Sukses

LinkedIn Bakal Tambahkan Fitur Game di Platform: Bisa Asah Otak sambil Cari Kerja

LinkedIn menghadirkan fitur baru: game teka-teki! Pengguna bisa tingkatkan kemampuan kognitif dan tingkatkan profil di platform profesional ini.

Liputan6.com, Jakarta - LinkedIn, platform media sosial profesional yang sering digunakan untuk mencari kerja ini akan menambah fitur baru di dalam platform-nya.

Rencananya, LinkedIn akan menambahkan fitur game berbasis teka-teki ke dalam platform media sosial (medsos) mereka.

Hal ini diungkap lewat unggahan peneliti aplikasi Nima Owj di akun X-nya, sekaligus menyertakan beberapa tangkapan layar beberapa game di LinkedIn.

Kehadiran sejumlah game di LinkedIn ini juga dikonfirmasi oleh perusahaan ke TechCrunh.

Dilansir TechCrunh, Selasa (19/3/2024), skor karyawan atau pengguna akan mempengaruhi peringkat perusahaan tempat mereka bekerja dalam permainan.

Disebutkan, platform medsos para pencari kerja tersebut sedang mengerjakan beberapa game, seperti "Queens", "Inference", dan "Crossclimb".

Walau sudah dikonfirmasi sedang mengembangkan game yang terintegrasi dengan LinkedIn, perusahaan belum mengungkap kapan fitur baru LinkedIn ini akan muncul secara global.

Selain itu, belum diketahui apakah game teka-teki tersebut akan tersecara secara penuh untuk pengguna gratis, atau hanya tersedia untuk pelanggan berbayar LinkedIn.

Analisis LinkedIn Ungkap Karyawan Apple yang Resign Banyak Pindah ke Google

Sebuah analisis terkait profil LinkedIn mengungkap tren perpindahan karyawan di perusahaan-perusahaan teknologi.

Berdasarkan analisis LinkedIn, terungkap kalau Google jadi destinasi alias tujuan berlabuhnya mantan karyawan Apple yang sudah resign.

Mengutip Tech Times, Sabtu (25/11/2023), analisis ini dilakukan oleh Switch on Business. Di mana, studi ini berdasarkan profil-profil di LinkedIn yang terhubung dengan sejumlah perusahaan raksasa teknologi.

 

2 dari 4 halaman

Karyawan Apple Pernah Kerja di Intel, Microsoft, dan Amazon

Ilustrasi LinkedIn (AP Photo) 

Pencarian komprehensif mengenai Google, Amazon, Apple, Meta, Microsoft, IBM, Tesla, Oracle, Netflix, Nvidia, Salesforce, Adobe, Intel, dan Uber dilakukan dengan fokus untuk mengidentifikasi karyawan-karyawan di perusahaan ini dan afiliasi profesionalnya.

Rupanya, mereka yang baru bergabung dengan Apple sebagai karyawan, sebagian juga pernah bekerja di Intel, Microsoft, dan Amazon. Apalagi, akuisisi bisnis modem smartphone Intel pada 2019 memegang peran kunci dalam lanskap rekrutmen Apple.

Sementara untuk karyawan Apple yang mengundurkan diri, mereka paling banyak memilih pindah ke Google sebagai tujuan utama. Ini mengungguli pilihan lain seperti Amazon dan Meta.

Menurut 9to5Mac, adapun daftar tujuan kerja utama mantan karyawan Apple meliputi Google, Meta, Amazon, Microsoft, Tesla, Nvidia, Salesforce, Adobe, Intel, dan Oracle.

3 dari 4 halaman

Apple Rekrut Sedikit Karyawan yang Dulunya Kerja di Perusahaan Teknologi

LinkedIn menghadirkan LinkedIn Lite yang membuat akses anti lemot dan lebih hemat data (Sumber: LinkedIn)

Sementara terkait rekrutmen Apple, temuan menarik survei ini menunjukkan bahwa Apple merekrut presentase tenaga kerja yang relatif kecil dari raksasa teknologi lain, yakni hanya sekitar 5,7 persen.

Ini berbeda dengan pesaing utama mereka seperti Meta (26,5 persen), Google (25,1 persen), dan Salesforce (20,7 persen).

Seiring dengan perkembangan teknologi yang lebih cepat, LinkedIn disebut juga beradaptasi dengan perubahan besar, terutama terkait AI atau kecerdasan buatan.

Pada awal bulan, situs jejaring sosial profesional ini juga meluncurkan fitur AI yang membantu pengguna meningkatkan keterlibatan dan penciptaan konten. Meski begitu, fitur tersebut hanya tersedia untuk pengguna Premium.

Langkah ini bagaimana pun jadi hal maju bagi perusahaan, dengan menyediakan tool AI yang bisa membantu pengguna terhubung dengan profesional lainnya.

4 dari 4 halaman

Apple Setop Iklan di Twitter

Ilustrasi LinkedIn. Kredit: 3D Animation Production Company from Pixabay

Terlepas dari itu, sebelumnya Apple telah menghentikan semua iklannya di platform sosial X atau yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter,. Keputusan ini diambil setelah Elon Musk mengeluarkan pernyataan bernada anti semit yang dibuat oleh Elon Musk, seperti dikutip dari Axios via MacRumors, Minggu (19/11/2023). 

Sekadar informasi, Elon Musk diketahui telah mengeluarkan pernyataan kontroversial yang bernada anti-semit. Selain itu, X juga dilaporkan telah menampilkan iklan Apple di samping konten yang bernada pro-Hitler. 

Untuk itu, Apple diketahui telah menyetop iklan yang beredar di platform tersebut. Sekadar informasi, usai akusisi X oleh Elon Musk, sejumlah pengiklan telah meninggalkan platform tersebut, tapi, Apple tetap menjadi salah satu mitra iklan terbesar di Twitter. 

Oleh sebab itu, pada Maret 2022, Elon mengucapkan terima kasih pada Apple atas dukungan mereka. Bahkan, ia tak segan menyebut perusahaan itu sebagai salah satu pengiklan terbesar Twitter.

Video Terkini