Liputan6.com, Jakarta - Meta disebut akan memberi label khusus pada gambar buatan AI. Hal ini dilakukan karena gambar buatan AI dari OpenAI dan Google semakin marak bermunculan.
Rencana ini diungkap oleh Nick Clegg, presiden urusan global Meta. Dalam situs perusahaan, Nick menulis Meta ingin lebih transparan di platform media sosial miliknya.
Baca Juga
Rencananya, perusahaan bentukkan Mark Zuckerberg ini akan memberikan label jika gambar yang diunggah oleh pengguna dibuat pakai AI.
Advertisement
Tindakan ini juga sebagai antisipasi platform media sosial itu menyambut pemilu pada tahun 2024, di mana semua orang memperhatikan bagaimana Meta akan menangani berita palsu di platform-nya.
Saat AI generatif semakin mudah digunakan, gambar palsu buatan orang marak bermunculan di media sosial, berpura-pura menjadi nyata.
Mengutip Android Central, Sabtu (10/2/2024), perusahaan bentukan Mark Zuckerberg itu sudah memasang label "Imagined with AI" pada gambar fotorealistik buatan AI-nya sendiri.
Saat ini, perusahaan juga ingin melakukan hal serupa untuk gambar dari tools AI lainnya dengan penanda, seperti watermark dan metadata dalam file untuk menunjukkan itu adalah ciptaan AI.
Menurut Clegg, Meta bekerja sama dengan mitra industri untuk menciptakan alat berkemampuan mengenali konten buatan AI menggunakan “penanda tak terlihat” seperti watermark dan metadata.
Tak hanya Google dan OpenAI, perusahaan berbasis di Menlo Park, California, itu akan melabeli gambar buatan Microsoft, Adobe, Midjourney, dan Shutterstock yang dibagikan di platform Meta.
“Kami sedang membangun kemampuan ini sekarang, dan dalam beberapa bulan mendatang kami akan mulai menerapkan label dalam semua bahasa yang didukung oleh setiap aplikasi (Facebook. Instagram, dan Threads),” tulis Clegg.
Mark Zuckerberg Minta Maaf ke Orangtua Korban Eksploitasi Anak di Sidang Senat
Chief Executive of Meta, Mark Zuckerberg, meminta maaf kepada orangtua atau keluarga korban eksploitasi anak di media sosial dalam sidang senat yang memanas di Capitol Hill, belum lama ini.
Permintaan maaf tersebut muncul ketika Zuckerberg, yang perusahaannya memiliki platform media sosial Facebook dan Instagram, menjawab pertanyaan di sidang Kehakiman Senat AS tentang dampak media sosial terhadap anak-anak.
Sidang itu membahas eksploitasi seksual terhadap anak secara online (eksploitasi anak), dan juga melibatkan CEO dari Discord, Snap, X dan TikTok, serta menampilkan video anak-anak yang berbicara tentang pengalaman mereka dengan penindasan online, pelecehan, dan masih banyak lagi.
Ketua komite Dick Durbin mengecam platform tersebut karena gagal melindungi anak-anak, dan Senator Partai Republik Lindsey Graham mengatakan kepada Zuckerberg bahwa tangannya berlumuran darah akibat produk yang 'membunuh orang'.
Advertisement
Bos Facebook Minta Maaf
Sejumlah orangtua korban eksploitasi anak juga turut menghadiri sidang tersebut, beberapa di antaranya memegang tanda yang membagikan cerita anak-anak mereka.
Ketika Zuckerberg ditanya oleh Senator Partai Republik Josh Hawley apakah dia ingin meminta maaf kepada para korban yang dirugikan oleh produknya, CEO Meta tersebut berbicara langsung kepada keluarga yang hadir.
“Saya minta maaf atas semua yang telah Anda lalui,” kata Mark Zuckerberg sebagaimana dikutip dari CBS News, Sabtu (3/2/2024).
“Tidak ada seorang pun yang harus mengalami penderitaan yang dialami keluarga Anda dan inilah sebabnya kami berinvestasi begitu banyak dan kami akan terus melakukan upaya di seluruh industri untuk memastikan hal itu tak akan terjadi lagi," pungkasnya.
Zuckerberg Menolak Beri Dana Kompensasi ke Korban
Zuckerberg dan CEO media sosial lainnya kerap mempromosikan prosedur keselamatan anak secara online. Meta sebelumnya mengatakan telah menghabiskan USD 5 miliar untuk keselamatan dan keamanan pada tahun 2023.
Para CEO media sosial juga mengatakan mereka akan bekerja sama dengan anggota parlemen, orangtua, organisasi nirlaba, dan penegak hukum untuk melindungi anak di bawah umur.
Lebih lanjut, Zuckerberg menolak untuk berkomitmen terhadap saran Hawley agar perusahaan menyiapkan dana kompensasi untuk korban.
Belakangan ini semakin banyak anggota parlemen yang mendesak diambilnya langkah-langkah untuk mengekang penyebaran gambar-gambar pelecehan seksual terhadap anak-anak secara online dan meminta platform teknologi agar lebih bertanggung jawab dalam melindungi anak-anak.
Sidang Senat adalah bagian dari upaya untuk meloloskan undang-undang setelah bertahun-tahun Kongres tidak melakukan tindakan regulasi.
Advertisement