Sukses

Indonesia Naik 2 Peringkat di Daftar Daya Saing Digital Global, Unggul dari India dan Turki

Daya saing digital Indonesia terus meningkat. Berdasarkan IMD WDCR 2024, Indonesia berhasil naik ke posisi 43 dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Peringkat daya saing digital Indonesia diketahui naik dua peringkat ke posisi 43 dunia dari total 67 negara. Peraingkat ini didasarkan pada riset the International Institute for Management Development World Digital Competitiveness Rangking (IMD WDCR) 2024.

Disebutkan, dalam lima tahun terakhir, daya saing digital Indonesia berdasarkan IMD WDCR ini memang tercatat terus naik. Awalnya posisi 50 di 2020, 53 di 2021, 51 di 2022, kemudian 45 di 2023, dan 43 di 2024.

Kendati demikian, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, peringkat Indonesia cukup tertinggal. Indonesia tercatat hanya unggul dari Filipina. Nah, berikut daftar lima besar negara dengan daya saing digital terbaik di Asia Tenggara.

  • Singapura (peringkat 1, dengan skor 100)
  • Malaysia (peringkat 36, dengan skor 65,5)
  • Thailand (peringkat 37, dengan skor 65,45)
  • Indonesia (peringkat 43, dengan skor 61,36)
  • Filipina (peringkat 61, dengan skor 45,18)

Sementara jika dibandingkan dengan sejumlah negara Asia lain, peringkat daya saing digital Indonesia tercatat juga masih lebih baik dari India (51) dan Turki (55).

Dijelaskan, peringkat daya saing digital kedua negara tersebut memang terus turun dalam lima tahun terakhir. Dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (14/11/2024), riset IMD WDCR 2024 dilakukan IMD World Competitiveness Center (WCC).

Riset disusun berdasarkan data keras dan survei. Untuk mengukur kelebihan dan kekurangan daya saing digital suatu negara, WCC menggunakan 52 kriteria untuk menentukan peringkat.

Kriteria itu lantas dikelompokkan menjadi tiga pilar utama, yaitu pengetahuan, teknologi, dan kesiapan masa depan. Ketiganya menjadi penentu tingkat inovasi, inklusi, dan transformasi digital suatu negara.

"Untuk meningkatkan daya saing digital, negara harus menyeimbangkan ketiga faktor tersebut," tutur Kepala Ekonom WCC Christos Cabolis.

 

2 dari 3 halaman

Persoalan Indonesia

Dari 52 kriteria penilaian tersebut, kecepatan internet pita lebar Indonesia tergolong sangat lambat dan hanya menempati peringkat 66 dari 67 negara.

Indonesia tercatat masih perlu perbaikan untuk meningkatkan jumlah pengguna internet yang ada di peringkat 64, pembajakan software (peringkat 63), pendidikan dan pelatihan teknologi (peringkat 63), serta jumlah artikel riset AI yang terbit di jurnal scopus (peringkat 63).

Kendati demikian, keberhasilan daya saing digital Indonesia berhasil naik dua peringkat di tahun ini karena didongkrak oleh tingginya investasi teknologi.

Indonesia mencatat prestasi gemilang untuk teknologi dari layanan perbankan dan finansial (peringkat 2), investasi telekomunikasi (peringkat 3), dan venture capital untuk perusahaan teknologi (peringkat 5).

Untuk kesiapan masa depan (future readiness), Indonesia dinilai memiliki kelincahan binsis yang sukses menempati peringkat 10. Selain itu, masifnya pemanfaatan analisa big data juga sukses mengerek peringkat Indonesia.

 

3 dari 3 halaman

Kesenjangan Digital

Di samping itu, Ekonom Senior WCC Joses Caballero juga menyampaikan soal kesenjangan digital yang memang menjadi isu krusial di banyak negara berkembang.

"Indonesia termasuk di dalamnya. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah pengguna internet broadband, yang kemungkinan besar disebabkan oleh tidak meratanya layanan internet di beberapa daerah," tuturnya.

Selain tidak meratanya akses internet berkecepatan tinggi, kesenjangan digital yang jadi masalah krusial di 2025 juga terjadi terjadi akibat ketersediaan listrik yang tidak dapat diandalkan.

Tidak hanya itu, minimnya ketersediaan jaringan telekomunikasi modern juga menjadi faktor lain. Absennya akses ini membuat partisipasi warga di pedesaan dan daerah terpencil untuk ikut memanfaatkan ekonomi digital menjadi terbatas.