Sukses

CrowdStrike Luncurkan Falcon Go, Solusi Keamanan Siber AI-Native untuk UKM

CrowdStrike Falcon Go adalah solusi keamanan siber untuk UKM yang mudah diterapkan, didukung oleh AI, dan mencegah ransomware. Baca selengkapnya di sini.

Liputan6.com, Jakarta - Solusi keamanan siber tidak hanya dibutuhkan oleh sektor bisnis besar hingga pemerintahan, tetapi sejumlah usaha kecil dan menengah (UKM) pun juga wajib melek keamanan siber.

Toh banyak pelaku serangan siber juga menargetkan sejumlah pelaku bisnis UKM. Menjawab hal tersebut, CrowdStrike meluncurkan layanan solusi bernama CrowdStrike Falcon Go.

Mengutip keterangan resminya, Selasa (21/11/2023), Falcon Go adalah solusi keamanan siber dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan usaha kecil dan menengah (UKM).

Cukup dengan beberapa klik, pemilik UKM dapat dengan mudah menerapkan perlindungan canggih nan efektif melawan ransomware dan serangan siber lainnya, melebihi kemampuan antivirus tradisional.

Daniel Bernard, Chief Business Officer CrowdStrike menjelaskan, Falcon Go sudah didukung oleh platform AI-native Falcon dari CrowdStrike.

CrowdStrike mengklaim, Falcon Go telah membuktikan keunggulannya dalam pencegahan ransomware dengan skor sempurna 100 persen dalam pengujian SE Labs.

Daniel menekankan pentingnya keamanan siber bagi UKM, mengatakan, “Serangan siber dan ransomware seharusnya tidak termasuk dalam daftar perlu dikhawatirkan oleh UKM.”

Dia menambahkan, produk antivirus konvensional sering kali gagal melindungi UKM, meninggalkan mereka rentan terhadap gangguan bisnis, tuntutan hukum, dan kerugian finansial.

Falcon Go menjanjikan perubahan dalam industri dengan menyediakan perlindungan didukung oleh teknologi AI, pengalaman pengguna ramah, dan hasil nyata dibutuhkan oleh setiap bisnis.

Solusi ini dirancang untuk memastikan investasi dalam keamanan siber tidak sia-sia, memungkinkan UKM untuk tetap fokus pada pertumbuhan bisnis tanpa khawatir akan serangan siber.

Josh Jones, Head of Corporate Development di Vanta, juga menyoroti pentingnya keamanan dan kepatuhan bagi UKM, mengatakan, “Usaha kecil dan menengah saat ini perlu memikirkan aspek kepatuhan dan keamanan sejak hari pertama berbisnis.”

Dia mengungkapkan, Vanta menyediakan keamanan dan kepatuhan otomatis untuk organisasi segala ukuran, berbagi visi dengan CrowdStrike untuk memberdayakan UKM melawan ancaman siber semakin kompleks.

Dengan Falcon Go, UKM dapat menikmati perlindungan keamanan siber AI-native mudah diterapkan, memverifikasi perlindungan secara instan, dan menghentikan pencurian data.

Ini memberikan ketenangan pikiran bagi pemilik bisnis untuk berkonsentrasi pada apa yang paling penting: pertumbuhan bisnis UKM mereka.

2 dari 4 halaman

OJK: Bank Digital Perlu Punya Keamanan Siber Kuat untuk Cegah Kebocoran Data

Deputy Director, Digitalization, Financial Centre and Banking Transformation Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Zulkifli Salim Bersama CEO Trescon Naveen Bharadwaj dalam Acara World Cloud Show. (Liputan6.com/ Labib Fairuz)

Data breach atau kebocoran data merupakan masalah yang kerapkali ramai dikabarkan terjadi di Indonesia, termasuk pada sektor perbankan. Pada sektor ini, kebocoran data dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi nasabah dan bank itu sendiri. 

Deputy Director, Digitalization, Financial Centre and Banking Transformation Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Zulkifli Salim menyampaikan, data breaching menjadi salah satu permasalahan utama perbankan di era digitalisasi.

“Kita itu punya prestasi yang tidak menggembirakan, salah satu negara yang mengalami kasus data breaching terbanyak,” katanya saat menjadi pembicara di acara World Cloud Show 2023 di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Maka dari itu, permasalahan mengenai keamanan ruang siber merupakan salah satu fokus dari badan regulator perbankan seperti OJK saat ini.

Zulkifli juga mengungkap, meskipun banyak dari serangan siber menargetkan lembaga pemerintahan, nyatanya bagian keuangan menjadi salah satu bagian yang paling merugi dari serangan ransomware.

Menanggapi hal ini, OJK telah berupaya dengan mengusung roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia yang menjadi panduan dunia perbankan Indonesia selama 5 tahun sekali.

 

3 dari 4 halaman

Upaya Pencegahan Serangan SIber

Deputy Director, Digitalization, Financial Centre and Banking Transformation Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Zulkifli Salim dalam Acara World Cloud Show. (Liputan6.com/ Labib Fairuz)

Melalui upaya ini, OJK tak hanya mengkonsolidasi, tetapi juga menekankan pentingnya digitalisasi perbankan yang diikuti oleh keamanan ruang siber.

OJK juga membagikan wawasan mengenai akselerasi digitalisasi perbankan di laman resmi mereka yang dapat diakses oleh siapa saja. Upaya ini juga secara tidak langsung meningkatkan literasi digital masyarakat, terutama dalam hal keamanan bank digital. 

"Salah satu upaya yang dilakukan oleh OJK adalah dengan mengeluarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 29/SEOJK.03/2022 Tentang Ketahanan dan Keamanan Siber Bagi Bank Umum," ucap Zulkifli.

Selain itu, ada juga Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2022 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Surat edaran ini memuat panduan bagi bank umum dalam menghadapi ancaman keamanan siber dan kebocoran data nasabah. Kemudian, OJK juga mewajibkan bank umum untuk melaporkan setiap kejadian kebocoran data nasabah ke OJK.

 

4 dari 4 halaman

OJK Perkuat Kerjasama dengan Lembaga Lain

<p>Ilustrasi Keamanan Siber. Kredit: Kris (TheDigitalWay) from Pixabay</p>

Bank digital di Indonesia juga harus memperhatikan ketahanan dan keamanan siber. OJK menyarankan bank digital untuk memperkuat sistem keamanan siber dan melakukan uji penetrasi secara berkala.

Selain itu, bank digital juga harus memperhatikan keamanan data nasabah dengan cara melakukan enkripsi data dan memperkuat sistem autentikasi.

Dalam rangka meningkatkan keamanan siber, OJK juga telah memperkuat kerjasama dengan lembaga lain seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Hal ini dilakukan untuk memperkuat sistem keamanan siber dan mencegah terjadinya kebocoran data nasabah.

Untuk jangka panjang, OJK juga akan membawakan Digital Maturity Assesstment for Bank yang akan mengukur digitalisasi Bank berdasarkan 8 kategori yang menggunakan 95 parameter kontrol. Hasil dari kontrol parameter ini nantinya, OJK dapat menentukan taraf baik atau tidaknya digitalisasi yang telah dillakukan oleh para Bank di Indonesia.