Sukses

Bug iPhone Sarankan Emoji Bendera Palestine Saat Pengguna Ketik 'Jerusalem' di Keyboard

Bug di keyboard iPhone membuat iPhone menyarankan emoji bendera Palestina ketika pengguna mengetikkan kata 'Jerusalem' di keyboard.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah bug di software iOS terbaru membuat keyboard iPhone menyarankan bendera Palestina ketika si pengguna mengetikkan 'Jerusalem'. Apple pun disebut-sebut tengah berupaya memperbaiki bug tersebut.

Kepada CNN, Apple mengatakan pihaknya mengetahui adanya bug tersebut di prediktif emoji pada keyboard dan mengerjakan sebuah perbaikan. Nantinya perbaikan ini akan tersedia di update iOS berikutnya.

Mengutip CNN, Sabtu (13/4/2024), update software terbaru Apple iOS 17.4.1 diperkenalkan pada 21 Maret. Namun, temuan atas bug di atas membuat sejumlah pengguna kenal di media sosial.

Dalam sebuah unggahan di X alias Twitter yang dilihat lebih dari 2,3 juta kali, seorang pengguna iPhone mempertanyakan apakah Apple mengetahui tentang bug iPhone ini dan apakah itu merupakan sesuatu yang disengaja.

Apple pun mengonfirmasi kalau masalah itu merupakan sebuah kesalahan dan tidaklah disengaja dikodekan pada keyboard.

Namun, si pengguna yang mengaku dirinya adalah seorang Yahudi menyediakan daftar panjang berisi kota-kota yang tak memunculkan bendera ketika diketikkan ke kolom pencarian emoji, tak seperti Jerusalem.

2 dari 4 halaman

Gara-Gara Machine Learning iPhone?

Kemungkinan, masalah ini terjadi karena teknologi machine learning Apple menentukan emoji yang disarankan berdasarkan analisis teks dari jutaan pengguna. Apple sendiri menolak menjelaskan penyebabnya.

Perusahaan juga tak mengungkap kapan update software berikutnya akan tersedia.

Sementara itu, sejarah wilayah Yerusalem cukup rumit termasuk klaim teritorial di kota kuno ini.

Pasalnya di tahun 1967, Israel merebut Yerusalem Timur bersama dengan wilayah-wilayah lain dan mengklaim wilayah tersebut dan membuatnya sebagai Ibu Kota negaranya. Meski begitu, sebagian besar komunitas internasional mengakui Yerusalem Timur sebagai wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Israel sendiri menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tak terbagi. Lalu, di tahun 2017, AS di bawah Presiden Donald Trump justru mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

3 dari 4 halaman

Apple Kirim Notifikasi Spyware ke Pengguna iPhone di 92 Negara

Sementara itu, Apple baru-baru ini mengirimkan notifikasi ke seluruh pengguna iPhone di 92 negara pada hari Rabu, 10 Mei 2024, terkait pemberitahuan serangan siber.

Dilansir TechCrunch, Jumat (12/4/2024), notifikasi tersebut berisi peringatan mereka mungkin telah menjadi sasaran serangan spyware tentara bayaran.

Apple mengirimkan peringatan tersebut kepada masing-masing pengguna di 92 negara pada jam 12 siang waktu setempat. Sayangnya, Apple tidak mengungkap identitas penyerang atau negara mana saja yang menerima notifikasi tersebut.

“Apple mendeteksi, Anda menjadi sasaran serangan spyware tentara bayaran mencoba menyusupi iPhone terkait dengan ID Apple Anda -xxx- dari jarak jauh,” tulisnya dalam peringatan kepada pelanggan terkena dampak.

TechCrunch menyebut, "serangan ini kemungkinan besar menargetkan pengguna iPhone secara spesifik karena siapa Anda atau apa pekerjaan yang dilakukan."

Pembuat iPhone ini diketahui rutin mengirimkan pemberitahuan semacam ini beberapa kali dalam setahun, dan telah menyebarkan pemberitahuan tentang ancaman siber serupa di lebih dari 150 negara sejak tahun 2021.

4 dari 4 halaman

Peringatan Spyware

Peringatan spyware ini muncul ketika banyak negara sedang mempersiapkan pemilu. Beberapa bulan terakhir, banyak perusahaan teknologi memperingatkan tentang meningkatnya aksi serangan siber disponsori negara.

Adapun tujuan aksi peretasan atau serangan siber tersebut untuk mempengaruhi hasil pemilu, atau kegiatan besar lainnya.

“Kami tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang penyebab kami mengirimkan pemberitahuan ini kepada Anda, karena hal ini dapat membantu penyerang spyware tentara bayaran menyesuaikan perilaku mereka untuk menghindari deteksi di masa depan,” kata Apple.

Perusahaan juga menambahkan, “Serangan spyware tentara bayaran, seperti Pegasus dari NSO Group, sangat jarang terjadi dan jauh lebih canggih dibandingkan aktivitas penjahat siber biasa atau malware konsumen.”