Sukses

Dirjen IKP: Starlink Siap Jembatani Kesenjangan Digital

Starlink hadir di Indonesia untuk menjembatani kesenjangan digital, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan internet bagi 20 persen rakyat Indonesia yang belum tersentuh internet, terutama di daerah terpencil.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dengan populasi lebih dari 278 juta jiwa masih memiliki kesenjangan akses internet signifikan.

Hal ini diungkap oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong.

"Akses internet di Indonesia saat ini baru 78,19 persen, berarti ada sekitar 20 persen rakyat belum terjangkau internet," kata Usman kepada Liputan6.com, Selasa (21/5/2024).

Kehadiran Starlink, layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk ini membawa harapan baru untuk memenuhi kebutuhan internet bagi mereka yang belum tersentuh internet.

"Karena itu, dengan peluncuran resmi Starlink di Indonesia ini diharapkan dapat menutup gap 20 persen tersebut," katanya.

Starlink sendiri diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan internet fasilitas publik, seperti sekolah, puskesmas, kantor desa dan lainnya.

"Banyak petugas di daerah-daerah tertinggal ini butuh jaringan internet untuk berkomunikasi dengan lebih mudah dan efisien," jelasnya.

Usman mencontohkan, puskesmas di daerah perbatasan yang sebelumnya kesulitan mengirim rekam medis pasien ke pusat kota, kini akan dapat melakukannya dengan mudah berkat internet satelit ini.

Sinergi dengan Operator Seluler

Usman berharap, kehadiran Starlink di Tanah Air ini dapat mendorong sinergi antara layanan internet satelit milik Elon Musk itu dengan operator seluler lokal.

"Starlink-kan saat ini sudah bekerja sama dengan Telkomsat [anak perusahaan Telkom], dan akan menjalin kerja sama dengan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)," katanya.

 

 

2 dari 4 halaman

Menepis Ketakutan, Membangun Persaingan Sehat

<p>CEO Tesla Elon Musk meresmikan peluncuran Starlink di antor Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Jalan Muh Yamin VIII, Kota Denpasar, Bali pada Minggu (19/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)</p>

Sedangkan bilamana ada operator lain yang ingin kerja sama dengan Starlink, dirinya mempersilakan hal tersebut dan langsung ke Starlink.

"Inikan masuk ranah Business to Business (B2B), dan pemerintah tidak bisa campur tangan. Tapi kita bisa mengendorse, mendorong, dan memfasilitasi".

Kehadiran Starlink tidak bertujuan untuk menyingkirkan operator seluler lokal. Pemerintah menekankan pentingnya menata kompetisi yang sehat, dengan fokus pada tiga hal:

  1. Pembentukan National Operation Center (NOC) di Indonesia: Untuk memastikan perlindungan data dan pengawasan oleh pemerintah.
  2. Layanan pelanggan yang baik: Menyediakan solusi atas keluhan pengguna di Indonesia dengan cepat dan tepat.
  3. Kepatuhan terhadap aturan perpajakan: Menciptakan persaingan bisnis yang adil.

Menjembatani Kesenjangan Digital, Mewujudkan Indonesia yang Terkoneksi

Starlink, dengan sinergi bersama operator seluler dan dukungan pemerintah, berpotensi menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan digital di Indonesia.

Harapannya, internet dapat menjangkau seluruh masyarakat, membuka peluang baru, dan memajukan bangsa.

3 dari 4 halaman

Operator Seluler dan Layanan Internet Satelit Lokal Terancam?

<p>Menkes Budi Gunadi Sadikin dan CEO Tesla Elon Musk menandatangani MoU di bidang kesehatan terkait penggunaan Starlink di Kantor Puskesmas.Pembantu Sumerta Kelod, Jalan Muh Yamin VIII, Kota Denpasar, Bali pada Minggu (19/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)</p>

Elon Musk baru saja meresmikan layanan internet satelit miliknya, Starlink, di Indonesia--tepatnya di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali.

Hadirnya layanan internet baru ini memberikan sejumlah pertanyaan, apakah Starlink berpotensi mengusik layanan operator seluler, fiber optic, dan internet satelit yang lebih dulu melenggang di Indonesia?

Kehadiran Starlink mendapatkan perhatian khusus dari Doni Ismanto Darwin, Pengamat Telekomunikasi dari Indotelko Forum. Ia berpendapat bahwa layanan internet milik Elon Musk ini bisa menjadi pilihan bagi masyarakat.

"Hadirnya Starlink bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna yang ingin memiliki layanan internet sesuai kebutuhan mereka, karena internet Starlink menggunakan satelit LEO (Low Earth Orbit) yang memiliki keunggulan dari layanan lain yang menggunakan satelit GEO (Geostasioner Earth Orbit), " ujar Doni.

Menurut Doni, layanan Starlink akan cocok untuk daerah dengan jangkauan internet yang terbatas, serta daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

"Penggunaan Starlink akan cocok jika alat ini digunakan di daerah yang masih belum tersentuh layanan internet seluler dan fiber optic", katanya.

4 dari 4 halaman

Satria-1 Belum Terusik Starlink

<p>Perangkat Starlink. (Dok starlink.com)</p>

Pun demikian, ia tak menampik bahwa munculnya Starlink akan memberikan dampak bagi pemain lama layanan internet satelit yang lebih dulu hadir di Indonesia.

"Tentu dampak munculnya Starlink akan dirasakan bagi operator satelit Pasifik Satelit Nusantara (PSN), karena keduanya memiliki pangsa pasar yang kurang lebih sama," imbuhnya.

Ia juga menyoroti peluncuran Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali. Menurutnya, Starlink tidak akan mengambil pangsa pasar dari layanan internet satelit Satria-1, yang telah memberikan layanan bagi perangkat pemerintah yang berada di daerah 3T.

"Keberadaan Starlink belum bisa mengusik Satria-1 yang menjadi layanan internet bagi perangkat pemerintah di daerah yang tidak memiliki akses internet," ujarnya.

"Sebagai contoh, Kemenkes telah memiliki sekitar 10 ribu Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia, dan 80 persen Puskesmas itu telah memiliki layanan internet satelit dari Satria-1," tambahnya.

Meski begitu, layanan Starlink juga diperlukan untuk memberikan layanan internet bagi instansi pemerintah yang masih belum tersetuh layanan internet Satria-1.

"Starlink bisa menjadi complementary untuk Puskesmas atau perangkat pemerintah lain yang masih belum tersentuh internet," pungkasnya.