Liputan6.com, Oberkochen - Tekno Liputan6.com diundang Vivo Indonesia dan Zeiss untuk mengunjungi kantor pusat Zeiss di Oberkochen, Jerman, baru-baru ini.
Dalam acara bertajuk 'Vivo Pro Imaging: Zeiss Trip' ini kami berkesempatan untuk melihat secara langsung proses pengujian kamera modul yang dirancang khusus untuk HP Vivo.
Baca Juga
Di sela acara tersebut Senior Smartphone Technology Manager Zeiss Consumer Products, Oliver Schindelbeck, menunjukkan modul kamera HP pertama besutan perusahaan--hasil kolaborasi (co-engineering) bersama Nokia.
Advertisement
"Ini adalah modul kamera HP pertama besutan Zeiss bersama Nokia, beberapa tahun yang lalu," ujar Oliver seraya menunjukkan modul kamera tersebut kepada Tekno Liputan6.com.
Sayangnya, ia tidak mengungkapkan secara rinci terkait model HP Nokia yang menggunakan modul kamera tersebut.
Penelusuran Tekno Liputan6.com, Senin (23/9/2024), ponsel Nokia pertama yang hadir dengan kamera terintegrasi adalah Nokia 7650 dengan resolusi VGA (640 x 480 piksel).
Oliver yang merupakan kepala Vivo Zeiss Imaging Lab pun membandingkan modul kamera Nokia tersebut dengan perangkat keras kamera yang tertanam pada HP Vivo X series.
"Lihat betapa bedanya modul kamera pertama Nokia dengan modul kamera HP Vivo X series. Punya Nokia memiliki form-factor yang sangat besar, namun resolusinya kecil. Sementara modul kamera utama Vivo, ukurannya tak berbeda jauh tapi resolusinya sangat besar," ungkapnya.
Untuk diketahui, salah satu Vivo X series yang menjadi andalan Vivo saat ini adalah Vivo X100 Series--dibekali lensa racikan Zeiss.
Vivo X100 memiliki kamera utama wide 50MP, kamera ultra-wide 50MP, dan kamera telephoto 50MP. Adapun kamera depannya menggunakan sensor 32MP dengan bukaan f2.0.
Untuk Vivo X100 Pro, Vivo menyematkan kamera utama wide 50MP dengan OIS, kamera telephoto 64GB, dan kamera ultra-wide 50MP. Kamera depan yang diusungnya masih sama, yakni 32MP.
Zeiss Ungkap Perbedaan Kerjasama Antara Vivo dan Nokia, Siapa Paling Bestie?
Vivo saat ini melakukan kolaborasi dengan salah satu perusahaan optik terbesar di dunia, Zeiss, untuk mendongkrak kemampuan kamera smartphone besutannya.Â
Serperti diketahui, Zeiss sebelumnya juga menjalin kemitraan dengan Nokia. Keduanya bekerjasama selama puluhan tahun. Â
Lantas, apa yang membedakan partnership Zeiss dengan Vivo dan Nokia? Senior Smartphone Technology Manager Zeiss Consumer Products, Oliver Schindelbeck, secara ekslusif mengungkapkan hal ini kepada Tekno Liputan6.com.Â
"Ketika kami memulai kemitraan dengan Vivo, ini sangat menantang karena kami melakukan pengembangan secara paralel. Kemitraan ini merupakan pengembangan yang detail dan mendalam," ungkap Oliver di Kantor Pusat Zeiss di Oberkochen, Jerman pada Jumat (20/9/2024) sore.
Ia menekankan bahwa kerjasama ini bukan hanya tentang pengujian modul kamera dan sertifikasi perangkat.
"Jadi bukan hanya tentang pengujian dan sertifikasi perangkat. Kami benar-benar melakukan pekerjaan pengembangan yang mendalam untuk pengembangan teknologi dan perangkat," ujar Oliver menambahkan.
Ia menyebut perusahaan benar-benar bekerja bersama dengan Vivo dari awal, sejak pengembangan hingga peluncuran produk dan pasca perilisan produk.Â
"Kami juga bekerja sama dengan Vivo untuk menjelaskan apa yang kami lakukan. Saya pikir itu adalah perbedaan besar dibandingkan perusahaan mana pun di pasar yang Anda lihat saat ini," Oliver menuturkan.
Pria berkacamata itu menyebut Zeiss kemudian mengakhiri kemitraan dengan Nokia setelah perusahaan menjalin kemitraan dengan Vivo pada 2020.Â
"Dengan Nokia, kami juga memiliki kemitraan yang cukup mirip, tetapi seperti yang saya katakan, dengan dimulainya kemitraan bersama Vivo, kami mengakhiri kemitraan dengan Nokia," ungkapnya.
"Tapi, itu bukan akhir yang buruk karena kami bermitra dengan Nokia selama hampir 20 tahun. Vivo pada tahun 2020 adalah mitra yang tepat, pada waktu yang tepat," Oliver memungkaskan.
Advertisement
Berkunjung ke Markas Zeiss di Jerman, Perusahaan Lensa Premium yang Bikin Kamera HP Vivo Naik Kelas
Vivo dan Zeiss telah bekerja sama sejak 2020 untuk membuat desain komponen dan fitur optik hingga menentukan kualitas berstandar tinggi dalam memproduksi kamera smartphone secara massal.
