Liputan6.com, Nusa Dua - Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) resmi meluncurkan DPIS (Disaster Prevention Information System/Sistem Penguatan Informasi Bencana) EWS (Early Warning System) melalui siaran TV digital bersama dengan di Bali.
Menurut Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Budi Arie Setiadi, kehadiran dua sistem ini merupakan salah satu solusi memperkuat layanan informasi kebencanaan di Indonesia.
Baca Juga
"Kita menyaksikan sebuah momentum bagi penguatan pencegahan dan mitigasi bencana di Indonesia," tutur Menkominfo dalam acara peresmian DPIS dan EWS Siaran TV Digital di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin (23/9/2024).
Advertisement
Dijelaskan Menkominfo, DPIS merupakan hibah Pemerintah Jepang untuk menyiapkan suatu sistem penyebaran informasi bencana sebagai langkah antisipasi dan penanganan yang cepat serta optimal.
DPIS sendiri diperuntukkan bagi kementerian dan lembaga yang menangani bencana. Jadi, mereka dapat mengetahui informasi kejadian bencana melalui pop up notification, web push notification, dan e-mail.
Sistem ini pun disebut akan sangat bermanfaat bagi petugas dan masyarakat yang ada di lapangan, karena bisa menerima informasi soal kebencanaan secara langsung. Tidak hanya di tingkat pusat, tapi juga provinsi maupun kabupaten-kota.
Turut hadir dalam peluncuran tersebut adalah Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia Takeda Sachiko. Ia menuturkan, DPIS sendiri merupakan bentuk kerja sama antara JICA dengan Kementerian Kominfo yang digagas sejak 2019.
"DPIS mengintegrasikan penyampaian informasi bencana, stabilisasi komunikasi, serta mempercepat pengiriman informasi bencana pada masyarakat," tutur Sachiko menjelaskan.
Harapannya, DPIS bisa mengurangi dampak dan kerugian yang disebabkan oleh bencana, sekaligus meningkatkan keselamatan masyarakat.
Sementara EWS Siaran TV Digital merupakan sistem penyebaran informasi bencana lewat siaran TV digital. Ini merupakan perluasan dari sistem EWS yang sebelumnya berupa SMS blast.
Menurut Menkominfo, sistem EWS yang memanfaatkan jangkauan layanan TV digital bisa menjangkau sekitar 76 persen populasi di Indonesia. Nantinya, sistem ini akan memberikan informasi langsung dari otoritas deteksi dini kebencanaan.
"Dan, ditayangkan pada layar TV digital dengan menginterupsi siaran yang ditonton oleh masyarakat," tutur Menkominfo.
Â
Bigo Live Perkuat Komitmen Keamanan
Di sisi lain, Bigo Live diketahui telah melakukan pertemuan dengan Menteri Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Budi Arie Setiadi. Dalam pertemuan itu, Bigo Live menjelaskan rencana peningkatan keamanan konten dengan sistem tiga tahap.
Dalam pertemuan itu, Bigo Live juga mengungkap rencana menambah investasi di Indonesia.
Mereka juga akan memperbanyak jumlah tim pengawasan dan moderasi konten menjadi 300 orang. Perusahaan juga memastikan standar tertinggi dalam moderasi konten dan keamanan aplikasi.
"Kami menghargai hubungan baik dengan Kementerian Kominfo dan akan senantiasa mematuhi setiap regulasi disamping tetap memastikan keamanan digital bagi pengguna Indonesia," tutur CEO APAC JOYY (induk perusahaan Bigo Live) Cloude Lee seperti dikutip dari siaran pers yang diterima, Selasa (17/9/2024).
Â
Advertisement
Komitmen Kominfo Lawan Konten Negatif dan Bisnis Ilegal di Dunia Digital
Menkominfo juga menyatakan komitmen Kementerian Kominfo melawan konten negatif dan bisnis ilegal di dunia digital. Karenanya, ia menyambut baik upaya Bigo Live meningkatkan keamanan konten dan puas dengan upaya yang dilakukan perusahaan.
Budi turut menekankan pentingnya upaya berkelanjutan dari Bigo Live untuk menciptakan ruang siber yang lebih aman dan ramah di Indonesia.
Ia juga berharap Bigo dalam memberikan manfaat lebih banyak dan menjadi contoh bagi platform digital lainnya.
Sebagai bentuk komitmen perusahaan, Lee juga menuturkan, Bigo Live turut memiliki rencana program yang mendukung pengembangan keterampilan generasi muda, termasuk program magang dan pelatihan.
Untuk mendukung rencana tersebut, Bigo Live berencana menjalin kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia.Â