Sukses

OpenAI Hapus Larangan Penggunaan AI Besutannya untuk Tujuan Militer dan Perang

OpenAI telah menghapus bahasa yang berkaitan dengan militer dan peperangan (perang).

Liputan6.com, Jakarta - Halaman kebijakan penggunaan OpenAI secara eksplisit menyatakan bahwa perusahaan melarang penggunaan teknologinya untuk tujuan “militer dan peperangan”. Namun, kebijakan itu telah dihapus.

Menurut laporan The Intercept, dikutip dari Engadget, Selasa (16/1/2023), perusahaan memperbarui halaman tersebut pada 10 Januari 2024 agar lebih jelas dan memberikan panduan yang spesifik untuk layanan.

OpenAI masih melarang penggunaan model bahasa besar (LLM) untuk apa pun yang dapat menimbulkan kerugian, dan memperingatkan orang-orang agar tidak menggunakan layanannya untuk “mengembangkan atau menggunakan senjata.

Namun, perusahaan tersebut telah menghapus bahasa yang berkaitan dengan militer dan peperangan.

Meskipun kita semua belum melihat implikasinya dalam kehidupan nyata, perubahan kalimat ini terjadi ketika lembaga militer di seluruh dunia menunjukkan minat untuk menggunakan AI.

“Mengingat penggunaan sistem AI dalam menyasar warga sipil di Gaza, ini adalah momen penting untuk mengambil keputusan guna menghapus kata 'militer dan peperangan' dari kebijakan penggunaan OpenAI yang diizinkan,” kata direktur pelaksana AI Now Institute, Sarah Myers West.

Penyebutan eksplisit 'militer dan peperangan' dalam daftar penggunaan terlarang menunjukkan bahwa OpenAI tidak dapat bekerja sama dengan lembaga pemerintah seperti Departemen Pertahanan, yang biasanya menawarkan kesepakatan yang menguntungkan kepada kontraktor.

Saat ini, perusahaan yang dipimpin Sam Altman ini belum memiliki produk yang dapat langsung 'membunuh' atau menyebabkan cedera fisik pada siapa pun.

Namun seperti yang dikatakan The Intercept, teknologinya dapat digunakan untuk tugas-tugas seperti menulis kode dan memproses pesanan pengadaan barang-barang yang dapat digunakan untuk membunuh orang.

2 dari 7 halaman

Penjelasan OpenAI

Ketika ditanya tentang perubahan kebijakannya, juru bicara OpenAI Niko Felix mengatakan kepada The Intercept bahwa langkah ini "Bertujuan untuk menciptakan serangkaian prinsip universal yang mudah diingat dan diterapkan, terutama karena alat kami sekarang digunakan secara global oleh pengguna sehari-hari yang sekarang juga dapat membangun GPT."

Felix menjelaskan prinsip seperti 'Jangan merugikan orang lain' bersifat luas namun mudah dipahami dan relevan dalam berbagai konteks, seraya menambahkan bahwa OpenAI secara khusus menyebutkan senjata dan melukai orang lain sebagai contoh yang jelas.

Namun, juru bicara tersebut menolak untuk mengklarifikasi apakah pelarangan penggunaan teknologinya untuk 'merugikan' pihak lain mencakup semua jenis penggunaan militer di luar pengembangan senjata atau tidak.

Dalam sebuah pernyataan kepada Engadget, juru bicara OpenAI mengatakan, “Kebijakan kami tidak mengizinkan alat kami digunakan untuk menyakiti orang, mengembangkan senjata, untuk pengawasan komunikasi, atau untuk melukai orang lain atau menghancurkan properti."

"Namun, ada kasus penggunaan keamanan nasional yang sejalan dengan misi kami. Misalnya, kami telah bekerja sama dengan DARPA untuk memacu penciptaan alat keamanan siber baru guna mengamankan perangkat lunak sumber terbuka yang menjadi andalan infrastruktur dan industri penting," sambungnya.

Felix menyimpulkan, tujuan pembaruan kebijakan perusahaan adalah untuk memberikan kejelasan dan kemampuan untuk melakukan diskusi.

3 dari 7 halaman

Bos OpenAI Sam Altman Jadi CEO of the Year 2023 Versi Majalah TIME

Di sisi lain, CEO OpenAI, perusahaan pembuat ChatGPT Sam Altman dinobatkan sebagai CEO of the Year 2023 dari majalah TIME.

Penghargaan ini diberikan oleh TIME, tak lama usai serangkaian drama internal di tubuh OpenAI, usai Sam Altman sempat dipecat dari jabatannya sebagai CEO, hingga kembali duduk di sana.

BACA JUGA:7 Cara Bos ChatGPT Sam Altman agar Umur Panjang, Salah Satunya Puasa"Lahir dari laboratorium penelitian nirlaba yang didedikasikan untuk membangun kecerdasan buatan demi kepentingan umat manusia, OpenAI menjadi kapal roket senilai $80 miliar," tulis TIME.

"Altman muncul sebagai salah satu eksekutif paling berkuasa dan dihormati di dunia, wajah publik dan pemimpin utama revolusi teknologi," ujar majalah itu di situs resminya, dikutip Jumat (8/12/2023).

Dalam wawancaranya dengan TIME usai kembali duduk sebagai CEO OpenAI, Altman mengatakan mereka sekarang merasa lebih kuat, bersatu, serta lebih fokus dibandingkan sebelumnya.