Maret 2024, Vivo dan Zeiss menandatangani perjanjian perpanjangan kemitraan untuk riset dan pengembangan bersama. Dalam hal ini kedua perusahaan membentuk Joint Imaging Lab untuk menguji modul kamera smartphone.
Vivo fokus untuk mengembangkan software kamera beserta user interface dan user experience kamera. Sementara Zeiss lebih mengedepankan pengujian modul kamera.Â
Tekno Liputan6.com diundang Vivo Indonesia dan Zeiss mengunjungi kantor pusat Zeiss di Oberkochen, Jerman, untuk melihat secara langsung proses pengujian kamera modul yang dirancang khusus untuk HP Vivo.Â
Namun sayangnya, kami dilarang untuk merekam maupun mengambil foto terkait proses pengujian tersebut.Â
Senior Smartphone Technology Manager Zeiss Consumer Products, Oliver Schindelbeck, mengungkapkan bahwa setiap modul kamera smartphone harus melewati berbagai pengujian yang panjang.Â
"Satu modul kamera akan kami uji untuk mengambil lebih dari 16.000 gambar. Tujuannya, agar output yang dihasilkan berkualitas tinggi, di mana kamera harus mampu menangkap gambar dengan detail dan natural," kata Oliver, Jumat (20/9/2024).
Ia menjelaskan, saat sebuah HP Vivo terbaru akan dirilis, beberapa bulan sebelumnya, Zeiss akan menguji modul kamera sampai ponsel terkait siap untuk diluncurkan ke pasar.Â
"Bahkan, sehari sebelum HP itu dirilis, kami masih terus melakukan pengujian," ungkap Oliver.Â
Sejumlah skenario pengujian modul kamera HP Vivo antara lain adalah uji kecepatam autofokus, pengenalan warna kulit (skin tone), tes kualitas gambar dalam mengurangi backlight hingga pengujian efek bokeh.Â
Tur Museum Zeiss
Selain mengunjungi lab, kami juga melalukan tur ke Museum Zeiss untuk melihat sejarah perjalanan perusahaan yang berdiri sejak 1846.Â
Berawal dari menciptakan mikroskop, kini Zeiss telah menjadi perusahaan besar yang berorientasi pada penelitian, yang mendistribusikan sejumlah besar produk optik di seluruh dunia.
Kurt Becker yang merupakan fisikiawan dan pensiunan dari Zeiss menjelaskan bahwa tujuan dari didirikannya museum adalah untuk memperkenalkan kepada semua pengunjung tentang semua lini produk optik Zeiss.
"Zeiss tak hanya dikenal sebagai penyedia lensa kamera, tetapi pembuat produk mikroskopi, metrologi, litografi, binokular, hingga teknologi medikal," Becker menjelaskan.Â
"Pada awal berdirinya perusahaan di tahun 1866, Carl Zeiss merekrut fisikawan Ernst Abbe untuk membantunya menyempurnakan mikroskop," ia menambahkan.
Setelah meninggalnya Carl Zeiss pada 1889, Ernst Abbe mendirikan Yayasan Carl Zeiss, yang kemudian menjadi pemilik tunggal perusahaan tersebut. Keuntungannya digunakan untuk proyek sains, sosial, dan budaya, serta untuk tenaga kerja.
Â
Advertisement
Terima 3 Kali Piala Oscar
Tekno Liputan6.com juga diajak untuk mengunjungi line produksi lensa kamera sinema. Dalam kesempatan ini kami diperlihatkan lensa kamera sinema Master Anamorphic (prototipe) seharga 45.000 ribu euro atau sekitar Rp 760 juta.Â
Senior Director of Operations at Zeiss, Josef Kohnle, menekankan bahwa Zeiss lebih mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas sehingga tidak memproduksi lensa secara massal dan lebih fokus ke produk premium.
"Zeiss selalu berusaha menciptakan sesuatu yang baru untuk menjadi pemimpin pasar. Kami memiliki visi dan mengerjakan proyek-proyek untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari dan alur kerja para pengguna," ujar Josef.
Ia mengklaim lensa sinema Zeiss sangat andal mengabadikan berbagai situasi yang berbeda untuk memberi pengguna keyakinan agar tidak gagal dalam menghasilkan sebuah karya.Â
"Kami bukan pengikut, kami menciptakan pasar dan mendengarkan pelanggan," ucap Josef menambahkan.
Dengan rangkaian produknya yang luas, Zeiss telah menyediakan lensa kamera pilihan selama lebih dari 100 tahun. Kisahnya dimulai dengan penemuan Planar yang ditemukan pada tahun 1896.Â
Saat ini, Zeiss juga dikenal sebagai perusahaan terkemuka di dunia dalam hal pengembangan dan produksi lensa kamera berkinerja tinggi untuk semua bidang fotografi dan sinematografi.
Baik untuk fotografi arsitektur atau sport, mode potret atau lanskap, Zeiss berhasil menyediakan lensa yang tepat untuk semua skenario.
Lensa kamera yang dibuat oleh Zeiss bahkan telah menerima tiga Academy Awards atau Piala Oscar dalam kategori Sains dan Teknik (1987, 1999, dan 2012).
Infografis Ponsel Black Market Diblokir via IMEI. (Liputan6.com/Triyasni)
Advertisement