Liputan6.com, Jakarta Platform interaksi dengan pelanggan, Twilio, baru-baru ini memprediksi berbagai tren teknologi yang bakal punya pengaruh di industri dan strategi pemasaran Indonesia tahun 2024, di mana salah satunya adalah mengenai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Menurut perusahaan, teknologi AI dan pembelajaran mesin (machine learning atau ML), akan semakin diandalkan untuk membantu brand menetapkan segmentasi pasar dan membuat konten yang lebih terarah dan efektif.
Baca Juga
Mengutip siaran pers, Selasa (2/1/2024), menurut Twilio, organisasi bisnis saat ini, baik di Indonesia atau Asia Pasifik secara umum, berlomba-lomba menghadirkan pengalaman interaksi pelanggan yang lebih baik.
Advertisement
Prioritas mereka adalah pada menciptakan pengalaman yang lebih personal pada skala besar, serta antarmuka pengguna yang lebih intuitif. Di sini, integrasi AI dan ML dinilai memegang peranan penting dalam keseluruhan rantai nilai pengalaman pelanggan.
Twilio mengutip data IDC yang menyebutkan, 60 persen dari 2.000 perusahaan terbesar di Asia, bakal mengarahkan anggaran penciptaan pengalaman pelanggan ke arah pemanfaatan AI generatif.
Selain itu, dicatat juga bahwa secara bertahap menghapuskan penggunaan perangkat lunak generasi lama sampai dengan 2027.
"Artinya, kita akan melihat peningkatan integrasi AI atau MLÂ ke dalam interaksi pelanggan sebagai upaya menghadirkan pendekatan inovatif yang mampu menarik, mengkonversi, dan mempertahankan pelanggan bernilai tinggi," tulis perusahaan.
Dengan menganalisa data pelanggan individu, AI dan ML bisa membuat pesan, email, atau bahkan rekomendasi produk yang khusus dan disesuaikan dengan profil tiap-tiap pelanggan.
Menurut Twilio, dengan cara ini, pemasar dapat membuat konten dengan tingkat personalisasi yang tinggi dalam skala yang besar.
Keunggulan Algoritma AI
Kemampuan AI untuk mengekstrak informasi berharga dan memprediksikan kebutuhan, preferensi, serta perilaku pelanggan akan memungkinkan pemasar melancarkan kampanye pemasaran yang sangat terarah.
"Dengan keunggulan algoritma AI dalam memproses data berjumlah amat besar untuk mengidentifikasi pola dan segmen yang samar sekalipun, pemasar dapat mengembangkan strategi segmentasi pelanggan yang lebih efektif," ujar Twilio dalam keterangannya.
Selain itu, rantai umpan balik yang bekerja cepat mengumpankan masukan dari pelanggan ke dalam algoritma personalisasi, juga akan membantu pemasar menyesuaikan strategi mereka.
Lebih lanjut, di 2024 juga, menurut Twilio, batasan antara kebiasaan belanja online dan offline bakal semakin kabur. Perusahaan menyebut, brand-brand akan fokus menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan dan bebas masalah, di seluruh platform jual beli yang tersedia.
Advertisement
Belanja Online dan Offline Hampir Tak Berbeda
Menurut Twilio, nantinya tidak akan ada bedanya bagi konsumen jika mereka memilih berbelanja melalui situs web, aplikasi seluler, atau di toko fisik, sebab brand akan memastikan konsumen dapat beralih dengan mudah antar platform.
Untuk mewujudkan hal ini, brand akan mengandalkan teknologi augmented reality atau AR dan realitas virtual (VR), untuk menciptakan pengalaman imersif dan interaktif agar konsumen dapat mencoba produk terlebih dahulu secara virtual sebelum membeli.
Algoritma AI juga akan mendorong terciptanya pengalaman pelanggan yang lebih baik, sesuai dengan preferensi serta perilaku individukonsumen di setiap tahapan pemasaran.
Tren lain di lanskap pemasaran yang dinilai akan berkembang adalah kolaborasi lintas departemen, sebagai praktik bisnis standar baru, yang akan menggabungkan keahlian teknis, kreatif, dan pelayanan pelanggan, demi menghadirkan pengalaman pelanggan secara konsisten dan tanpa cela.
Twilio Gelar Signal 2023 di Singapura
Sebelumnya, Twilio baru saja menggelar konferensi tahunan mereka, Signal 2023, di Singapura. Dalam acara ini, perusahaan meng-update sejumlah informasi produk yang diperkenalkan dalam waktu dekat.
Seperti perusahan teknologi kebanyakan, Twilio berencana untuk mengintegrasikan layanan mereka dengan AI. Hal ini diungkap oleh Jeff Lawson, selaku CEOÂ Twilio. Jeff menyebutkan, semua perusahaan mengalami masalah sama saat berhadapan dengan konsumen.
"Saat ini banyak perusahaan mengandalkan CRM (Customer Relationship Management), namun CRM saja tidak cukup untuk menghandle konsumen secara satu per satu," kata Jeff.
Saat ini, perusahaan ingin menyediakan "pegawai ajaib", dengan dukungan kecerdasan buatan, yang mampu menghadapi dan memenuhi berbagai keinginan konsumen secara personal.
"Akan tetapi mengolah atau mengerti kebutuhan jutaan konsumen sangat sulit, membutuhkan orang lebih banyak, dan tentunya biaya lebih tinggi. Tapi dengan AI hal ini dapat dihadapi dengan efisien," ucap Jeff.
Untuk mewujudkan teknologi tersebut, Twilio mengandeng OpenAI untuk pengembangan layanan berbasis kecerdasan buatan mereka yang bernama CustomerAI.
Jeff menjelaskan, "dengan bantuan large language model (LLM) buatan OpenAI dan data konsumen secara realtime, seluruh layanan Twilio akan lebih personal."
Advertisement