Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan laporan terbaru dari Global System for Mobile Communications Association (GSMA), Indonesia diprediksi akan menjadi pasar smartphone terbesar kedua di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030.
Laporan terkait Mobile Economy Asia Pacific 2024 itu bahkan menyebutkan angka yang sangat mencengangkan, di mana diperkirakan akan mencapai 387 juta koneksi smartphone.
Baca Juga
Meskipun teknologi 5G masih dalam tahap awal pengembangan di Indonesia, namun laju pertumbuhannya sangat menggembirakan.
Advertisement
Pemerintah dan operator telekomunikasi tengah gencar membangun infrastruktur 5G, dengan target lebih dari 32% koneksi akan menggunakan jaringan super cepat ini pada tahun 2030.
Sementara itu, jaringan 4G yang sudah lebih familiar di kalangan masyarakat masih akan menjadi tulang punggung layanan data hingga beberapa tahun ke depan. Diperkirakan sekitar 67% koneksi akan tetap menggunakan 4G pada tahun 2030.
Dalam Digital Nations Summit yang digelar di Jakarta pada Kamis (12/9/2024), Head of Asia Pasific GSMA Julian Gorman, mengatakan Indonesia merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan industrinya harus bersaing secara global untuk meningkatkan ekspor dan investasi.
Ia menilai, di seluruh dunia, 5G merevolusi cara sektor industri beroperasi dan dapat meningkatkan keuntungan dalam produktivitas ekonomi, menjadi inti pertumbuhan Indonesia.
"Dampak transformatif teknologi seluler termasuk jaringan 5G terhadap industri menggarisbawahi keharusan bagi Indonesia untuk memelihara dan mendorong ekosistem yang dinamis guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendorong inovasi," ujar Julian melalui keterangannya, Jumat (13/9/2024).
Â
Perlunya Pendekatan Kolaboratif
Sementara Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia, Teguh Prasetya, menekankan perlunya pendekatan kolaboratif untuk mencapai tujuan transformasi digital.
"Komitmen dari sektor publik dan swasta tidak hanya perlu, tetapi juga penting untuk mewujudkan Indonesia yang produktif dan maju secara digital. Melalui upaya kolektif, kita dapat memanfaatkan potensi penuh 5G dan teknologi seluler lainnya untuk mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi semua," ia menerangkan.
Teguh juga menyoroti bahwa transformasi digital akan memberikan solusi yang lebih baik dalam industri seperti pertanian dan kesehatan, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan sama, Ismail selaku Dirjen SDPPI Kemkominfo, menyebut kolaborasi dengan para pemangku kepentingan menjadi salah satu strategi yang harus dilakukan untuk membangun kerangka kerja yang komprehensif bagi visi digital Indonesia dalam pengembangan dan penggunaan teknologi digital di seluruh Indonesia.
"Dengan ini, kami meletakkan fondasi untuk peluncuran 5G yang mulus dan seterusnya, menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekonomi digital global," tuturnya.
Advertisement
Investasi dan Dampak Ekonomi
GSMA mengungkapkan Indonesia akan memperoleh sekitar USD 18 miliar dalam investasi industri seluler antara tahun 2024 dan 2030, dengan porsi yang signifikan dialokasikan untuk jaringan 5G.
Investasi ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar USD 41 miliar terhadap PDB Indonesia selama enam tahun ke depan, yang menyoroti pentingnya teknologi seluler bagi perekonomian.
Pada Digital Nations Summit, operator seluler dan perusahaan teknologi menyoroti inovasi yang dapat dipadukan oleh 5G, IoT, dan AI untuk mengubah industri secara digital, termasuk memamerkan gudang pintar 5G pertama di Indonesia, yang menghadirkan efisiensi operasional dan peningkatan manajemen logistik yang signifikan.
Sektor pertambangan juga akan memperoleh manfaat dari kemajuan seluler. Secara global, teknologi 5G menyederhanakan operasi dan meningkatkan protokol keselamatan yang ditawarkan untuk meningkatkan sumber daya pertambangan kelas dunia di Indonesia.