Sukses

Akhirnya, Google Bakal Hapus Semua Data Browsing Milik Pengguna Chrome Incognito

Google dilaporkan bakal menghapus 'miliaran data' yang dikumpulkan secara tidak benar dari pengguna Chrome Incognito.

Liputan6.com, Jakarta - Google dilaporkan bakal menghancurkan 'miliaran data' yang dikumpulkan secara tidak benar dari pengguna Chrome Incognito.

Perusahaan juga akan lebih transparan terkait pengumpulan data dan mempertahankan setelan yang memblokir cookies pihak ketiga Chrome secara default selama lima tahun ke depan.

Langkah yang dilakukan Google berkaitan dengan gugatan class action kepada perusahaan atas pelacakan pengguna Incognito oleh Chrome.

Diajukan pada tahun 2020, sebagaimana diwartakan The Wall Street Journal, gugatan tersebut mengharuskan Google membayar ganti rugi sebesar USD 5 miliar atau sekitar Rp 79,6 triliun.

Gugatan tersebut menuduh Google menyesatkan pengguna Chrome tentang mode Incognito. Perusahaan mengklaim telah memberi tahu pelanggan bahwa informasi mereka bersifat pribadi, meskipun perusahaan memantau aktivitas mereka.

Google membela praktiknya dengan mengklaim telah memperingatkan pengguna Chrome bahwa mode Incognito “bukan berarti ‘tidak terlihat’” dan situs masih dapat melihat aktivitas mereka.

Mengutip Engadget, Selasa (2/4/2024), gugatan tersebut awalnya meminta ganti rugi sebesar USD 5.000 (sekitar Rp 79,6 juta) per pengguna atas dugaan pelanggaran terkait penyadapan telepon federal dan undang-undang privasi California.

Google mencoba melawan gugutan itu, namun gagal. Hakim Lucy Koh memutuskan pada 2021 bahwa perusahaan “tidak memberi tahu” pengguna kalau mereka masih mengumpulkan data saat mode Incognito aktif.

Gugatan tersebut mencakup email, yang pada akhir tahun 2022 mengungkapkan secara publik tentang sejumlah kekhawatiran perusahaan tentang privasi palsu Incognito.

Pada 2019, Chief Marketing Officer Google Lorraine Twohill menyarankan kepada CEO Sundar Pichai bahwa “private” adalah istilah yang salah untuk mode Incognito pada Google Chrome karena berisiko memperburuk kesalahpahaman. 

2 dari 5 halaman

Google Tingkatkan Fitur AI di Google Chrome untuk Dukung Pembelajaran Inklusif Guru dan Siswa

Sebelumnya, Google membawa pendekatan AI ke proses belajar guru dan siswa. Dengan teknologi AI ini, Google berupaya meningkatkan fitur untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif dan aman.

Melalui blog perusahaan, Google menyebut ada beberapa cara yang kini tersedia agar siswa dan guru lebih mudah mengakses sesi belajar dan mengajar bersama Google.

Pengguna kini bisa mengekstrak teks dari PDF menggunakan Optical Character Recognition (OCR) di ChromeOS.

Mode membaca di browser Google Chrome juga mendapatkan fitur baru yang bermanfaat, seperti kemampuan untuk menyorot teks, membaca teks dengan lantang, dan suara (text-to-speech) yang terdengar lebih alami. Fitur-fitur ini akan membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

Selain itu, dalam blognya disebutkan, Google menambahkan 30 bahasa lagi untuk fitur Closed Caption (CC) di Google Meet yang secara otomatis dapat menerjemahkan percakapan ke dalam teks.

Host juga bisa menempatkan beberapa video tiles pada saat yang bersamaan di tampilan layar utama bagi seluruh peserta yang menghadiri sebuah sesi pertemuan.

Fitur baru Google Chrome ini membantu, layaknya saat sedang melakukan presentasi dengan penerjemah bahasa isyarat.

3 dari 5 halaman

Update Berkala untuk Perangkat

Selain itu, Google juga berkomitmen untuk menghadirkan perangkat yang inovatif dan berkelanjutan.

Baru-baru ini, Google mengumumkan sejumlah penyempurnaan pada Chromebook, seperti menghadirkan 15 model perangkat baru untuk pendidik dan siswa dengan pembaruan otomatis selama 10 tahun, mulai dari tahun 2024.

Google juga memperluas portofolio pengelolaan perangkat dan akun dengan Endpoint Education Upgrade.

Solusi ini membantu mengelola perangkat Android dan iOS dengan manajemen perangkat dan kontrol keamanan yang lebih canggih dan proaktif.

4 dari 5 halaman

Tingkatkan Keamanan Saat Berselancar di Chrome

Untuk meningkatkan perlindungan data, Admin dapat menerapkan kontrol pencegahan kehilangan data yang lebih kuat di Chromebook, Gmail, dan Drive.

Kontrol ini membantu mencegah kebocoran data sensitif secara tidak sengaja. Admin juga dapat menerapkan persetujuan multi-pihak untuk meningkatkan keamanan.

Hal ini memungkinkan admin meminta persetujuan tambahan dari admin lain untuk menyelesaikan tindakan sensitif, seperti mengubah pengaturan verifikasi dua langkah atau meminta dan menyetujui akses ke aplikasi pihak ketiga.

"Google telah mendengarkan dan bekerja sama dengan jutaan pendidik untuk memahami cara terbaik membawa teknologi AI ke dalam ruang kelas," kata Google.

5 dari 5 halaman

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)