Liputan6.com, Jakarta - Sepasang orangtua di Arkansas, Amerika Serikat, menggugat sejumlah perusahaan video game besar, gara-gara dianggap menjadi penyebab anaknya mengalami kecanduan game.
Tidak tanggung-tanggung, raksasa seperti Activision Blizzard, EA, Epic Games, Microsoft, dan Ubisoft, jadi beberapa perusahaan yang dicantumkan dalam gugatan tersebut.
Baca Juga
Casey dan Thomas Dunn, mengajukan gugatan di Arkansas atas nama putra mereka, yang disebut GD, dalam dokumen hukum.
Advertisement
Dikutip Dexerto, Sabtu (11/11/2023), gugatan tersebut meminta ganti rugi atas cedera dan biaya yang timbul akibat masalah kecanduan video game yang dialami putra mereka.
Dalam gugatan juga disebutkan beberapa game seperti Battlefield, Call of Duty, Fortnite, dan Rainbow Six, sebagai contoh permainan yang terkait dengan kecanduan anak mereka.
GD diketahui berusia 13 tahun dan bermain gim di smartphone Android, Nintendo Switch, Xbox Series X, dan mereka juga punya layanan Xbox Game Pass dan streaming.
Selain perusahaan-perusahaan tadi, beberapa perusahaan seperti Infinity Ward, Treyarch Corp, dan Sledgehammer Games, juga termasuk dalam tergugat.
Gugatan tersebut juga menyatakan bahwa kecanduan game pada anak mereka adalah fokus utamanya dan dampak buruk yang ditimbulkannya.
Kedua orangtua GD mengatakan, anak mereka mengalami beberapa cedera termasuk "nyeri fisik di tangan, siku, dan bahu, berkurangnya interaksi sosial, penurunan nilai dan ketidakmampuan untuk bersekolah, depresi…"
Masalah lain yang dimasukkan seperti "…kurangnya minat pada olahraga/hobi lain, kehilangan dan/atau kurangnya teman di sekolah, gejala penarikan diri seperti murka, kemarahan, ledakan fisik, rasa sakit dan penderitaan, penderitaan mental, dan tekanan emosional.”
Penggugat juga menghabiskan USD 350 sebulan untuk bermain game. Selain itu, tercatat juga bahwa microtransaction dan "skema monetisasi predator", menjadi salah satu penyebab kecanduan video game.
"Perusahaan-perusahaan video game ini telah menargetkan dan mengambil keuntungan dari anak-anak, memprioritaskan keuntungan mereka di atas segalanya," tulis gugatan itu.
"Sebagai seorang ibu, saya tahu saya harus melakukan sesuatu untuk memastikan mereka tidak merusak kesejahteraan dan masa depan anak-anak kami," tulis dokumen gugatan ke sejumlah perusahaan game itu lebih lanjut.
Epic Games Digugat Orangtua di Kanada
Tahun lalu, hakim Kanada menyetujui gugatan class-action diajukan sejumlah orangtua terhadap Epic Games, yang isinya mengeluhkan gim Fortnite membuat anak-anak mereka kecanduan.
Gugatan pertama kali diajukan atas nama dua anak orangtuanya mengklaim, sifat adiktif Fortnite membuat anak-anak mereka bermain gim secara kompulsif. Epic Games pun disalahkan atas hal ini.
Fortnite sendiri merupakan salah satu gim free-to-play yang paling sukses dari Epic, dengan banyaknya pemain login setiap hari, termasuk di antaranya adalah anak-anak.
Segmen gim anak inilah jadi sasaran gugatan orangtua-orangtua itu di tahun 2019. Tiga orangtua mengajukan gugatan terhadap Epic Games dengan tudingan, anak-anaknya telah kecanduan Fortnite dan mengalami kerugian sebagai akibatnya.
Dikutip dari Gamerant, Kamis (15/12/2022), para penggugat ini menambahkan, pengembang gim tersebut sengaja merancang gim itu untuk membuat ketagihan pemainnya.
Kerugian yang dituduhkan termasuk menghabiskan banyak uang untuk V-Bucks, penarikan diri dari keluarga, dan efek psikologis seperti serangan panik.
Advertisement
Respon Epic Games
CTV News melaporkan, hakim Quebec percaya bahwa klaim penggugat "tampaknya tidak sembrono atau secara nyata tidak beralasan," dan dengan demikian, mengesahkan gugatan ini.
Faktor relevan yang disebutkan hakim sebelumnya adalah klasifikasi kecanduan video game oleh World Health Organization sebagai penyakit. Ini dinilai sebagai referensi yang tepat mengingat salah satu orangtua di gugatan ini mengajukan laporan soal diagnosis putranya.
Sementara itu, Epic Games kepada CTV News dengan pernyataan yang menegaskan, kontrol orangtua Fortnite memungkinkan orangtua melacak waktu bermain anak, dan memberlakukan batasan pengeluaran untuk pembelian dalam gim.
Perusahaan juga menggambarkan kasus tersebut sebagai "tidak pantas" dan menyatakan niatnya untuk membawanya ke pengadilan.