Liputan6.com, Jakarta - Formula 1 baru saja mengumumkan harapan mereka mengenai pentingnya AI dalam industri olahraga ini, di mana sekecil apa pun perbedaan waktu dapat menentukan kemenangan.
Dalam konteks ini, AI bisa membantu menentukan apakah pembalap telah melewati batas lintasan. Hal ini bukan tanpa alasan. Pasalnya para pembalap Formula 1 cenderung memaksimalkan ruang lintasan guna menjadi yang tercepat.
Baca Juga
Untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan lintasan, Fédération Internationale de l'Automobile (FIA) akan mengimplementasikan sistem AI berbasis Computer Vision pada Grand Prix F1 Abu Dhabi.
Advertisement
FIA ingin mengurangi peninjauan manual untuk potensi pelanggaran batas lintasan. Meskipun tidak sepenuhnya otomatis, teknologi ini akan memanfaatkan analisis bentuk untuk menghitung piksel yang melintasi garis batas.
Sebelumnya, Grand Prix Austria mencatat 1.200 potensi pelanggaran track limit yang harus ditinjau secara manual. FIA berharap teknologi ini dapat meminimalkan jumlah kasus yang memerlukan peninjauan manusia.
Pendekatan serupa telah berhasil diterapkan di dunia kesehatan, di mana Computer Vision membantu mengevaluasi data pemeriksaan kanker.
Menurut Tim Malyon dari FIA, federasi berambisi mengurangi peninjauan manual terhadap pelanggaran lintasan menjadi sekitar 50 per balapan. Mereka akan fokus "menghapus pelanggaran yang jelas tidak memerlukan peninjauan manusia."
Meskipun FIA belum sepenuhnya bergantung pada AI untuk pengambilan keputusan, Malyon optimistis bahwa sistem pemanggilan otomatis dalam waktu real-time akan menjadi arah yang benar di masa depan.
"Saat ini manusia mungkin unggul di beberapa area, tapi sistem otomatisasi sepertinya adalah jalan yang akan ditempuh pada akhirnya,” ujarnya, dikutip dari Engadget, Minggu (26/11/2023).
Penyanyi Korea Kim Hyuk Gun Lumpuh Total, Kini Bisa Kembali Bernyanyi Berkat AI
Di sisi lain, setelah keluar dari band rock legendaris The Cross dan mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dari leher ke bawah, penyanyi legendaris Korea Selatan Kim Hyuk Gun hanya ingin bisa kembali bernyanyi dalam proses pemulihannya.
Meskipun mengalami penurunan kapasitas paru-paru akibat cedera, Kim Hyuk Gun tidak menyerah. Dengan tekad dan semangat, ia bekerja sama dengan laboratorium biorobotika di Seoul National University untuk menciptakan prototipe yang dikenal sebagai "Exo-Abs."
Mesin ini, yang menggunakan teknologi AI, membantu pengguna dalam berbagai aktivitas, termasuk batuk, berbicara, dan bernyanyi.
Exo-Abs mengatur tekanan yang diberikan pada bagian tengah tubuh pengguna, membantu mereka mengatasi keterbatasan pernapasan. Cara kerjanya terinspirasi ketika seseorang batuk, yakni saat diafragma mendorong seseorang untuk mengeluarkan suara lebih keras.
Kim Hyuk Gun sendiri menggambarkan penggunaan prototipe ini sebagai pengalaman yang membantu menghasilkan suara lebih besar dan membuatnya dapat kembali bernyanyi dengan kuat.
Meskipun prototipe sebelumnya memiliki efek samping kecil, penyanyi Kim Hyuk Gun merasa alat ini sangat berharga dan terus menginspirasi orang lain yang mengalami gangguan pernapasan.
Kisahnya yang mengharukan dan tekadnya untuk mengejar kembali hasratnya menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Demikian menurut Koreaboo, dikutip Rabu (22/11/2023).
Advertisement
Google Sediakan AI Generatif untuk Bantu Dokter Tangani Pasien
Masih di ruang lingkup medis, Google Cloud mengumumkan kemampuan pencarian berbasis kecerdasan buatan (AI), bernama Vertex AI. Fitur ini dikatakan akan membantu petugas medis menelusuri berbagai jenis catatan medis secara cepat dan akurat.
Hal ini menjadi jawaban bagi industri layanan kesehatan, karena selama ini para dokter kesulitan menyimpan informasi pasien yang disimpan dalam berbagai sistem dan format berbeda.
Dengan adanya alat pencarian baru Google Cloud ini, dokter dapat lebih mudah mengambil informasi dari catatan klinis, hasil scan dokumen, dan catatan kesehatan elektronik dalam satu sistem yang sama.
"Selain menghemat waktu untuk melakukan pencarian tersebut, hal ini juga dapat mencegah dokter merasa frustasi dan memastikan mereka mendapat informasi medis dengan lebih mudah," kata Lisa O'Malley, Direktur Senior Manajemen Produk untuk Cloud AI di Google Cloud kepada CNBC, dikutip Senin (16/10/2023).
Sebagai contoh, jika dokter ingin mengetahui riwayat kesehatan pasien, mereka tidak perlu lagi membaca berbagai catatan kesehatan elektronik secara terpisah.
O’Malley menambahkan, AI ini sangat akurat karena dapat mengutip dan menautkan sumber asli informasi yang bersumber dari sistem penyimpanan data.
Google berharap fitur pencarian barunya ini akan mengurangi jumlah waktu yang perlu dihabiskan dokter untuk mencari catatan dan data tambahan pasien.
Lebih lanjut, O’Malley mengatakan Google berupaya untuk membantu industri layanan kesehatan secara menyeluruh, baik dari segi pencarian data, sistem pembayaran yang lebih cepat, serta efisiensi pelayanan.
Pengenalan Vertex AI
Seperti yang kita tahu, fitur-fitur baru di atas akan ditawarkan kepada layanan kesehatan melalui platform Google Vertex AI Search.
Sebelumnya, Vertex AI sudah bisa dipakai oleh perusahaan-perusahaan di industri lain untuk melakukan pencarian di situs web publik, dokumen, dan basis data lainnya.
Penawaran khusus untuk layanan kesehatan ini dibangun di atas produk API Kesehatan dan Mesin Data Kesehatan Google yang sudah ada.
Aashima Gupta, direktur global strategi dan solusi layanan kesehatan di Google Cloud, mengatakan bahwa kemampuan Vertex AI Search yang baru ini dapat berintegrasi secara langsung ke dalam alur kerja dokter, yang sangat penting bagi para pelanggan di lapangan.
Hal ini menjadi langkah baik bagi industri layanan kesehatan yang terkenal enggan mengadopsi teknologi.
"Ini adalah alur kerja yang dijalani para dokter dan perawat dari hari ke hari. Anda tidak bisa menambahkan gesekan ke dalamnya," ucap Gupta.
Google mengaku sangat berhati-hati dalam inovasi ini karena harus memastikan alur kerja para tenaga kesehatan tidak berubah dengan adanya adopsi teknologi berbasis AI.
Advertisement