Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk mengklaim pasien yang menerima implan otak dari Neuralink bisa mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan pikiran mereka.
Informasi ini pun menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Minggu (3/3/2024) kemarin.
Baca Juga
Berita lain yang juga populer datang dari AS yang menuntut hacker asal Iran atas perannya dalam aktivitas spionase yang menargetkan pemerintah dan entitas pertahanan AS.
Advertisement
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
1. Elon Musk Klaim Implan Otak Neuralink Sukses, Dokter Khawatir Kondisi Pasien Pertama
Baru-baru ini, Elon Musk mengklaim perusahaan neuroteknologi bentukannya, Neuralink, sukses menanamkan implan ke otak manusia.
Alhasil, pasien yang menerima implan otak ciptaan Neuralink tersebut mampu mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan pikiran mereka.
Elon menyebutkan, pasien pertama yang otaknya ditanamkan chip ini sudah "pulih dengan baik".
Akan tetapi, klaim Elon Musk tersebut langsung menjadi kontroversi dan menuai kritik dari berbagai pihak, khususnya dibidang medis.
Banyak berpendapat, prosedur penanaman implan ke otak manusia ini masih kurang bukti dan khawatir bahaya yang akan terjadi.
Mengutip laporan Futurism, Minggu (3/3/2024), peneliti medis dan dokter mempertanyakan validitas klaim perusahaan neuroteknologi tersebut.
"[Neuralink] hanya membagikan informasi mereka inginkan publik ketahui," ungkap Sameer Sheth, ahli bedah saraf dari Baylor College of Medicine.
2. AS Tuntut Hacker Iran 20 Tahun Penjara atas Peretasan Organisasi Pertahanan Negara
Departemen Kehakiman AS (Department of Justice/DoJ) mengumumkan dakwaan terhadap Alireza Shafie Nasab, hacker Iran berusia 39 tahun, atas perannya dalam aktivitas spionase yang menargetkan pemerintah dan entitas pertahanan AS.
Peretasan itu setidaknya aktif sejak 2016 hingga April 2021 dan menargetkan lebih dari belasan organisasi AS, termasuk Departemen Keuangan dan Luar Negeri, berbagai kontraktor pertahanan, serta perusahaan akuntansi dan perhotelan yang berbasis di New York.
Terdakwa dan rekan konspiratornya dilaporkan menggunakan alat khusus untuk melancarkan serangan phishing terhadap organisasi AS saat bekerja sebagai spesialis IT di perusahaan Iran, Mahak Rayan Afraz, yang membahayakan setidaknya 200.000 komputer.
Departemen Kehakiman AS mengatakan hubungan Nasab dengan Mahak Rayan Afraz hanyalah kedok untuk operasi peretasan.
“Meskipun mengaku bekerja sebagai spesialis keamanan siber untuk klien yang berbasis di Iran, Nasab diduga berpartisipasi dalam serangan terus-menerus untuk menyusupi sistem komputer sektor swasta dan pemerintah AS (termasuk pertahanan AS),” kata Matthew G. Olsen, Asisten Jaksa Agung Departemen Kehakiman AS.
Advertisement
3. Ngeri, Kelompok Ransomware BlackCat Klaim Curi Data Kesehatan di 70.000 Apotek!
Kelompok ransomware BlackCat atau dikenal sebagai ALPHV mengklaim bertanggung jawab atas serangan siber terhadap Optum, anak perusahaan UnitedHealth Group (UHG).
Dilansir Bleeping Computer, Minggu (3/3/2024), serangan itu menyebabkan layanan down sehingga memengaruhi platform Change Healthcare.
Change Healthcare adalah platform pertukaran pembayaran terbesar yang digunakan oleh lebih dari 70.000 apotek di seluruh Amerika Serikat (AS).
UHG adalah perusahaan layanan kesehatan terbesar di dunia berdasarkan pendapatan, mempekerjakan 440.000 orang di seluruh dunia dan bekerja dengan lebih dari 1,6 juta dokter dan profesional perawatan di 8.000 rumah sakit dan fasilitas perawatan lainnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs dark web, BlackCat mengatakan telah mencuri 6TB data dari jaringan Change Healthcare milik ribuan penyedia layanan kesehatan, penyedia asuransi, apotek, dan lainnya.
“Berada di dalam jaringan produksi, kami dapat membayangkan banyaknya data penting dan sensitif yang dapat ditemukan. Data tersebut berkaitan dengan semua klien Change Healthcare yang memiliki data kesehatan yang sedang diproses oleh perusahaan,” kata BlackCat.