Sukses

Survei: AI Generatif Akan Bantu Industri dengan Kemampuan Pemecahan Masalah

Hasil survei mengungkap kemampuan adaptif AI Generatif dalam memecahkan masalah dan mempecepat inovasi industri.

Liputan6.com, Jakarta - Otomatisasi yang andal, penyesuaian produk dan layanan, inovasi yang cepat, dan komitmen untuk meningkatkan keterampilan karyawan akan menjadi ciri industri perdagangan jasa yang dipimpin oleh kecerdasan buatan (AI) generatif di masa depan.

Sebuah survei global baru-baru ini terhadap para pekerja mengungkapkan hampir sepertiga dari mereka kini menggunakan AI generatif di tempat kerja. Demikian seperti dikutip dari ZDNet, Minggu (3/12/2023).

Menurut prediksi dari Forrester, inisiatif AI perusahaan diharapkan meningkatkan produktivitas dan kreativitas pemecahan masalah sebesar 50 persen. 

Saat ini, proyek-proyek AI telah menunjukkan peningkatan signifikan hingga 40 persen dalam tugas pengembangan perangkat lunak. 

Dengan kesadaran bahwa semua proyek AI bermula dari data, muncul pertanyaan mengenai dinamika tenaga kerja pada industri atau fungsi pekerjaan yang tidak kaya data atau belum matang.

Pada 2025 mendatang, menurut IDC, lebih dari 40 persen dari pengeluaran IT inti organisasi akan dialokasikan untuk inisiatif terkait AI, menghasilkan peningkatan dua digit dalam tingkat inovasi produk dan proses. 

IDC juga memperkirakan pengeluaran perusahaan untuk AI generatif hingga 2027 akan menjadi 13 kali lebih besar daripada pertumbuhan pengeluaran IT global secara keseluruhan.

Gartner meramalkan percampuran AI generatif melalui pertemuan antara model yang dilatih secara masif, komputasi cloud, dan open source

Mereka memprediksi pada tahun 2026, lebih dari 80 persen perusahaan akan menggunakan API dan model GenAI, atau aplikasi yang mendukung GenAI di lingkungan produksi, naik dari kurang dari 5 persen pada awal 2023. 

Dengan demikian, perkembangan AI generatif menjadi kunci dalam membentuk dan mengarahkan masa depan bisnis dan ekonomi global.

 
2 dari 4 halaman

Microsoft: AI Generatif Dibutuhkan untuk Hadapi Tantangan Keamanan Siber

Sebelumnya, dalam wawancara dengan Jim Cramer dari CNBC, seperti dikutip Selasa (28/11/2023), eksekutif keamanan Microsoft Vasu Jakkal menegaskan pentingnya kecerdasan buatan (AI) generatif dalam konteks bisnis keamanan siber perusahaan. 

Menurutnya, kekuatan super dari AI generatif membantu perusahaan bertahan dalam menghadapi tantangan keamanan siber dengan kecepatan dan skala mesin, terutama mengingat kekurangan talenta keamanan siber.

Jakkal menekankan bahwa penggunaan AI harus untuk kebaikan yang nyata, karena AI memiliki potensi untuk meningkatkan potensi manusia dan membantu memecahkan tantangan yang paling serius. 

Dia mencatat bahwa saat ini terdapat lanskap ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni penjahat siber semakin canggih. Sebagai contoh, Microsoft menghadapi serangan kata sandi sebanyak empat ribu per detik.

Dalam menghadapi ancaman tersebut, Jakkal menyebut dua jenis ancaman utama, yaitu spionase yang terkait dengan geopolitik dan kejahatan siber keuangan. 

Microsoft memanfaatkan data untuk melatih model AI-nya agar dapat memahami dan mengantisipasi ancaman-ancaman tersebut.

Selain itu, Jakkal menyoroti pentingnya kolaborasi di seluruh ekosistem keamanan siber. Microsoft telah menjalin mitra dengan 15.000 perusahaan dan organisasi, serta bekerja sama dengan 300 vendor keamanan yang membangun platform perusahaan. 

