Liputan6.com, Jakarta - Managing Director Emtek, CEO SCM & Vidio Sutanto Hartono hadir sebagai pembicara dalam Studium Generale Binus University. Bertajuk Local OTT Streaming Hero: Beating Global Giants in Your Own Territory, Sutanto membahas soal perkembangan digital saat ini, termasuk Vidio.
Dalam kuliah umum yang diberikannya, Sutanto menuturkan, perkembangan industri digital saat ini membuat persaingan bisnis menjadi tanpa batas. Kondisi ini tidak jarang membuat perusahaan global bisa menjadi lebih dominan di pasar dalam negeri.
Baca Juga
"Kendati demikian, kita harus terbuka. Namun, kita tetap harus hati-hati agar kita tidak hanya bangsa yang mengonsumsi. Kalian harus punya idealisme, kreativitas digital itu bisa dikembangkan oleh bangsa Indonesia," tutur Sutanto di Studium Generale Binus University yang digelar di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Advertisement
Lebih lanjut Sutanto menuturkan, ketika mulai mengembangkan Vidio, perusahaan sudah menyadari ada beberapa hal menantang. Salah satu tantangannya adalah kebiasan konsumen Indonesia yang masih enggan berlangganan layanan premium.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Vidio pun berupaya menyajikan konten yang paling diminati konsumen di Indonesia, sekaligus konten yang bisa mempertahankan mereka agar tetap mau berlangganan.
Dalam ini ini, Vidio pun berupaya menawarkan deretan konten yang menarik bagi konsumen. Di Vidio sendiri, konten yang menjadi andalan adalah olahraga dan seri original.
Dijelaskan Sutanto, olahraga merupakan konten yang bisa menarik konsumen untuk berlangganan jangkap panjang. Sebab, pertandingan olaharaga biasanya digelar dalam jangka waktu tertentu, dan para penggemarnya tidak ingin melewatkan pertandingan tersebut.
Adapun konten lokal juga dipilih menjadi andalan, karena peminatnya masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan MPA paruh pertama 2023, konten lokal ternyata masih mendominasi tayangan di konsumen Indonesia.
Bahkan, konten lokal mengungguli konten dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Karenanya, Vidio pun rajin menghasilkan konten seri orisinal.
Strategi Vidio Berhadapan dengan Platform Global
Selain itu, Vidio juga menerapkan kemitraan dengan berbagai pihak. Baik dari para kreator, OEM, perusahaan telekomunikasi, termasuk rekanan distribusi.
Yang tidak kalah penting, Vidio membangun platformnya dengan menjaring insinyur lokal terbaik. Hal ini dilakukan agar mereka bisa menawarkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia.
Tidak hanya itu, Vidio juga dibangun dengan teknologi sebagai basis utama. Dengan teknologi yang dimilikinya, Vidio bisa menyajikan tayangan berkualitas tinggi, tanpa kendala berarti.
Menurut Sutanto, salah satu kesulitan yang dihadapi penyedia platform ketika menyiarkan siaran langsung olahraga adalah jumlah penonton yang begitu banyak dalam satu waktu.Â
Namun hingga saat ini, Vidio berhasil menjaga layanan yang diberikan.Â
"Dengan teknologi yang kami miliki, kami bisa membangun digital platform yang bersaing dengan platform global lainnya," tutur Sutanto menuturkan.
Pada kesempatan tersebut, Sutanto juga memberikan pesan pada para mahasiswa yang kebanyakan berasal dari Fakultas Komunikasi Binus University.
"Saya merekomendasikan explore beyond media, bukan hanya di media. Jadi, membuka kesempatan yang lebih luas bagi kalian untuk meniti karir," tuturnya.
Advertisement
Studium Generale Binus University
Turut hadir dalam Studium Generale tersebut adalah Dean Faculty of Digital Communication and Hotel & Tourism Binus University Dr. Yanti, S.Kom.,M.M.
Ia menuturkan, studium generale ini diadakan untuk menghubungkan dunia akademisi dengan industri.
"Studium Generale ini kami adakan tujuannya untuk link and match dengan industri. Karena kalau dari universitas kan kami lebih melihatnya dari sisi akademik. Padahal, saat mahasiswa lulus, penting sekali mereka bisa langsung beradaptasi dengan skillset yang dibutuhkan industri," tutur Dr. Yanti.
Untuk itu, dengan program ini, mahasiswa dan bisa mendapatkan informasi yang lebih termutakhir soal industri, termasuk perkembangan terakhir.
Kehadiran Sutanto Hartono pun disambut baik, karena pembelajaran yang diberikan luar biasa.
"Jadi, beliau banyak menampilkan data, yang mungkin kalau di dalam ruang kuliah kami tidak terlalu paham. Namun, karena kapabilitas mereka, dia bisa menampilkan data tersebut dan membuka mahasiwa kami kalau transformasi digital untuk bisnis media sangat luar biasa," tuturnya.
Ia pun menuturkan, program ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiwa, tapi juga pengolah program studi. Jadi, gap antara kemampuan yang dibutuhkan industri dengan kurikulum yang dihasilkan akademisi bisa semakin pendek.
Â