Liputan6.com, Jakarta - Twilio, penyedia layanan komunikasi cloud baru saja mengungkap telah menjadi korban serangan siber oleh hacker tak diketahui identitasnya.
Twilio mengatakan, pelaku memanfaatkan titik akhir (endpoint) yang tidak diautentikasi di aplikasi Authy.
Baca Juga
Inspirasi Model Rambut Pendek untuk Tampilan Modern dan Edgy 2025
Hasil Liga Inggris Aston Villa vs Manchester City: Tumbang 1-2, Keruntuhan Pasukan Pep Guardiola Berlanjut
Pertandingan Langsung Timnas Indonesia Melawan Filipina di Piala AFF 2024 Akan Berlangsung pada Sabtu 21 Desember 2024, Kick Off Pukul 20:00
Lewat celah keamanan ini, hacker dapat mengidentifikasi data terkait dengan akun Authy, termasuk nomor ponsel pengguna.
Advertisement
Mengutip The Hacker News, Kamis (4/7/2024), perusahaan telah mengambil langkah untuk mengamankan celah keamanan agar tidak lagi menerima permintaan yang tidak diautentikasi.
Kabar Twilio menjadi korban serangan siber ini muncul setelah seseorang bernama ShinyHunter, di mana pelaku serangan siber menerbitkan database hasil curiannya.
Dalam postingan-nya di BreachForums, hacker tersebut mengaku telah mencuri database berisikan 33 juta nomor telepon yang diduga diambil dari akun pengguna Authy.
“Kami tidak melihat bukti pelaku ancaman memperoleh akses ke sistem Twilio, atau data sensitif lainnya,” kata perusahaan dalam peringatan keamanan 1 Juli 2024.
Namun demi kehati-hatian, perusahaan menyarankan agar pengguna meningkatkan aplikasi Android (versi 25.1.0 atau lebih baru) dan iOS (versi 26.1.0 atau lebih baru) ke versi terbaru.
"Pelaku ancaman mungkin mencoba menggunakan nomor telepon terkait dengan akun Authy untuk serangan phishing dan smishing, sehingga semua pengguna dapat meningkatkan kesadaran seputar teks yang mereka terima,” katanya.
Bagi beberapa orang pasti sudah tidak asing lagi dengan Authy, yang merupakan aplikasi authentikasi dua faktor (2FA) populer.
Diketahui, Twilio membeli Authy sejak 2015 dan menjadi aplikasi 2FA populer di dunia dengan menawarkan lapisan keamanan akun tambahan.
AI Etis Penting dalam Menciptakan Pengalaman Pelanggan Lebih Baik
Di sisi lain, Twilio baru saja merilis edisi kelima dari State of Personalization Report. Laporan tahunan ini memberikan wawasan tentang bagaimana para pemimpin bisnis dari 12 negara di berbagai sektor industri melihat perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan konsumen.
Dalam survei melibatkan 521 pemimpin bisnis, laporan ini menyoroti tren utama konsumen mengharapkan pengalaman lebih prediktif, emosional, dan sangat personal.
Kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci dalam pergeseran ini, dengan 71 persen pemimpin bisnis di kawasan Asia Pasifik (APAC) dan persentase signifikan di wilayah lain.
Mereka mengatakan, akan berinvestasi dalam model pembelajaran mesin (machine learning) untuk menganalisis perilaku pelanggan dan membuat prediksi lebih akurat.
Advertisement
Pentingnya Pemanfaatan AI yang Etis
Mengutip keterangan resminya, Selasa (2/7/2024), salah satu temuan penting adalah 89 persen responden percaya, pemanfaatan AI yang etis dapat menjadi keunggulan kompetitif.
Hal ini menunjukkan bisnis tidak hanya berfokus pada inovasi teknologi, tetapi juga pada etika dan privasi data.
Lebih dari separuh pemimpin bisnis yang disurvei mengatasi kekhawatiran konsumen terkait privasi data dengan menerapkan kontrol privasi kuat.
Transparansi dalam penggunaan kecerdasan buatan juga menjadi faktor penting, dengan hampir setengah dari konsumen mengatakan mereka lebih mempercayai brand secara terbuka mengungkapkan penggunaan data pelanggan dan interaksi didukung oleh AI.
"Dalam dunia pemasaran, personalisasi adalah hal sangat penting. Konsumen saat ini tidak hanya mengharapkan brand untuk memahami mereka, tetapi mereka juga ingin brand mengantisipasi kebutuhan mereka. Teknologi AI membuat hal tersebut menjadi kenyataan."
Gen Z: Penggerak Utama Perubahan
Generasi Z (berusia 18-27 tahun) menjadi kelompok konsumen sangat mempengaruhi strategi pemasaran brand. Sebagai digital natives, mereka memiliki ekspektasi tinggi terhadap keaslian, transparansi, dan interaksi personal.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, 85 persen perusahaan berencana menyesuaikan strategi pemasaran mereka.
Di Asia Pasifik, 45 persen pemimpin bisnis mengatakan mereka akan menggunakan konten video pendek seperti TikTok atau Reels di Instagram untuk menarik perhatian Gen Z.
Personalisasi Prediktif dan Kecerdasan Emosional
Sebanyak 86 persen pemimpin bisnis bersiap untuk beralih dari personalisasi reaktif ke personalisasi prediktif.
Dengan bantuan AI dan pembelajaran mesin, brand dapat mengantisipasi kebutuhan konsumen dan menyajikan pesan tepat pada waktu yang tepat.
Kecerdasan emosional juga menjadi fokus utama, dengan 82 persen pemimpin bisnis menekankan pentingnya respons emosional dalam interaksi yang didukung AI.
Advertisement
Masa Depan dengan AI
AI diperkirakan akan mengubah strategi personalisasi dan pemasaran dalam lima tahun ke depan. Mayoritas pemimpin bisnis sepakat, chatbot AI akan menjadi game-changer dalam personalisasi.
Saat ini, ada 59 persen perusahaan memperkirakan akan menggunakan AI setiap hari pada tahun 2025. Platform data pelanggan (CDP) dan data warehouse menjadi alat utama untuk personalisasi, dengan 72 persen perusahaan menggunakan CDP dan 48 persen menggunakan data warehouse.