Advertisement
Sementara dalam penggunaan dosis yang lebih tinggi, daun ini disebut mampu memberi efek sedetif atau menenangkan. Untuk itu, daun ini sebenarnya banyak digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi medis secara tradisional.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, khasiat daun kratom salah satunya bisa digunakan untuk obat herbal seperti obat stimulan. Sebagai informasi, obat stimulan merupakan obat untuk merangsang energi dan kewaspadaan.
Lalu berdasarkan studi dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat), kratom diketahui juga mengandung sifat opioid atu pereda rasa nyeri. Daun ini disebut mengandung lebih dari 20 alkaloid yang bermanfaat untuk meredakan rasa sakit.
Dijelaskan lebih lanjut, kandungan mitragynine dalam daun ini berfungsi sebagai agonis resepto kappa-opioid yang disebut mampu memiliki efek 13 kali lebih kuat dari morfin. Namun, penggunaannya dalam dunia media masih diteliti.
Â
Efek Samping Pemakaian Daun Kratom
Tidak hanya itu, daun kratom juga berperan sebagai antiinflamasi serta relaksasi bagi otot. Bahkan, daun ini juga disebut mampu menghentikan gejala kecanduan dari heroin, morfin, serta obat opioid lain yang sebelumnya dikonsumsi.
Meski ada beberapa manfaat, sejumlah penelitian juga menyebut daun ini memiliki efek samping. CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) melaporkan terjadi 28 infeksi salmonella terkait penggunaan daun kratom di 20 negara bagian pada 2018.
Dilaporkan, kasus ini terjadi pada mereka yang mengonsumsi kratom dalam bentuk bubuk, teh, atau pil. Lalu, kandungan mitragynine dalam daun ini bisa memberikan efek kecanduan bila dikonsumsi dalam dosis tinggi.
Efek yang ditimbulkan adalah mual, berkeringat, mual, tremor, sulit tidur, delusi, halusinasi, dan kecanduan. Selain itu, beberapa efek samping lain adalah dugaan bisa memperburuk gejala gangguan mental, dan berbahaya pada penggunaan di ibu hamil dan menyusui.
Advertisement
HomeBisnis Zulkifli Hasan Dukung Ekspor Kratom, Petani Makmur dan Tambah Devisa
Untuk diketahui, pada Juli 2023, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan merestui ekspor kratom. Hal tersebut ia sampaikan saat menerima kunjungan petani kratom yang tergabung Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri), delegasi Amerika Serikat (AS), serta asosiasi kratom AS, pada Selasa 25 Juli 2023.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari US-Indonesia Kratom Trade and Health Summit 2023, serta untuk membahas tindakan pemerintah Indonesia terkait kratom.
Sebagai informasi, kratom kini menjadi makanan pokok di Kalimantan Barat. Selain itu, Kalimantan Barat merupakan salah satu pemasok kratom terbesar dari Indonesia ke AS.
Selain bermanfaat bagi kesehatan dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kalimantan Barat, kratom merupakan tumbuhan yang mengandung karbon yang sangat bermanfaat sebagai paru-paru dunia.
Namun baru-baru ini, produsen kratom telah menyatakan "gamang" setelah Badan Narkoba Nasional (BNN) menyatakannya sebagai kecanduan dan meminta umpan balik publik.
"Kita ekspor kratom, penggunaanya banyak manfaatnya di negara pengimpor. Saya setuju untuk ekspor. Penggunaannya terserah negara lain. Kalau di dalam negeri tidak boleh oke, tapi ekspor, untuk bikin obat-obatan, itu juga baik untuk medis. Terserah mereka. Kita dapat Dollar-nya, menambah devisa negara, serta tanaman kratom ini adalah tanaman karbon. Petani makmur, bisa sekolah, bisa sejahtera. Nanti saya cari caranya," kata Zulkifli Hasan, Rabu, (26/7/2023).
Sementara itu, Ibrahim, Ketua Appuri, mengatakan, saat ini permintaan kratom di Amerika Serikat sangat besar.
"Tiap tahun permintaanya terus bertambah. Saat ini saja permintaannya sekitar 4.000 sampai 5.000 ton per bulan," kata Ibrahim, petani keratom asal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Sisi Positif Kratom
Seolah mendukung tindakan Zulkifli Hasan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan pihak-pihak yang terkena dampak agar tidak terburu-buru dengan isu kratom.
Moeldoko berpendapat bahwa kratom memiliki sisi positif, terlepas dari pendapat berbagai pihak bahwa kratom termasuk golongan obat I berjenis narkotika.
"Kratom itu pohon yang punya sisi positif. Jangan kita berpikir simple. Kita cari solusi terbaik buat masyarakat. Kalau tidak mau pusing, ya jangan jadi pejabat," kata Moeldoko dalam FGD terkait kebijakan komoditas kratom, di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Moeldoko mendukung percepatan penelitian tanaman kratom yang saat ini dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) karena potensinya bernilai ekonomi tinggi.
Menurutnya, potensi ekonomi tanaman kratom belum terealisasi karena stigma negatif sebagai zat adiktif. Moeldoko mengatakan kratom merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan AS.
"Indonesia salah satu negara penghasil kratom, dan konsumsi publik Amerika terhadap kratom sangat tinggi. Kita ingin supply and demand ini tidak ada hambatan," tuturnya menutup.
(Dam)
Advertisement