Liputan6.com, Jakarta - Pengadilan antitrust Google mengungkapkan perusahaan teknologi tersebut membayar total USD 26,3 miliar (sekitar Rp 418,4 triliun) pada 2021 untuk mempertahankan statusnya sebagai mesin pencari bawaan di ponsel dan berbagai browser.
Mengutip Gizmodo, Selasa (31/10/2023), wakil presiden senior dan kepala pencarian Google Prabhakar Raghavan mengungkapkan jumlah yang sangat besar dalam kesaksiannya.
Baca Juga
Menurut laporan ini juga, mesin pencari raksasa asal Amerika Serikat ini juga membayar perusahaan seperti Apple.
Advertisement
Raghavan mengklaim bahwa Amazon adalah salah satu dari dua pesaing Google yang paling tangguh dan mengatakan bahwa perusahaan ini tetap mengungguli Google dan mesin pencari lainnya karena terus meningkatkan penelitian dan pengembangannya.
Raghavan mengklaim bahwa Google tetap menjadi mesin pencari teratas karena kualitas dan kemudahan penggunaannya. Ia kemudian menambahkan, pengguna dapat beralih ke mesin pencari lain di browser mereka jika mau, dan Google tidak melarang sama sekali.
"Seperti yang selalu saya ingatkan kepada tim saya, tidak ada orang yang bangun setiap pagi dan berkata bahwa saya harus menjalankan pencarian di Google," ujar Raghavan kepada The Times.
Namun, dalam salinan email internal yang telah disunting dan dirilis pada Jumat (27/10/2023), wakil presiden Android Platform Partnerships Jim Kolotouros menjelaskan bahwa Chrome lahir untuk memenuhi Google Search.
Sehingga, apabila mesin pencari Google tidak menjadi default karena settingan pengguna, pengguna Chrome akan turun hingga angka nol.
Sebelumnya, terdapat laporan kalau Google membayar Apple sekitar USD 18 miliar di 2021 untuk mempertahankan Chrome sebagai default di Mac, iPad, dan iPhone.
Laporan tersebut memperkirakan pembayaran Google menyumbang 14 hingga 16 persen dari keuntungan operasional tahunan Apple.
"Google menginvestasikan miliaran dolar untuk menjadi mesin pencari default, karena mereka tahu bahwa orang-orang tidak akan mengubahnya, dan hal ini penting" kata pengacara DOJ Kenneth Dintzer kepada Mehta, dilaporkan CNBC.
Apple Tolak DuckDuckGo Sebagai Mesin Pencari Default di Safari
Sebelumnya, Apple dikabarkan sedang berunding dengan DuckDuckGo untuk menggantikan Google sebagai mesin pencari default untuk mode privat di browser Safari Apple, tetapi akhirnya ide tersebut ditolak.
Kabar ini dilaporkan oleh Bloomberg, sebagaimana dikutip Senin (9/10/2023) dan terungkap melalui transkrip yang dibuka oleh Hakim Distrik Amerika Serikat (AS) Amit Mehta. Transkrip ini merupakan bagian dari persidangan antimonopoli pemerintah AS terhadap Google.
CEO DuckDuckGo, Gabriel Weinberg, memberikan kesaksian bahwa mereka mengadakan sekitar 20 pertemuan dan panggilan telepon dengan eksekutif Apple, termasuk Head of Safari, pada 2018 dan 2019.
Tujuannya agar DuckDuckGo menjadi mesin pencari default untuk mode penelusuran privat di Safari. Dalam mode privat tersebut, Safari tidak melacak riwayat kunjungan pengguna atau menyimpan data mengenai situs web yang dikunjungi.
Meskipun perbincangan intensif terjadi, Apple akhirnya menolak untuk menggantikan Google dengan DuckDuckGo sebagai mesin pencari default.
Ini mencerminkan tantangan dan pertimbangan yang muncul dalam upaya Apple untuk mempertahankan keseimbangan antara privasi pengguna dan kemitraan strategis di ekosistem teknologi yang terus berkembang.
Kesaksian Weinberg memberikan wawasan yang menarik tentang dinamika di balik layar dalam industri teknologi yang kompetitif.
"Kami membicarakannya, saya pikir mereka akan meluncurkannya," kata Weinberg, mencatat bahwa Apple telah mengintegrasikan beberapa teknologi privasi DuckDuckGo lainnya ke dalam Safari.
"Beberapa kali kami telah mengintegrasikannya sampai ke garis akhir. Sungguh, hampir semua yang telah kami ajukan kecuali pencarian,” ia mengimbuhi.
Advertisement
Mengadopsi DuckDuckGo Mungkin Ide yang Buruk
Namun, menurut John Giannandrea, yang menjadi kepala pencarian Apple pada tahun 2018, Apple tidak pernah benar-benar mempertimbangkan untuk beralih ke DuckDuckGo.
Dalam sebuah email kepada eksekutif Apple pada Februari 2019, Giannandrea menyatakan bahwa mengadopsi DuckDuckGo sebagai mesin pencari default untuk penelusuran pribadi di Safari mungkin merupakan ide yang buruk.
Menurut kesaksian Giannandrea, keputusan ini dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait privasi. Ia menyatakan bahwa pemilihan DuckDuckGo didasarkan pada asumsi bahwa penggunaan mesin pencari tersebut akan lebih privat.
Namun, karena DuckDuckGo bergantung pada Bing untuk informasi pencarian, Giannandrea merasa yakin bahwa ada kemungkinan informasi pengguna akan berakhir di tangan Microsoft.
Ini membuatnya skeptis terhadap klaim privasi DuckDuckGo dan ia merasa bahwa pemasaran DuckDuckGo tentang privasi tidak sepenuhnya sesuai dengan rincian teknisnya.
Pandangan Giannandrea memberikan wawasan tentang pertimbangan yang kompleks yang terlibat dalam memilih mitra pencarian default, menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara keamanan privasi pengguna dan kolaborasi strategis dengan perusahaan lain dalam ekosistem teknologi.
Jika Apple benar-benar ingin beralih ke DuckDuckGo, "Saya mungkin akan bersikeras untuk melakukan lebih banyak uji tuntas dengan DuckDuckGo," katanya.
Pentingnya Mesin Pencari Default
CEO Microsoft, Satya Nadella, memberikan kesaksian tentang upaya perusahaannya untuk meyakinkan Apple agar menjadikan Bing sebagai mesin pencari default di browser Safari, menggantikan Google.
Nadella menyatakan kesiapannya untuk mengalami kerugian miliaran dolar jika Apple memutuskan untuk melakukan peralihan tersebut.
Hakim Distrik AS Amit Mehta memutuskan bahwa kesaksian Gabriel Weinberg dan John Giannandrea merupakan inti dari kasus dan harus diungkapkan. Beberapa kesaksian mengenai pembicaraan serupa antara Microsoft dan Apple belum diungkapkan secara publik.
"Pembicaraan tentang kesepakatan kemitraan - saya merujuk pada kesaksian mengenai kesepakatan potensial antara Microsoft dan Apple serta DuckDuckGo dan Apple - akan diungkapkan," kata Mehta dalam sebuah perintah, menegaskan pentingnya informasi tersebut untuk kasus ini.
Kesaksian Nadella memberikan gambaran tentang dinamika negosiasi di antara dua raksasa teknologi, menyoroti betapa pentingnya posisi mesin pencari default dalam ekosistem perangkat lunak.
Dengan pengungkapan informasi tambahan, persidangan ini semakin menggambarkan kompleksitas dan rivalitas di dalam industri teknologi yang terus berkembang.
Advertisement