Liputan6.com, Jakarta - CEO OpenAI, Sam Altman beberapa waktu lalu menyerukan dukungannya untuk kalangan Muslim, Arab, dan Palestina yang berkarir industri teknologi.
Melalui akun X-nya, bos perusahaan pembuat ChatGPT itu menyebut, rekan-rekannya yang Muslim dan Arab, khususnya Palestina, takut bersuara tentang perang di Gaza, karena khawatir berdampak untuk karir mereka.
Baca Juga
"Rekan-rekan Muslim dan Arab (terutama Palestina) di komunitas teknologi yang saya ajak bicara merasa tidak nyaman menceritakan pengalaman mereka baru-baru ini, sering kali karena takut akan pembalasan dan merusak prospek karir," ujarnya.
Advertisement
Ia pun mendorong industri teknologi untuk bersatu dalam mendukung mereka serta berharap akan adanya perdamaian. Selain itu, pria yang sempat bertandang ke Indonesia tahun lalu ini juga berharap agar masyarakat bisa berempati satu sama lain.
"Saya terus mengharapkan perdamaian yang nyata dan abadi, dan sementara itu kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan empati," kata Altman, dikutip Rabu (10/1/2024).
Unggahan Altman mendapatkan komentar dari seorang pengguna X, yang mempertanyakan bagaimana dengan rekan-rekan dari kalangan Yahudi.
"Saya orang Yahudi. Saya percaya antisemitisme adalah masalah yang signifikan dan terus berkembang di dunia, dan saya melihat banyak orang di industri ini mendukung saya, dan saya sangat menghargainya," kata Altman menjawab pertanyaan tersebut.
"Saya melihat lebih sedikit hal yang seperti itu pada umat Islam," imbuh Sam Altman.
Gaya Hidup Sam Altman
Sam Altman sendiri dikenal sebagai bos perusahaan teknologi yang terobsesi memperpanjang usia hidupnya.
Bahkan sebagaimana dikutip dari Business Insider India, Selasa (9/1/2024), pendiri ChatGPT juga disebut-sebut telah mempersiapkan skenario kalau hari kiamat terjadi. Misalnya saat ada virus sintetis mematikan, perang nuklir, hingga serangan kecerdasan buatan.
Sam Altman kabarnya memiliki persediaan senjata, emas, dan perlengkapan bertahan hidup lainnya.
Pria berusia 38 tahun ini juga begitu memperhatikan kesehatan, baik itu dari waktu tidurnya, jadwal kerja, atau pola makannya. Sam Altman juga memperhatikan banyak aspek kehidupan sehari-harinya dan memaksimalkan efektivitasnya.
Salah satu yang jadi sorotan, adalah kebiasaannya berpuasa. Pada 2018, Sam Altman menulis, ia akan meminum kopi segelas kecil espresso setelah bangun tidur tetapi jarang makan sarapan. Altman juga puasa selama 15 jam pada kebanyakan hari.
Untuk urusan pola makan, ia menghindari terlalu banyak makan sebelum tidur. Tak hanya itu, Altman juga menghindari alkohol untuk membantu menyehatkan dirinya.
Altman juga merupakan seorang vegetarian dan sering minum susu protein untuk melengkapi pola hidupnya. Untuk yang satu ini, ternyata Altman tak begitu menyukainya.
Advertisement
Lebih Suka Bekerja di Kantor
Pria kelahiran 22 April 1985 ini juga mengatakan, sebisa mungkin dirinya menghindari makanan yang menyebabkan peradangan. Misalnya hidangan pedas dan yang mengganggu pencernaan. Altman juga menghindari konsumsi gula terlalu banyak.
Selanjutnya, saat membaca-baca email yang masuk, ia menggunakan LED spektrum penuh pada pagi hari sekitar 10-15 menit. Menurutnya ini jadi aktivitas menguntungkan.
Altman mengaku dirinya lebih senang membuat janji temu soal pekerjaan pada siang hari.
"Saya mendapati bahwa sebagian besar pertemuan sebaiknya dijadwalkan selama 15-20 menit atau 2 jam. Umumnya 1 jam biasanya salah dan menyebabkan banyak waktu terbuang," kata Altman.
Meski begitu, ia sebisa mungkin menghindari pertemuan karena menganggap bekerja di kantor lebih berharga bagi waktunya. "90 persen pertemuan random yang saya ikuti adalah pemborosan waktu, 10 persen benar-benar menggantikannya," katanya.
Ia pun memprioritaskan untuk menyisihkan waktu dalam jadwalnya untuk melakukan pertemuan yang sifatnya kebetulan, guna memamarkan ide baru kepada orang lain serta untuk memikirkan apa lagi yang akan dikerjakannya.
Sam Altman Jadi CEO of the Year 2023 TIME
Tahun lalu, Sam Altman dinobatkan sebagai CEO of the Year 2023 dari majalah TIME.
Penghargaan ini diberikan oleh TIME, tak lama usai serangkaian drama internal di tubuh OpenAI, usai Sam Altman sempat dipecat dari jabatannya sebagai CEO, hingga kembali duduk di sana.
"Lahir dari laboratorium penelitian nirlaba yang didedikasikan untuk membangun kecerdasan buatan demi kepentingan umat manusia, OpenAI menjadi kapal roket senilai $80 miliar," tulis TIME.
"Altman muncul sebagai salah satu eksekutif paling berkuasa dan dihormati di dunia, wajah publik dan pemimpin utama revolusi teknologi," ujar majalah itu di situs resminya, dikutip Jumat (8/12/2023).
Dalam wawancaranya dengan TIME usai kembali duduk sebagai CEO OpenAI, Altman mengatakan mereka sekarang merasa lebih kuat, bersatu, serta lebih fokus dibandingkan sebelumnya.
"Namun saya berharap ada cara lain untuk sampai ke sana," kata pria yang juga mendapatkan Golden Visa dari pemerintah Indonesia tersebut.
Advertisement