Liputan6.com, Jakarta - TikTok, platform media sosial populer milik Bytedance sedang menghadapi serangkaian tuntutan hukum baru yang diajukan oleh 13 negara bagian di Amerika Serikat, termasuk Distrik Columbia.
Gugatan ini menuduh TikTok telah merugikan generasi muda dengan sengaja menciptakan fitur yang membuat ketagihan, dan gagal melindungi mereka dari dampak negatif penggunaan media sosial.
Baca Juga
Dalam gugatan yang diajukan di New York, California, dan beberapa negara bagian lainnya, jaksa agung menuduh TikTok menggunakan software didesain untuk memaksimalkan waktu layar anak-anak.
Advertisement
Tak hanya itu, platform media sosial tersebut dituduh menargetkan anak-anak dengan iklan dan merusak kesehatan mental mereka.
"TikTok memupuk kecanduan media sosial untuk keuntungan perusahaan," ujar Rob Bonta, Jaksa Agung California.
Menurutnya, TikTok secara sengaja menargetkan anak-anak yang belum memiliki kemampuan untuk menetapkan batasan sehat terhadap penggunaan media sosial.
Dampak Kecanduan Medsos pada Kesehatan Mental
Platform sering dibandingkan dengan Instagram ini dituduh memanfaatkan algoritma untuk menarik perhatian anak-anak secara berlebihan.
Letita James, Jaksa Agung New York, menyoroti masalah kesehatan mental berkembang di kalangan anak mudah sebagai akibat dari ketergantungan media sosial.
"Kaum muda saat ini bergulat dengan masalah kesehatan mental karena platform medsos seperti TikTok yang dirancang untuk membuat mereka kecanduan," jelasnya.
TikTok sendiri telah membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa mereka telah mengimplementasikan langkah-langkah proteksi kuat untuk melindungi remaja dan anak-anak.
Â
Tuduhan Lain: Bisnis Pengiriman Uang Tanpa Izin
Selain masalah kecanduan, TikTok juga menghadapi tuduhan terkait fitur mata uang virtual dan pengiriman uang tanpa izin, yang digunakan melalui layanan streaming.
Jaksa Agung Washington DC, Brian Schwalb, menegaskan bahwa TikTok dirancang untuk memikat pengguna muda ke dalam lingkaran kecanduan.
"Platform ini berbahaya dan sengaja dirancang untuk membuat generasi muda tidak bisa lepas dari smartphone mereka," tegas Schwalb.
Ia juga menuduh platform ini memfasilitasi eksploitasi seksual anak di bawah umur, menambah panjang daftar tuduhan serius terhadap TikTok.
Masa depan TikTok di Amerika Serikat kini semakin terancam, dengan potensi sanksi finansial yang signifikan dari regulator AS.
Advertisement
ByteDance akan Gunakan Chip Huawei untuk Latih AI Baru
Lebih lanjut, perusahaan induk TikTok ini berencana untuk melatih dan mengembangkan model AI menggunakan chip dari Huawei.
Tiga sumber anonim menghubungi Reuters terkait informasi ini, namun sumber keempat belum mengonfirmasi bahwa ByteDance menggunakan chip Huawei tetapi mengatakan bahwa model AI baru sedang dalam pengembangan.
Sebelumnya, proyek AI ByteDance menggunakan chip AI NVIDIA H20, yang dirancang untuk pasar Tiongkok. Tujuannya untuk menghindari pembatasan perdagangan yang diberlakukan pemerintah AS pada tahun 2022.
Pelanggan Tiongkok hanya diizinkan untuk membeli model chip AI tertentu, yang merupakan upaya untuk memperlambat kemajuan teknologi Tiongkok.
Mengutip Engadget, Selasa (1/10/2024), ByteDance telah memesan 100.000 chip Ascend 910B dari Huawei tahun ini, tetapi hanya baru menerima 30.000.
Chip Nvidia A100
Chip Ascend 910B Huawei disebut lebih unggul ketimbang chip NVIDIA A100 dalam kinerja GPU dan efisiensi daya komputasi. Kendalanya adalah ByteDance harus menghentikan proyek pengembangan model AI karena kekurangan pasokan chip.
Berita ini belum dikonfirmasi oleh ByteDance, tetapi perusahaan bukan satu-satunya yang beralih dari produk NVIDIA. Banyak perusahaan Tiongkok lainnya yang perlahan beralih ke chip lokal.
Meskipun ByteDance sebelumnya telah menggunakan celah hukum untuk mendapatkan chip AI NVIDIA, perkembangan terbaru menunjukkan bagaimana Tiongkok berupaya mengurangi ketergantungannya pada produk Barat (terutama AS).Â
Advertisement