Liputan6.com, Jakarta - Apple membayar denda sebesar 1,2 miliar Rubel atau setara Rp 215,2 miliar pada Rusia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyelesaian atas dugaan penyalahgunaan posisi dominan Apple terkait pembayaran dalam aplikasi.Â
Informasi ini diungkapkan oleh lembaga antimonopoli Rusia, FAS alias Federal Antimonopoly Service, pada Senin lalu. Apple tak segera menanggapi permintaan komentar, namun sebelumnya Apple menyebutkan ketidaksetujuan mereka atas sanksi denda ini.Â
Baca Juga
Sebelumnya, regulasi FAS menyebutkan kalau distribusi aplikasi melalui iOS telah memberikan keuntungan kompetitif pada produk-produk mereka.Â
Advertisement
Mengutip Reuters, Rabu (24/1/2024), FAS mengungkap kalau Apple telah membayar denda tersebut pada 19 Januari lalu. Dana denda yang dibayarkan Apple pun telah ditransfer ke bendahara negara tersebut.Â
Pada Februari 2023, FAS mengatakan, Apple membayar denda sekitar USD 12,1 juta (Rp 190,1 miliar) dalam kasus antimonopoli lainnya yang menuding penyalahgunaan dominasi Apple di pasar aplikasi seluler.Â
Rusia sendiri bersitegang dengan perusahaan asing selama beberapa tahun ini, terutama terkait konten yang dianggap tidak sah oleh Moskow dan ketidakpatuhan dalam menyimpan data pengguna secara lokal.Â
Kasus ini kian memanas setelah Rusia mengirimkan pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.Â
Sementara sebelumnya, Apple menjeda penjualan produk-produk mereka di Rusia segera setelah konflik Rusia dengan Rusia dimulai. Bahkan, Apple juga membatasi layanan Apple Pay mereka di Rusia.Â
Â
Penjualan Apple Merosot 30 Persen di China
Sebelumnya, analis Jefferies mengindikasikan adanya penurunan penjualan Apple di China dan kondisi ini dinilai akan bertahan hingga tahun 2024.
Penjualan seri iPhone 15 mengalami awal yang sangat lamban, sehingga mengakibatkan penurunan penjualan sebesar 30% dari tahun ke tahun.
Penjualan Apple sangat kontras jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan Huawei yang mengesankan, didorong kesuksesan penjualan jajaran Mate 60 di pasar Tiongkok.
Dilaporkan Bloomberg, seperti dikutip dari Gizchina, Senin (15/1/2023), peluncuran iPhone 15 terjadi hanya dua minggu setelah pengumuman mengejutkan dari Huawei Mate 60 Pro.
Para analis berpendapat bahwa rasa patriotisme di kalangan konsumen membuat mereka memilih produk andalan Huawei, terutama karena prosesor baru buatan China. Namun, detail mengenai prosesor ini belum diungkapkan secara resmi oleh Huawei.
Â
Advertisement
Penurunan Penjualan iPhone Turun Dua Digit
Jefferies memperkirakan pengiriman ponsel Huawei mencapai 35 juta unit, dan angka ini berpotensi lebih tinggi jika bukan karena kendala pasokan tertentu.
Performa kuat dari jajaran Mate 60 disebut berkontribusi signifikan terhadap kesuksesan Huawei di pasar domestik.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa penurunan volume penjualan iPhone sebesar dua digit, dapat berlanjut hingga tahun mendatang.
Selama seminggu terakhir bahkan ada penurunan harga iPhone yang ditawarkan di sejumlah platform belanja online Tiongkok.
Namun penurunan harga tersebut tidak berdampak pada peningkatan volume penjualan. Hal ini menantang posisi Apple di pasar Tiongkok.
Huawei Tumbuh di Pasar Tiongkok
Sementara itu, Huawei terus menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan, didorong oleh kesuksesan peluncuran produk unggulan dan kehadiran yang kuat di negara asalnya.
Dinamika pasar ponsel pintar Tiongkok tetap dinamis dan kompetitif. Preferensi konsumen dan loyalitas merek lokal memainkan peran penting dalam membentuk lanskap penjualan.
Advertisement