Sukses

Perpusnas Buka Suara soal Aksi Peretasan Situs Web oleh Hacker Diduga Bjorka

Situs web Perpusnas diretas oleh hacker diduga Bjorka yang menyuarakan kemarahan terhadap elit politik. Kepala Biro Humas Perpusnas menjamin data pribadi pengguna aman dan berjanji meningkatkan keamanan situs web.

Liputan6.com, Jakarta - Situs web Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), dengan alamat URl https://seleksijpt.perpusnas.go.id/ diretas dan diubah tampilannya pada Rabu, 14 Februari 2024.

Adapun aksi peretasan tersebut dilakukan oleh hacker mengatasnamakan diri sebagai Bjorka.

Hal ini menjadi sorotan di masyarakat, dan banyak yang bertanya-tanya tentang keamanan data pribadi di situs web milik Perpusnas itu.

Lewat keterangan resminya ke Liputan6.com, Selasa (20/2/2024), Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama dan Humas Perpusnas, Sri Marganingsih buka suara.

"Data di situs Perpusnas aman. Data-data dari situs web yang diretas juga tidak bersifat rahasia," terangnya.

Dia berharap, aksi peretasan terhadap situs web pemerintahan ini tidak terulang kembali.

Hingga berita ini ditulis, Sri Marganingsih mengatakan, "saat ini, tim IT Perpusnas menonaktifkan sementara situs web diretas dan melakukan upaya peningkatan keamanan."

Dia menambahkan, Perpusnas juga saat ini sedang melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Informasi, hacker Bjorka ini meretas dan mengubah tampilan situs Perpusnas sebagai bentuk gerakan sosial politik.

Berdasarkan teks yang tertulis di situs, pelaku menulis teks kemarahan tersebut ditujukan untuk para elit politik khususnya partai PDI Perjuangan.

 

"Terpecah belah Indonesiaku

Hancur sudah harapan generasiku

Kami tidak lupa

Ketika banteng berkuasa,

Mereka peras handuk kering

Menjadi abu!" tulis pelaku yang mengatasnamakan Bjorka.

 

2 dari 4 halaman

Hacker Ubah Tampilan Situs Perpusnas

Selain berisikan pesan untuk para elit politik di Tanah Air, pelaku juga memasang sejumlah nama caleg yang berkontestasi di Pemilu 2024 disertai dengan teks "Orang-orang Kotor!".

Hacker Bjorka juga memasang ilustrasi memperlihatkan para pencari kerja berkerumunun, dan membawa plang bertuliskan "Si Jenius Cari Kerja Setengah Mampus" dan "Butuh Pekerjaan".

Lainnya, ada juga ilustrasi mirip dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang berdiri di atas rakyat Indonesia.

Hingga barita ini ditulis, tim Liputan6.com sedang berusaha untuk menghubungi pihak Perpusnas, Kemkominfo, dan BIN untuk mengetahui tindak selanjutnya. 

3 dari 4 halaman

Waspada Bahaya Trojan Coyote

Di sisi lain, trojan Coyote yang menargetkan perbankan (bank) untuk mencuri informasi finansial sensitif baru saja ditemukan oleh Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) Kaspersky.

Dijuluki 'Coyote', malware ini mengandalkan installer Squirrel untuk distribusinya--namanya terinspirasi dari coyote, predator alami tupai.

Para ahli Kaspersky mengidentifikasi bahwa Coyote menggunakan taktik penghindaran mutakhir untuk mencuri informasi keuangan sensitif.

Coyote terutama menargetkan pengguna yang berafiliasi dengan lebih dari 60 lembaga perbankan di Brasil, menggunakan penginstal Squirrel untuk distribusinya--sebuah metode yang jarang dikaitkan dengan pengiriman malware.

Dalam hal ini peneliti Kaspersky telah menyelidiki dan mengidentifikasi seluruh proses infeksi Coyote. Alih-alih mengambil jalur biasa dengan penginstal terkenal, Coyote memilih alat Squirrel yang relatif baru untuk menginstal dan memperbarui aplikasi desktop Windows.

4 dari 4 halaman

Pelaku Pakai Bahasa Program Kurang Populer

Dengan cara ini, Kaspersky menjelaskan melalui keterangan resminya, Senin (12/2/2024), trojan Coyote menyembunyikan pemuat tahap awal dengan berpura-pura bahwa itu hanya pengemas pembaruan.

Apa yang membuat Coyote semakin canggih adalah penggunaan Nim, bahasa pemrograman lintas platform yang modern, sebagai pemuat untuk tahap akhir proses infeksi.

Hal ini sejalan dengan tren yang diamati oleh Kaspersky, di mana penjahat siber menggunakan bahasa yang kurang populer dan bersifat lintas platform, yang menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap tren teknologi terkini.Â