"Namun saya berharap ada cara lain untuk sampai ke sana," kata pria yang juga mendapatkan Golden Visa dari pemerintah Indonesia tersebut.

Juru bicara OpenAI, kepada TIME, juga enggan berkomentar terkait kejadian yang menimpa Altman.

"Kami tidak dapat mengungkapkan rincian spesifik sampai tinjauan independen dewan selesai. Kami menantikan temuan dari peninjauan ini dan terus mendukung Sam," kata juru bicara perusahaan.

"Fokus utama kami tetap pada pengembangan dan peluncuran AI yang berguna dan aman, serta mendukung dewan baru saat mereka berupaya melakukan perbaikan pada struktur tata kelola kami," ujar OpenAI.

4 dari 7 halaman

Sam Altman Sempat Didepak dari CEO OpenAI

Seperti diketahui, Sam Altman sempat dipecat oleh dewan direksi OpenAI beberapa waktu lalu.

Dia disebut "secara konsisten jujur dalam komunikasinya dengan dewan, sehingga menghambat kemampuannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya."

Dewan direksi pun merasa tidak lagi "percaya pada kemampuannya untuk terus memimpin OpenAI".

Usai pemecatan Altman dari jabatannya sebagai CEO OpenAI, Brockman mengatakan kepada staf OpenAI melalui email pada hari Jumat bahwa dia mengundurkan diri sebagai ketua "berdasarkan berita hari ini."

Keduanya sempat melakukan pembicaraan lagi dengan dewan direksi selama akhir pekan, untuk mendapatkan kembali jabatannya, namun diskusi ini tidak menguntungkan mereka.

Di hari Minggu malam, terungkap dewan kemudian memilih mantan CEO Twitch Emmett Shear, sebagai CEO sementara OpenAI.

Cerita berlanjut usai Bos Microsoft, Satya Nadella, melalui akun X miliknya, mengungkapkan dia mengajak Altman dan co-founder OpenAI Greg Brockman untuk memimpin tim riset AI Microsoft.

Sam Altman, Greg Brockman, dan tim akan bergabung dengan Microsoft untuk memimpin tim peneliti AI tingkat lanjut di Microsoft," tulis Satya. Meski begitu, dia juga menambahkan, "Microsoft tetap berkomitmen terhadap kemitraan dengan OpenAI."

5 dari 7 halaman

Perlawanan dari Karyawan

Namun, dipecatnya Altman mendapatkan penolakan dari karyawan perusahaan.

Laporan menyebutkan sekitar 500 karyawan OpenAI, termasuk beberapa eksekutif, mengancam akan mundur apabila Sam Altman dan mantan presiden Greg Brockman, tidak diangkat lagi oleh dewan direksi.

Jumlah mereka yang menandatangani surat tersebut naik hingga sekitar 700 karyawan, menurut laporan Bloomberg, seperti dikutip dari Engadget, Selasa (21/11/2023).

Beberapa anggota staf, termasuk CTO Mira Murati, yang sempat menempati posisi puncak perusahaan itu di akhir pekan, juga menulis di X "OpenAI tidak berarti tanpa orang-orangnya."

Beberapa hari kemudian, diumumkan lagi bahwa Sam Altman akan kembali menjabat sebagai CEO, di mana dewan direksi baru juga akan dibentuk. Ia pun resmi menjabat posisi itu pada akhir November.

"Saya kembali ke OpenAI sebagai CEO. Mira akan kembali ke perannya sebagai CTO. Dewan awal yang baru akan terdiri dari Bret Taylor (Chair), Larry Summers, dan Adam D’Angelo," kata Altman dalam blog resmi OpenAI, dikutip Kamis (30/11/2023).

Mengutip Engadget, Bret Taylor adalah mantan CEO Salesforce, Larry Summers adalah eks Menteri Keuangan Amerika Serikat era Bill Clinton, sementara D'Angelo adalah co-founder Quora dan sudah bergabung dengan dewan OpenAI sebelumnya.

6 dari 7 halaman

Resmi Balik Jadi CEO OpenAI

Di memonya, Sam Altman juga menyinggung soal Ilya Sutskever, co-founder dan chief scientist OpenAI, yang disebut-sebut mengawali kudeta oleh dewan, dan berubah pikiran usai hampir semua karyawan mengancam akan berhenti.

"Saya mencintai dan menghormati Ilya, menurut saya dia adalah cahaya penuntun di lapangan dan permata bagi manusia. Saya tidak mempunyai niat buruk terhadapnya," kata Altman.

"Meskipun Ilya tidak lagi menjabat sebagai dewan direksi, kami berharap dapat melanjutkan hubungan kerja kami dan mendiskusikan bagaimana dia dapat melanjutkan pekerjaannya di OpenAI," imbuhnya.

Dikutip dari Engadget, Altman bergabung dengan salah satu pendiri, Greg Brockman yang melanjutkan perannya sebagai Presiden.

Sementara Mira Murati, yang sempat menjadi CEO interim sepanjang drama perusahaan pembuat ChatGPT ini, akan kembali ke perannya sebagai CTO.

Mengutip The Verge, Microsoft akan bergabung dalam dewan sebagai "non-voting observer" yang berarti, mereka akan bisa melihat lebih banyak cara kerja perusahaan, tetapi tidak punya hak suara resmi dalam pengambilan keputusan besar.

7 dari 7 halaman

INFOGRAFIS JOURNAL_Berbagai Fakta Mengenai Gerakan Cancel Culture di Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)