Sukses

Wamenkominfo: RI Kembangkan Bahasa Indonesia untuk Bisa Jadi LLM dalam AI

Menurut Wamenkominfo, Indonesia tengah mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai bagian Large Language Model (LLM) untuk implementasi teknologi Artificial Intelligence (AI).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengungkapkan Indonesia sedang berusaha membuat bahasa Indonesia, bisa jadi bagian dari Large Language Model (LLM) untuk implementasi Artificial Intelligence (AI).

Hal ini seperti diungkapkan oleh Wamenkominfo Nezar Patria, yang berharap agar sebagai model bahasa mutakhir, ini bisa segera dimanfaatkan berbagai pihak secara luas.

"Apalagi untuk membuat satu foundation model sendiri untuk LLM. Saya kira ini yang paling sulit, karena kalau pemakaian Chat GPT sekarang lebih on top dari foundation model itu," tuturnya di Jakarta, seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (2/11/2023).

Dalam Press Conference Kerja Sama Pengembangan LLM Bahasa Indonesia, Wamenkominfo menyebut, setiap individu bisa membuat aplikasi apapun.

Namun menurutnya, pengembangan foundation model dan untuk menghimpun pemakaian dengan content type bahasa yang ada di ASEAN, merupakan satu misi yang luar biasa.

"Ditambah bahasa-bahasa yang ada di Nusantara itu luar biasa lagi. Kita ada ratusan bahasa daerah yang bisa dimasukkan ke situ. Pasti akan membuat satu dasar aplikasi-aplikasi yang sangat berguna nantinya," kata Nezar.

Dia mencontohkan, Infocom Media Development Authority Singapura, yang sedang mengembangkan software AI verifiedSoftware ini bisa dipakai pengembang AI, untuk memeriksa kesesuaian model, merujuk pada berbagai prinsip etika AI global.

Selain itu, Nezar mengatakan, tata kelola AI di Singapura, juga didukung keterlibatan advisory council on the ethical use of AI and data dalam mendampingi pemerintah dalam melakukan pengembangan kebijakan etika dan tata kelola kecerdasan buatan.

Sementara di Bangladesh, Microsoft menggarap program aplikasi, yang bisa menerjemahkan petunjuk-petunjuk untuk memaksimalkan hasil pertanian dalam beragam bahasa, seperti Urdu yang biasa dipakai petani di pelosok negara itu.

"Biasanya mereka jarang berhubungan menggunakan chat atau messenger," kata Nezar.

"Cukup pakai voice (bicara) dan mereka bisa saling berkomunikasi di antara suku-suku yang ada di sana untuk bisa melakukan trading, sharing, dan juga memaksimalkan usaha pertanian," tuturnya. 

2 dari 5 halaman

Pekerja di Indonesia Sudah Mulai Pakai AI

Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda, Wamenkominfo Nezar Patria mengatakan bahwa tidak sedikit pekerja di Indonesia yang sudah mulai menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).

Hal ini seperti diungkap oleh Wamenkominfo dalam Konferensi Pers Kebijakan Teknologi AI di Indonesia di Hotel Grand Hyatt Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).

Nezar mengklaim, data yang mereka terima menyebut 22,1 persen pekerja di Indonesia dari berbagai sektor, telah mengimplementasikan pemanfaatan AI, untuk mendukung kerja sehari-hari.

"Pemanfaatan AI di Indonesia sangat gencar saat ini dan AI telah membantu sekitar 22,1 persen pekerja di Indonesia dari berbagai sektor, seperti informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, pemerintahan dan pertahanan," kata Nezar.

 

3 dari 5 halaman

Penggunaan AI Berkontribusi pada Ekonomi

Dikutip dari siaran pers, Nezar mengutip data Statista dan Kearney & CSET, yang menyebut pemanfaatan kecerdasan buatan di Indonesia akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar USD 366 Miliar pada tahun 2030.

Menurut Kominfo, jumlah itu memberikan setara dengan 40 persen Pendapatan Domestik Brutto ASEAN, yang meningkat dengan pemanfaatan AI.

"Nilai pasar global AI mencapai angka USD 142,3 Miliar di tahun 2023 berdasarkan data yang kita dapatkan," kata Nezar.

"Untuk di tingkat ASEAN kontribusinya bagi PDB ASEAN di tahun 2030 diprediksi mencapai angka USD 1 Triliun. Jadi besar sekali, dan di Indonesia sendiri kontribusinya hampir 40 persen dari ASEAN itu yakni sebesar USD 366 Miliar," dia menambahkan.

Meski begitu, Nezar mengingatkan ada berbagai tantangan yang muncul, akibat kehadiran AI. Dia memberikan contoh, algoritma AI berpotensi menimbulkan bias, halusinasi, dan diskriminasi.

Selain itu, dari sektor informasi, ada risiko information disorder, karena teknologi ini dapat menghasilkan misinformasi dan disinformasi, sehingga berpotensi menimbulkan bias, halusinasi, dan diskriminasi.

 

4 dari 5 halaman

Kominfo Bakal Rilis Surat Edaran Pedoman AI

Surat Edaran Pemanfaatan AI yang akan diluncuran Kominfo, menurut Nezar, menjadi upaya kementerian untuk menghadirkan tata kelola kecerdasan buatan nasional yang lebih inklusif.

"(Surat Edaran AI) ini sifatnya lebih semacam panduan etika penggunaan AI. Jadi seperti soft regulation, semacam acuan normatif bagi para pelaku usaha terutama yang mengembangkan, mendesain, dan mengembangkan AI," kata Wamenkominfo.

Ia berharap, dengan dilibatkannya stakeholders dalam mendiskusikan tata kelola AI, akan dapat memantik respons masyarakat. Nezar juga menyebut, berbagai masukan yang diterima melalui diskusi akan menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan berikutnya.

Wamenkominfo mengatakan, ke depannya perlu mulai dipikirkan soal regulasi yang legally binding, dan berorientasi pada perlindungan pengguna dan masyarakat luas, dengan mempertimbangkan keamanan.

5 dari 5 halaman

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia