Sukses

Facebook Tiru TikTok, Raksasa Media Sosial Itu Akan Perkenalkan Format Video Vertikal di Aplikasi

Facebook meluncurkan format video vertikal baru untuk Reels, mirip dengan TikTok. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menonton dan membuat video pendek dalam format vertikal.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook tampaknya tidak ingin ketinggalan dari pesaing mereka di ranah media sosial, yakni TikTok. Karena itu, perusahaan berupaya untuk memperkenalkan fitur baru Facebook.

Terkini, platform media sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut memperkenalkan format video vertikal mirip dengan platform populer TikTok.

Memang format video vertikal khas TikTok ini memang sedang naik daun, dan diadopsi oleh banyak platform media sosial lainnya dengan upaya menarik pengguna baru.

Dengan basis pengguna lebih besar, tentunya Facebook tidak ingin melewatkan tren ini. Disebutkan, semua Reels di Facebook, bersama dengan konten video berdurasi panjang dan Live akan ditampilkan secara penuh dengan format vertikal.

Mengutip Mashable, Jumat (5/4/2024), raksasa media sosial ini mengklaim telah memiliki rekomendasi lebih baik untuk semua video sesuai dengan minat pengguna Facebook.

“Misalnya, kami mungkin merekomendasikan Reel yang memberikan Anda inspirasi untuk rutinitas riasan harian cepat, atau video tutorial lebih panjang tentang perbaikan rumah DIY dari pihak berpengalaman,” tulis Facebook dalam postingan blog tentang perubahan tersebut.

Tak hanya itu, perusahaan juga menyertakan tombol di bagian bawah sehingga pengguna dapat memundurkan atau mempercepat video, menjedanya, dan mengubah kecepatan pemutaran--seperti di aplikasi milik Bytedance.

Jika sebuah sebuah video dibuat secara vertikal, pengguna nanti akan memiliki opsi untuk menontonnya dalam tampilan lanskap dan membalik HP Android atau iOS untuk melihatnya dalam mode layar penuh.

Kabarnya, Facebook akan mulai menggulirkan update aplikasinya tersebut dalam beberapa minggu mendatang. Karena perubahan format ini, pembuat konten mungkin ingin mulai posting Reel jika ingin video mereka dilihat di Facebook.

Langkah Facebook meluncurkan format video vertikal menunjukkan platform media sosial terus beradaptasi dan berkembang. Persaingan antar platform semakin ketat, dan inovasi menjadi kunci untuk menarik dan mempertahankan pengguna media sosial.

2 dari 4 halaman

Meta Tutup Layanan Facebook News di AS dan Australia Mulai April 2024

Ilustrasi Meta dan Facebook. (Unsplash/Dima Solomin)

Meta mengumumkan bakal menutup layanan Facebook News di Amerika Serikat (AS) dan Australia mulai April 2024. Jumlah penggunanya yang terus merosot menjadi alasan di balik penutupan Facebook News.

Dikutip dari situs resmi Meta, Sabtu (2/3/2024), perusahaan induk Facebook tersebut mengungkapkan bahwa jumlah orang yang mengakses Facebook News di AS dan Australia merosot lebih dari 80% pada akhir 2023.

Facebook News saat ini hanya mencakup 3% dari jumlah pengguna yang mengakses Facebook di seluruh dunia. Sebelumnya, Facebook News terlebih dulu diberhentikan di Inggris, Perancis, dan Jerman pada 2023.

Kendati demikian, penutupan Facebook News tidak akan berdampak pada produk dan layanan Meta di negara-negara tersebut.

Meta menjelaskan, pengguna Facebook masih akan dapat mengakses berita melalui link yang dibagikan oleh akun media online.

3 dari 4 halaman

Alasan Meta Tutup Layanan Facebook News

Facebook (JUSTIN SULLIVAN / AFP)

"Perusahaan Media akan terus memiliki akses ke akun dan Facebook Page mereka. Akun media online juga tetap bisa memposting berita ke postingan Facebook dan membagikan artikel ke pengguna umum melalui link yang diposting," tulis Meta.

Perusahaan media juga masih bisa memanfaatkan produk Facebook lainnya, seperti Reels dan sistem iklan dari Facebook yang menjangkau pengguna lebih luas. Perusahaan media bahkan tetap mendapatkan 100% pendapatan yang diperoleh dari Facebook.

Meskipun Meta akan menghentikan layanan Facebook News di AS dan Australia, pengumuman ini tidak berdampak pada ketentuan dalam perjanjian Facebook News dengan media online di berberapa negara lainnya.

"Penutupan Facebook News tidak mempengaruhi komitmen Meta untuk menghubungkan orang-orang dengan informasi terpercaya dan mengurangi penyebaran berita palsu di platform mereka," perusahaan menegaskan.

Meta bermitra dengan memeriksa fakta pihak ketiga, yang disertifikasi melalui badan akreditasi seperti International Fact-Checking Network, yang meninjau dan menilai misinformasi viral di aplikasi media sosial milik Meta. 

4 dari 4 halaman

Meta Luncurkan Layanan Khusus di Whatsapp

Ilustrasi peretasan melalui Facebook. (Doc: The Hacker News)

Sebelumnya, Meta meluncurkan layanan khusus di Whatsapp untuk mengantisipasi maraknya hoaks jelang Pemilu di India yang akan digelar tahun ini. 

Rencananya layanan khusus di Whatsapp ini akan bisa digunakan masyarakat India Maret mendatang. Layanan ini bisa digunakan masyarakat untuk memeriksa apakah sebuah konten itu hoaks atau tidak.

Selain itu layanan dalam berbentuk chatbot itu juga akan hadir dalam tiga bahasa yakni Hindi, Telugu, dan Tamil. Salah satu unggulan dalam layanan tersebut juga bisa mendeteksi konten hoaks yang dibuat menggunakan AI.

"Kami menyadari adanya kekhawatiran penggunaan AI untuk membuat hoaks, itu sebabnya dibutuhkan tindakan yang konkret dan kooperatif. Kolaborasi kami dengan MCA merupakan usaha untuk melawan hoaks yang menggunakan AI atau teknologi deepfakes," ujar Shivnath Thukral, Direktur Kebijakan Publik Meta India dalam blog resmi Meta.

"Kami juga terus berkomitmen untuk bekerjasama dengan semua pihak untuk memperkenalkan teknik standar untuk deteksi AI, kebijakan dan solusi transparan untuk AI ini. Kami juga memberdayakan masyarakat di platform kami dengan sumber daya dan alat yang memudahkan mereka mengidentifikasi konten yang telah direkayasa," katanya menambahkan.