Sukses

Soal Merger dengan Smartfren, XL Axiata: Tunggu Keputusan Pemegang Saham

XL Axiata tengah menunggu keputusan dari pemegang saham menyoal isu merger dengan Smartfren yang kini jadi perbincangan di industri.

Liputan6.com, Jakarta - Isu merger XL Axiata-Smartfren menjadi sorotan di industri setelah beberapa kali Menkominfo Budi Arie Setiadi mengungkap komentarnya tentang hal tersebut.

Soal penggabungan usaha kedua perusahaan, manajemen XL Axiata mengaku masih menunggu segala keputusan dari pemegang saham dalam hal ini Grup Axiata.

Meski begitu, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O. Baasir, tidak menampik kalau konsolidasi antara dua operator merupakan hal yang baik bagi industri.

"Buat industri (merger itu) bagus, pertanyaannya, call-nya ada di mana. Yang punya suara pemegang saham. Pengurus perusahaan dan manajemen betul-betul menunggu dari pemegang saham seperti apa lah," kata Marwan, ditemui di sela Buka Puasa Bersama Media di Jakarta, Kamis (4/4/2024).

Terkait dampak baik merger dua operator, Marwan menyebut, konsolidasi selalu membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat.

"Secara efisiensi juga didapatkan (berkat merger), capex-nya dan lain-lain. Sekarang tinggal menunggu saja prosesnya," ia memaparkan.

Ditanya tentang hal apa saja yang masih dipertimbangkan oleh pemegang saham XL Axiata seputar merger dengan Smartfren, Marwan mengatakan ada banyak hal yang dipertimbangkan secara bisnis oleh pemegang saham. Hal tersebut mulai dari valuasi, layanan, benefit, pro dan kontra, hingga prosesnya.

2 dari 3 halaman

Merger Dinilai Mudahkan Pembagian Spektrum Frekuensi

Di sisi lain, kompetitor menilai merger XL Axiata-Smartfren bakal membuat industri lebih sehat. Lepas dari itu, merger operator ternyata dirasa akan memudahkan pembagian spektrum frekuensi baru dan imbasnya bisa mempercepat penggulirkan 5G. Kok bisa?

 Dikatakan Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Buldansyah, saat ini di Indonesia ada empat operator telekomunikasi.

Namun, jika XL Axiata dan Smartfren merger, total Indonesia hanya akan memiliki tiga operator seluler, yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan entitas gabungan XL Axiata-Smartfren.

Dengan hanya tiga operator, Buldansyah menilai kalau pembagian spektrum frekuensi (melalui lelang) untuk menggelar layanan bakal lebih mudah.

"Kalau saya rasa pembagian spektrum (melalui mekanisme lelang) akan lebih enak buat kita, lebih gampang, kalau sekarang kan walaupun lelang tetap saja kalau ada operator yang punya sedikit spektrum dibanding yang lain kan dianggapnya enggak adil gitu ya," tutur Buldansyah ditemui di sela Buka Puasa IOH dengan Media di Jakarta, Rabu (3/4/2024).

3 dari 3 halaman

Ekspansi 5G Lebih Luas

"Kalau ada tiga operator pembagian spektrumnya pun jauh lebih gampang," ia mengimbuhi.

Menurutnya, dengan pembagian spektrum yang lebih mudah dan merata dimiliki ketiga operator nantinya, pengguliran layanan 5G di Indonesia akan jauh lebih baik ketimbang saat ada empat operator seluler.

Imbasnya, ketika operator mendapatkan keuntungan, akan memudahkan perusahaan untuk ekspansi. "Karena bagaimana pun, 5G ini kan butuh ekspansi," katanya.

Bicara 5G di Indonesia, Buldansyah menyebutkan kalau perkembangan teknologi merupakan keniscayaan. Namun, pengguliran 5G di Indonesia perlu melihat kesiapan device, aplikasi, dan lainnya. Jika berbagai hal di atas sudah siap, pengguliran 5G makin cepat.

"Semakin siap semakin cepat roll out-nya sehingga utilisasinya makin banyak. Jangan sampai gelar 5G tapi yang pakai sedikit, yang akhirnya rugi," kata dia.