Sukses

Elon Musk Klaim Implan Otak Neuralink Sukses, Dokter Khawatir Kondisi Pasien Pertama

Meskipun Elon Musk mengklaim pasien pertama Neuralink pulih dengan baik, para dokter masih meragukan keamanan dan efek jangka panjang dari implan otak ini.

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Elon Musk mengklaim perusahaan neuroteknologi bentukannya, Neuralink, sukses menanamkan implan ke otak manusia.

Alhasil, pasien yang menerima implan otak ciptaan Neuralink tersebut mampu mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan pikiran mereka.

Elon menyebutkan, pasien pertama yang otaknya ditanamkan chip ini sudah "pulih dengan baik".

Akan tetapi, klaim Elon Musk tersebut langsung menjadi kontroversi dan menuai kritik dari berbagai pihak, khususnya dibidang medis.

Banyak berpendapat, prosedur penanaman implan ke otak manusia ini masih kurang bukti dan khawatir bahaya yang akan terjadi.

Mengutip laporan Futurism, Minggu (3/3/2024), peneliti medis dan dokter mempertanyakan validitas klaim perusahaan neuroteknologi tersebut.

"[Neuralink] hanya membagikan informasi mereka inginkan publik ketahui," ungkap Sameer Sheth, ahli bedah saraf dari Baylor College of Medicine.

Dia menambahkan, "masih ada banyak kekhawatiran di komunitas kami tentang hal tersebut."

Kekhawatiran ini diperkuat oleh rekam jejak Neuralink yang kontroversial. Sebelumnya, bocoran dokumen internal perusahaan mengungkap perlakuan tidak etis terhadap monyet uji coba.

Kala itu, implan tertanam pada monyet-monyet tersebut menyebabkan beragam cedera mengerikan, termasuk pecahnya pembuluh darah di otak dan pembengkakan otak parah.

Berdasarkan hal tersebut, banyak para ahli berpendapat penderitaan dialami monyet-monyet tersebut bisa dicegah.

 

2 dari 4 halaman

Pindahkan Kursor Bukan Hal Baru

<p>Ilustrasi Kesehatan Otak (sumber: unsplash)</p>

Sheth juga menyoroti kurangnya transparansi Neuralink terkait kemampuan robot bedah mereka. "Sejauh ini, kami hanya melihat video robot tersebut 'beroperasi' pada model dummy, dan itu sudah lebih dari setahun lalu," ujarnya.

"Manusia yang mengendalikan kursor bukanlah hal baru," kata Bolu Ajiboye, peneliti antarmuka otak-komputer dari Case Western Reserve University.

Ia mengingatkan, teknologi serupa sudah ada sejak tahun 2004, terlebih lagi jika diuji coba pada monyet.

Meski demikian, Ajiboye tidak serta merta menutup mata terhadap potensi Neuralink dalam pengambangan teknologi medis di masa mendatang.

"Semakin banyak perusahaan terlibat dalam BCI (Brain-Computer Interface) pada manusia," ujarnya, "semakin baik untuk memajukan bidang ini."

3 dari 4 halaman

Mendapatkan Lampu Hijau dari FDA

Uji Coba Chip Otak Neuralink pada Monyet. Credit: Neuralink

Untuk diketahui, Neuralink mulai melakukan operasi ke pasien manusia, setelah mendapat lampu hijau dari FDA atau badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat. Uji klinis untuk pasien manusia dilakukan pertama pada akhir tahun lalu.

Saat uji coba, Neuralink menuturkan, fokus utama mereka adalah memberikan kemampuan pada manusia untuk mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan pikiran mereka. Uji coba itu bertujuan untuk menciptakan BCI (brain-computer interfaces).

Adapun untuk uji coba, Neuralink menargetkan pasien yang penderita quadriplegia yang disebabkan cedera tulang belakang atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).

Penyakit tersebut juga dikenal sebagai Lou Gehrig Disease yaitu penyakit neurogeneratif progresif yang membatasi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang.

Kendati demikian, Elon Musk tidak membagikan detail lebih jauh mengenai prosedur implan otak yang dilakukan untuk pasien manusia tersebut. Namun, keberhasilan ini bisa menjadi batu loncatan perusahaan dalam pengembangan produk mereka. 

4 dari 4 halaman

Perusahaan Implan Otak Elon Musk 'Neuralink' Langgar Aturan AS

Seekor monyet bernama Pager memainkan gim Pong menggunakan otaknya, karena otak monyet tersebut sudah ditanami chip oleh perusahaan Elon Musk (Foto: Neuralink/ BBC).

Di sisi lain, Neuralink sebelumnya dinyatakan melanggar peraturan Departemen Transportasi AS (Department of Transportation/DOT) mengenai pergerakan bahan berbahaya.

Selama inspeksi fasilitas perusahaan di Texas dan California pada Februari 2023, penyelidik DOT menemukan perusahaan tersebut gagal mendaftarkan dirinya sebagai pengangkut bahan berbahaya. Demikian menurut catatan dari badan federal yang ditinjau oleh Reuters, dikutip Senin (29/1/2024).

Mereka juga menemukan pengemasan limbah berbahaya yang tidak tepat, termasuk cairan Xylene yang mudah terbakar.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Xylene dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, kebingungan, kehilangan koordinasi otot dan bahkan kematian.

DOT mendenda perusahaan implan otak itu sebesar USD 2.480 atau sekitar Rp 39 juta, jumlah yang lebih rendah dari perkiraan awal karena perusahaan setuju untuk memperbaiki masalah tersebut.

Juru bicara Pipeline and Hazardous Materials Safety Administration, lembaga DOT yang menyelidiki Neuralink, mengonfirmasi pelanggaran dan denda tersebut, juga mengatakan bahwa penyelidikan sudah ditutup.

Terkait hal tersebut, Neuralink hingga saat ini belum memberikan tanggapan.

Video Terkini