Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara mengatakan pihaknya telah meluncurkan satelit mata-mata militer ke luar angkasa pada Selasa lalu. Informasi ini mengkonfirmasi laporan sebelumnya dari militer Korea Selatan.
Sebelumnya, Korean Central News Agency mengatakan pada Rabu dini hari bahwa satelit mata-mata Korea Utara tersebut berhasil ditempatkan ke orbit. Meski begitu, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan hal ini belum dapat dikonfirmasi.
Baca Juga
Mengutip Nikkei Asia, Jumat (24/11/2023), peluncuran satelit ini merupakan percobaan ketiga Korea Utara tahun ini, untuk menempatkan satelit mereka di orbit. Sebelumnya percobaan lain gagal dilakukan pada Mei dan Agustus lalu.
Advertisement
Sementara itu, dalam pernyataan, Kementerian Pertahanan Jepang menyebut, Korea Utara diketahui menembakkan benda yang diduga merupakan rudal balistik.
"Peluncuran dengan menggunakan teknologi rudal balistik, meski diklaim sebagai satelit, merupakan pelanggaran jelas terhadap resolusi PBB," kata PM Jepang Fumio Kishida.
Jepang menyebut pihaknya menyampaikan protes serius kepada Korea Utara dan mengutuk peluncuran satelit mata-mata tersebut.
Pada sisi lain, Korea Utara menjelaskan langkah-langkahnya untuk mengembangkan teknologi satelit sebagai respon atas "militerisasi luar angkasa" oleh Korea Selatan, Jepang, dan AS.
Media negara Korut sebelumnya menyebut Korut mengecam rencana Korea Selatan untuk meluncurkan satelit dari pangkalan di negara bagian California.
"Tak ada yang dapat membenarkan skema berbahaya AS dan pasukan sekutunya untuk menggunakan seluruh luar angkasa sebagai sarana perang agresif untuk melaksanaan strategi penguasaan dunia," kata komentar di media Korut.
Â
Kim Jong Un Sudah Berencana Bangun Satelit Mata-Mata Sejak 2021
Sekadar informasi, percobaan pertama Korea Utara menempatkan satelit ke orbit dilakukan pada 1998 silam. Saat itu, Pyongyang merayakan peluncuran yang disebut-sebut gagal membawa satelit mereka ke orbit.
Sementara di tahun 2021, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menekankan, pemerintahnya bertujuan mengembangkan satelit mata-mata militer.
Para ahli pun menyebut, jika Korea Utara berhasil menempatkan satelit ke orbit, negara ini perlu menguasai teknologi untuk memastikan satelit mata-mata yang dimaksud bisa mengumpulkan gambar yang akurat.
Sisa-Sisa Peluncuran Dihancurkan
Sementara itu, dikutip dari Channel News Asia, salah satu tahap peluncuran roket untuk membawa satelit Korea Utara meledak setelah pemisahan terjadi, pada Selasa lalu.
Hal ini didasarkan pada sebuah video yang direkam pemantau astronomi Korsel, di mana analis menyebut, upaya penghancuran dilakukan untuk menghindari pemulihan bekas roket.
Advertisement
Roket untuk Luncurkan Satelit Sengaja Diledakkan
Analisis mengatakan, roket Chollima-1 yang dipakai untuk meluncurkan satelit melintas di langit dan meledak setelah tahap pemisahan. Roket tahap awal pun jatuh beberapa menit setelah meledak hingga menimbulkan debu di udara.
"Kali ini mereka sepertinya meledakkan bahan bakar tahap pertama di udara," kata profesor astronomi di Universitas Yonsei, Byun Yong Ik.
Ia menyebut, langkah semacam ini tak terlihat pada peluncuran sebelumnya dan bisa jadi merupakan upaya untuk mencegah otoritas Korsel dan AS mengambil kembali sisa-sisa roket karena dilengkapi dengan mesin baru.
Sementara itu, ahli satelit di Delft University of Technology di Belanda, Marco Langbroek, menyebut, video memperlihatkan tahap pertama dan kedua, dengan tahap pertama roket meledak setelah pemisahan tahap kedua.
"Hal ini tidak biasa," katanya, mengingat bahwa kebanyakan roket jatuh ke laut setelah peluncuran.
Ia menyebut, tidak jelas apakah langkah peledakan ini sengaja atau merupakan kecelakaan. Namun, pihak Korut mengatakan, mereka memakai mekanisme penghancuran diri saat peluncuran Agustus lalu, sebagai langkah keamanan setelah roket gagal meluncur.
Pembuatan Satelit Mata-Mata Korut Dibantu Rusia?
"Bisa dibilang, sangat mungkin kalau tahap satu roket diledakkan secara sengaja untuk mencegah recovery oleh pihak Barat," katanya.
Sejauh ini, militer Korsel pun berupaya mencari sampah dan serpihan dari roket. Kementerian Pertahanan Korsel menyebut, setelah peluncuran roket Chollima-1 pada Mei, bekas roket jatuh di laut antara tanjung Korea dan Tiongkok.
Saat itu, angkatan laut AS dan Korsel menemukan dan meninjau bagian roket tersebut, termasuk muatan satelitnya. Mereka mengatakan, satelit itu tak cocok untuk penggunaan militer.
Sekadar informasi, pemulihan bagian-bagian dari roket bisa menghadirkan bukti penting tentang kapabilitas dan komponen roket dan satelit. Apalagi, Korsel menuding Rusia menyediakan bantuan teknis untuk Korea Utara dalam hal teknologi peluncuran roket.
Rusia pun membantah mereka terlibat dalam kerja sama militer dengan Korut, namun sebelumnya pada September lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan mereka akan membantu Korea Utara membangun satelitnya.
Â
Advertisement