Sukses

Bos Microsoft Menyesal Keluar dari Bisnis Ponsel dan Setop Windows Phone

CEO Microsoft Satya Nadella mengakui keluar dari bisnis smartphone dan Windows Phone adalah sebuah kesalahan.

Liputan6.com, Jakarta - CEO Microsoft Satya Nadella mengungkapkan bahwa keluar dari bisnis smartphone dan menyerah terhadap Windows Phone, adalah sebuah kesalahan yang mereka lakukan.

Dalam sebuah wawancara dengan Business Insider, Nadella mengakui kalau keluarnya Microsoft dari bisnis ponsel pintar dalam hal ini Windows Phone, seharusnya bisa ditangani dengan lebih baik.

Hal tersebut diungkap bos Microsoft itu saat mendapatkan pertanyaan tentang kesalahan strategi atau keputusan yang salah, yang mungkin dia sesali.

Nadella sendiri menjadi CEO Microsoft pada tahun 2014, meneruskan posisi itu dari Steve Ballmer. Setahun kemudian, dia menghapus USD 7,6 miliar terkait akusisi Microsoft atas bisnis ponsel Nokia.

"Keputusan yang menurut saya dibicarakan banyak orang – dan salah satu keputusan tersulit yang saya buat ketika menjadi CEO – adalah keluarnya kami dari apa yang saya sebut sebagai mobile phone seperti yang didefinisikan saat itu."

"Kalau dipikir-pikir lagi, saya pikir mungkin ada cara untuk mewujudkannya dengan menciptakan kembali kategori komputasi antara PC, tablet, dan ponsel," kata Satya Nadella, seperti dikutip dari The Verge, Rabu (1/11/2023).

Nadella menjadi CEO Microsoft ketiga yang mengakui kesalahan perusahaan tersebut. Sebelumnya, co-founder dan mantan CEO, Bill Gates, mengatakan bahwa "kesalahan terbesarnya" adalah karena Microsoft kalah dari Android.

Google mengakuisisi Android pada tahun 2005 seharga USD 50 juta, dan mantan CEO Eric Schmidt mengakui pada tahun 2012, fokus awal Google adalah mengalahkan upaya awal Microsoft Windows Mobile.

2 dari 4 halaman

Eks-CEO Microsoft Lain yang Menyesal

Selain itu, eks-CEO Microsoft lainnya, Steve Ballmer, mengakui mereka lamban dalam menanggapi ancaman Android dan iPhone dengan fokus pada upaya di Windows Phone.

Ia bahkan sempat meremehkan iPhone dengan menyebutnya "ponsel termahal di dunia dan tidak menarik bagi pelanggan bisnis karena tidak memiliki keyboard."

Ballmer pada tahun 2013 pun mengaku dirinya menyesal tidak fokus pada bisnis ponsel lebih awal,

"Saya menyesal ada suatu periode di awal tahun 2000-an ketika kami begitu fokus pada apa yang harus kami lakukan di Windows (Vista) sehingga kami tidak dapat memindahkan talenta ke perangkat baru yang disebut ponsel," katanya.

"Itu adalah hal yang paling saya sesali," pungkas Ballmer.

3 dari 4 halaman

Fokus ke Aplikasi Android dan iOS

Microsoft sendiri sudah mengkonfirmasi bahwa Windows Phone sudah mati, beberapa tahun setelah penghapusan bisnis ponsel Nokia.

Microsoft merilis ponsel Surface Duo dan Surface Duo 2 yang didukung Android, tapi tanpa adanya penerus dan kurangnya update perangkat lunak, sehingga tak jelas bagaimana masa depan perangkat tersebut.

Selama beberapa dekade terakhir, Microsoft pun lebih fokus pada aplikasi untuk Android dan iOS. Mereka terus memperbarui aplikasi Phone Link untuk menghubungkan ponsel Android dan bahkan iPhone ke Windows.

Selain itu, Microsoft juga memiliki relasi yang dekat dengan Samsung, untuk memastikan aplikasi Office selulernya telah diinstal sebelumnya di ponsel Android dari perusahaan asal Korea Selatan itu.

4 dari 4 halaman

Windows 11 Sudah Dipakai 400 Juta Perangkat

Di sisi lain, sistem operasi terkini Microsoft, Windows 11, disebut-sebut sudah diadopsi pada lebih dari 400 juta perangkat aktif bulanan. Angka ini dilaporkan oleh Windows Central, yang melaporkan bahwa mereka telah melihat "data internal" Microsoft.

Mereka melaporkan, Windows 11 diperkirakan baru akan mencapai 500 juta perangkat aktif bulanan pada awal tahun 2024, memperkuat asumsi tentang adopsi yang lebih lambat dibandingkan pendahulunya.

Mengutip The Verge, Minggu (22/10/2023), sistem operasi Windows 10 pertama kali mencapai 400 juta perangkat aktif hanya dalam waktu satu tahun setelah dirilis. Tingkat adopsi ini bahkan dianggap 115 persen lebih cepat dibandingkan Windows 7.

Sementara, Windows 11 butuh waktu dua tahun untuk mencapai tingkat adopsi yang sama, di mana ini jadi penurunan yang signifikan dibandingkan Windows 10, yang mencapai 600 juta perangkat hanya beberapa bulan setelah dua tahun peluncurannya.

Windows 11 pertama kali dirilis pada Oktober 2021, dengan persyaratan perangkat keras yang ketat.

Saat pertama kali diluncurkan oleh Microsoft, Windows 11 hanya didukung pada CPU yang rilis mulai tahun 2018 dan seterusnya, serta pada perangkat yang mendukung chip keamanan TPM.

Microsoft lalu mengubah persyaratan sistem minimal untuk fokus pada peningkatan ambang keamanan di OS ini, dengan chip modern yang mampu mengaktifkan fitur keamanan integritas memori, yang mengandalkan Virtual Machine Platform Microsoft.

(Dio/Dam)