Liputan6.com, Jakarta - Penjahat siber semakin marak menggunakan teknologi deepfake untuk menipu korbannya, baik dari meniru identitas selebriti hingga mengelabui orang demi uang.
Salah satu kasus deepfake paling terkini terjadi di Hong Kong, di mana seorang pekerja di perusahaan multinational ditipu.
Baca Juga
Mengutip Engadget, Rabu (8/2/2024), pekerja keuangan yang dirahasiakan itu ditipu untuk mengirimkan uang sebesar USD 25,6 juta atau sekitar Rp 402 miliar.
Advertisement
Menurut polisi Hong Kong, pelaku kejahatan siber ini menghubungi karyawan tersebut dengan menyamar sebagai kepala keuangan perusahaan berbasis di Inggris.
Disebutkan, korban sempat merasa curiga karena email tersebut meminta transaksi rahasia, di mana teknologi deepfake itu dipakai pelaku.
Karyawan itu diajak menghadiri video call dengan "CFO" dan anggota perusahaan lainnya yang dikenal.
Akan tetapi, pada kenyataannya setiap "orang" yang berinteraksi dengan korban adalah hasil teknologi deepfake.
Diyakini, video deepfake ini dibuat menggunakan klip video publik dari seseorang di dunia nyata.
Pelaku kejahatan siber meminta karyawan untuk memperkenalkan dirinya, dan kemudian menginstruksikan dia melakukan 15 transfer berjumlah USD 25,6 juta ke lima rekening bank lokal.
Untuk membuat korban lengah, pelaku kejahatan siber dengan sengaja menciptakan rasa urgensi untuk melakukan tugas tersebut, dan tiba-tiba memutus panggilan.
Selang seminggu berlalu, karyawan baru menindaklanjuti permintaan tersebut di perusahaan Hong Kong  dan menemukan kejanggalan.
Â
Pelaku Sudah Dipantau Petugas
Sejauh ini polisi Hong Kong telah menangkap enam orang terkait kasus penipuan ini, di mana tenyata mereka diketahui telah mencuri delapan kartu identitas.
Disebutkan, pelaku telah mengajukan 54 pendaftaran rekening bank dan 90 permohonan ke layanan pinjaman uman pada tahun 2023.
Selain itu, pelaku juga diketahui berhasil mengelabui software pengenalan wajah dalam setidaknya 20 kasus menggunakan deepfake.
Meluasnya penggunaan deepfake adalah salah satu kekhawatiran yang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi AI.
Â
Advertisement
Deepfake Taylor Swift Beredar di Media Sosial
Pada bulan Januari, Taylor Swift dan Presiden Joe Biden termasuk di antara mereka yang identitasnya dipalsukan dengan deepfake.
Dalam kasus Swift, yang terjadi adalah gambar pornografi dirinya yang tidak disetujui dan penipuan keuangan yang menargetkan calon pembeli Le Creuset.
Suara Presiden Biden terdengar dalam beberapa robocall kepada para konstituen di New Hampshire, yang mendesak mereka untuk tidak memberikan suara pada pemilihan pendahuluan di negara bagian mereka.
Taylor Swift Akan Ambil Tindakan Hukum
Foto-foto palsu ini segera menyebar di X, Facebook, Instagram, dan Reddit. X dan Reddit mulai menghapus unggahan tersebut pada Kamis pagi, 25 Januari 2024.
Seorang sumber yang dekat dengan Swift mengatakan pada Kamis, "Apakah tindakan hukum akan diambil atau tidak sedang diputuskan, tapi ada satu hal yang jelas: gambar-gambar palsu yang dihasilkan AI ini sangat kasar, menyinggung, eksploitatif, dan dilakukan tanpa persetujuan Taylor dan/atau pengetahuannya."
"Akun X yang mengunggahnya sudah tidak ada lagi. Sangat mengejutkan bahwa platform media sosial membiarkan mereka melakukan hal tersebut sejak awal," imbuhnya. "Gambar-gambar ini harus dihapus dari mana pun dan tidak boleh dipromosikan siapa pun."
"Keluarga dan teman-teman Taylor sangat marah, begitu pula para penggemarnya ... Pintunya harus ditutup. Perundang-undangan perlu disahkan untuk mencegah hal ini dan undang-undang harus diberlakukan," tegasnya.Â
Advertisement