Liputan6.com, Jakarta - Jerman beserta Republik Ceko, aliansi NATO, dan Departemen Luar Negeri AS, menuding Rusia melancarkan serangan siber terhadap perusahaan-perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan serta partai yang berkuasa.
Kedutaan Besar Rusia di Berlin langsung menampik tuduhan tersebut dan menyebut bahwa hal itu bertujuan untuk menghasut sentimen anti-Rusia di Jerman.
Baca Juga
NATO mengatakan serangan siber tersebut juga menargetkan badan-badan pemerintah, operator infrastruktur penting dan entitas lain di Lithuania, Polandia, Slovakia, dan Swedia.
Advertisement
Tuduhan ini muncul di tengah meningkatnya kecemasan Eropa atas dugaan peretas dan mata-mata Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina pada 2022, dan menjelang pemilu Eropa.
Pemerintah Jerman mengatakan pihaknya telah memanggil utusan Rusia untuk memprotes apa yang disebutnya sebagai serangan yang diluncurkan dua tahun lalu oleh kelompok yang terkait dengan badan intelijen militer GRU Moskow.
"Serangan-serangan itu menargetkan Partai Sosial Demokrat yang berkuasa di Jerman serta perusahaan-perusahaan di sektor logistik, pertahanan, kedirgantaraan, dan TI," kata Kementerian Dalam Negeri Jeerman, dikutip dari Reuters, Senin (6/5/2024).
"Server perusahaan-perusahaan di sektor-sektor penting juga telah disusupi," juru bicara kementerian menambahkan, tanpa menyebut nama perusahaan-perusahaan itu atau menjelaskan rincian lebih lanjut mengenai dampak yang terjadi.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, mengatakan serangan-serangan itu tidak hanya ditujukan pada partai tertentu atau politisi tertentu, namun juga mengguncang kepercayaan terhadap demokrasi.
Jerman dan sekutunya tidak akan mentolerir serangan tersebut dan akan menggunakan seluruh spektrum tindakan untuk mencegah, menghalangi, dan merespons perilaku agresif hacker Rusia di dunia maya.
Peringatan Google: Hacker Elit Rusia Incar Data Politisi Jerman
Sebelumnya, hacker elit yang terkait dengan intelijen Rusia menargetkan beberapa partai politik Jerman dengan tujuan menyusup ke dalam jaringan mereka dan mencuri data.
Informasi ini dikeluarkan oleh badan keamanan siber Jerman dan peneliti keamanan yang bekerja untuk perusahaan induk Google, Alphabet.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan minggu lalu, unit siber Mandiant milik Alphabet mengatakan pihaknya telah menangkap kelompok peretas yang dikenal sebagai APT29.
Intelijen Barat menuduh kelompok itu bertindak atas nama agen mata-mata asing SVR Rusia, mencoba mengelabui 'tokoh politik (politisi) penting Jerman' agar membuka diri.
Peretas mengirim sebuah email yang menyamar sebagai undangan ke acara makan malam pada tanggal 1 Maret yang diselenggarakan oleh Uni Demokratik Kristen (Christian Democratic Union/CDU), partai politik kanan-tengah Jerman.
Peringatan yang diedarkan oleh badan siber BSI Jerman dan ditinjau oleh Reuters merujuk pada insiden yang sama, menyatakan bahwa mata-mata siber yang didukung negara menargetkan partai politik Jerman dalam upaya membangun akses jangka panjang dan mengambil data.
Dalam pernyataannya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (26/3/2024), CDU mengaku pihaknya telah lama terkena serangan digital dari aktor dalam dan luar negeri.
"Pada kasus ini juga, kami menerima informasi yang sangat cepat mengenai serangan itu. Tidak ada jamuan makan malam resmi CDU pada 1 Maret, acara tersebut fiktif," CDU menegaskan.
Peringatan itu tak memberikan rincian lebih lanjut mengenai siapa yang diyakini bertanggung jawab. Mandiant juga tidak memberikan rincian mengenai siapa yang secara spesifik menjadi sasaran hacker.
Advertisement
Ada Kaitannya dengan Perang Rusia-Ukraina?
BSI mengatakan dalam peringatannya bahwa kekuatan asing, tertarik untuk memata-matai politisi dalam konteks pemilihan umum Eropa yang akan datang.
Mandiant mengatakan penargetan ini sesuai dengan fokus Moskow pada konflik jangka panjang dengan Kyiv.
“Penargetan terbaru ini bukan hanya bertujuan untuk menyerang Jerman atau para politisinya. Ini adalah bagian dari upaya Rusia yang lebih luas, mencari cara untuk melemahkan dukungan Eropa terhadap Ukraina,” kata Dan Black dari Mandiant dalam sebuah pernyataan.
Jerman adalah salah satu negara Barat yang memberikan dukungan militer kepada Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.
Pada Desember 2023, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hubungan antara Berlin dan Moskow sebagian besar masih 'membeku'.