Menurutnya, kolaborasi yang mendalam dan kemitraan yang kuat diperlukan karena para pelaku kejahatan siber bekerja sama, dan tidak ada satu perusahaan pun yang dapat menghadapi tantangan ini sendirian.

3 dari 4 halaman

AI Generatif Dinilai Tak akan Hilangkan Lapangan Kerja

Selain itu, AI juga memiliki berbagai cabang kecerdasan, salah satunya adalah AI generatif yang berfokus pada pembuatan konten baru dan original, seperti gambar, teks, musik, kode, dan lainnya.

AI generatif menggunakan model pembelajaran mendalam (deep learning) yang mempelajari data dalam jumlah besar dan menghasilkan output yang baru dan realistis.

Head of Cloud Business Blue Power Technology Karina Yoveline menyampaikan, penggunaan AI generatif ini akan sangat bermanfaat pada berbagai lini pekerjaan, salah satunya padai bidang customer experience.

“Mungkin use case AI generatif yang sudah banyak digunakan ini misalnya (di bidang) Customer Services. Banyak yang sudah menggunakan Customer Service berbasis AI generatif,” ucapnya saat acara World Cloud Show 2023 di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Sebelumnya, banyak perusahaan yang menggunakan sistem customer service berbasis chatbot. Model ini hanya memberikan jawaban spesifik terhadap pertanyaan spesifik. Sementara kini, AI generatif dapat melakukan lebih dari menjawab pertanyaan berdasarkan template saja.

Selain customer experience, Karina juga mengungkapkan bahwa AI generatif dapat berguna dalam dunia marketing

“Misalnya saya mau bikin iklan dengan konsep demikian, biasanya AI generatif akan bisa membantu untuk membuatkan iklan yang kira-kira cocok. Atau misalnya kita wording mau promo, wording seperti apa sih yang cocok dengan target market seperti? Maka AI generatif akan mempermudah kita,” katanya, menambahkan.  

Selain itu, berkembangnya model AI generatif gambar juga mempermudah tugas para pelaku kreatif dengan menciptakan kreasi pada foto yang mereka buat.

Bagi Karina, AI generatif tidak diciptakan untuk menggantikan tenaga kerja manusia, tetapi untuk mempermudah pekerjaan manusia. 

4 dari 4 halaman

Mendapat Suntikan Dana, Aplikasi Ini Kembangkan Fitur AI Generatif

Di samping itu, seiring perkembangannya, AI generatif belakangan ini menjadi salah satu fokus pengembangan di berbagai aspek kehidupan.

Salah satunya terlihat dari aplikasi pembelajaran bahasa Inggris bernama English Language Speech Assistant (Elsa Speak) yang belum lama ini berhasil mendapatkan pendanaan Seri C sebesar USD 23 juta atau sekitar Rp 366 miliar.

Pendiri dan CEO Elsa, Vu Van, mengungkapkan pendanaan tersebut akan digunakan untuk mendukung dan mengembangkan platform Elsa Speak dan memperluas penawaran global.

"Pendanaan ini akan digunakan untuk berkembang lebih jauh di Indonesia dan Taiwan dengan investor baru kami, berekspansi ke Timur Tengah dan Turki, membangun kesuksesan di Jepang dengan para pelajar, dan meningkatkan fokus kami pada business to business (B2B)," ujar Vu melalui keterangannya, Sabtu (28/10/2023).

Ia menambahkan bahasa Inggris adalah bahasa yang paling umum dibutuhkan untuk pekerjaan di seluruh dunia, dan perusahaan ingin lebih banyak orang untuk menjangkau pasar kerja global dengan kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik.

Bersamaan dengan itu, penggalangan dana ini menjadi dasar bagi Elsa untuk mengembangkan dan meluncurkan fitur baru, yaitu Elsa AI secara global.

Fitur berbabis AI generatif ini memungkinkan pengguna untuk membuat role play mereka sendiri dan berlatih percakapan bahasa Inggris dengan topik apa pun.

"Para pelajar bisa berlatih dengan empat skenario yang telah ditentukan sebelumnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan percakapan santai atau menciptakan situasi kehidupan nyata yang merupakan bagian kehidupan sehari-hari," Vu menjelaskan.

 
Video Terkini