Sukses

Makin Banyak Kreator Konten yang Cari Cuan di YouTube Shorts, TikTok Bakal Ditinggal?

YouTube terus melanjutkan program monetisasi untuk konten Shorts yang diunggah. Dengan program ini, kreator YouTube Shorts akan mendapatkan cuan dari konten yang diunggah.

Liputan6.com, Jakarta - YouTube terus meningkatkan program monetisasi konten melalui video pendek Shorts. 

Dikutip dari Engadget, Minggu (31/3/2024), perusahaan mengumumkan bahwa lebih dari seperempat kreator yang tergabung dalam Program Partner dari YouTube kini menghasilkan uang dari video berdurasi pendek.

Pencapaian ini terjadi kurang lebih setahun setelah YouTube mulai membagi pendapatan iklan dengan pembuat konten Shorts.

YouTube mengatakan saat ini mereka memiliki lebih dari 3 juta kreator konten di seluruh dunia yang tergabung dalam Program Partner.

Dengan program mitra itu, jumlah kreator YouTube Shorts yang menghasilkan uang dari platform ini telah mencapai ratusan ribu.

Karena iklan di Shorts muncul di antara klip di feed, struktur bagi hasil untuk Shorts berbeda dengan konten berdurasi lebih panjang di YouTube.

Pendapatan iklan dikumpulkan dan dibagi di antara pembuat konten yang memenuhi syarat berdasarkan faktor-faktor seperti jumlah penayangan dan lisensi musik yang dipakai dalam video.

Perusahaan dari Google ini mengatakan bahwa aturan yang diterapkan jauh lebih menguntungkan bagi kreator dibandingkan Creator Fund di TikTok.

Namun sejauh ini, masih belum jelas berapa banyak penghasilan yang diperoleh kreator konten dari Shorts.

YouTube menolak memberikan rinciannya tetapi mengatakan kalau mereka telah membayar USD 70 miliar kepada pembuat konten selama tiga tahun terakhir.

Sementara itu, TikTok yang saat ini mencoba bersaing dengan YouTube, kini tengah menghadapi kemungkinan besar bahwa aplikasinya akan dilarang di Amerika Serikat.

Dengan program monetisasi, YouTube akan menarik lebih banyak kreator untuk membuat video di platform mereka.

2 dari 4 halaman

YouTube Wajibkan Label Khusus di Konten Video yang Dibuat Pakai AI

YouTube akan memberikan kebijakan baru untuk video yang menggunakan AI untuk pembuatan konten.

Mulai saat ini, platform berbagi video dari Google itu akan mewajibkan kreator konten yang memakai AI dalam pembuatan video mereka menyertakan label tambahan. 

Label tersebut diperlukan untuk menandakan kalau video itu menggunakan AI dalam proses pembuatan. Selain itu, pemberian label itu juga bertujuan untuk memberikan transparansi di setiap konten yang diunggah. 

YouTube beralasan, konten yang dibuat dengan AI cenderung mudah disalahartikan oleh sebagian pengguna dalam penyampaian informasi tentang sebuah peristiwa, tempat, maupun kejadian tertentu seperti dikutip dari Engadget.

Nantinya, apabila pembuat konten membuat tiruan dari suara orang sebenarnya untuk menarasikan video, atau mengganti wajah seseorang dengan wajah orang lain, kreator itu perlu memberikan label saat mengunggahnya.

YouTube mengungkapkan, mereka juga akan melabeli video jika kreator belum melabeli video AI yang diunggah ke platform tersebut.

3 dari 4 halaman

Bakal Diterapkan ke Semua Perangkat

Label tersebut akan muncul di seluruh platform YouTube dalam beberapa minggu ke depan, mulai dari aplikasi mobile, termasuk akan muncul di versi desktop dan TV.

Contoh pelabelan tersebut adalah "konten yang diubah atau sintetis", atau "suara atau visual telah diedit atau dihasilkan secara digital secara signifikan".

Untuk video yang memiliki unsur topik yang sensitif, seperti berita politik, kesehatan, ekonomi, dan berita lainnya, Youtube akan memberi label langsung ke penonton secara otomatis agar lebih terlihat.

Tim dari Youtube memberikan waktu bagi kreator untuk membiasakan diri dengan peraturan baru ini.

Nantinya, YouTube juga akan memberi peringatan bagi kreator yang terus-menerus melanggar dengan tidak memberikan label pada video pada video buatan yang memanfaatkan AI.

4 dari 4 halaman

Tak Semua Video Perlu Label Buatan AI

Meskipun peraturan tersebut menyasar kreator yang menggunakan AI untuk membantu pembuatan konten, YouTube menyebuat ada beberapa pengecualian. 

Sebagai contoh, kreator tidak perlu memberi label jika penggunaan AI hanya untuk membantu pembuatan skrip, memberi ide untuk pembuatan video, atau membuat teks secara otomatis.

Label juga tidak perlu diberikan untuk video yang memang tidak realistis, atau perubahan yang ditambahkan AI tidak begitu penting.

Kreator juga tidak perlu memberikan label jika penggunaan AI di video yang diunggah hanya mengatur komposisi warna, penggunaan efek khusus, pencahayaan, filter atau pengaturan lainnya.

Â