Liputan6.com, Jakarta - Ancaman deepfake yang dimanfaatkan penipu untuk memperdayai korbannya tidak dimungkiri bisa terjadi. Hal itu diungkapkan oleh pakar keamanan siber Alfons Tanujaya.
Berbekal AI, menurut Alfons, gambar video dan suara bisa dipalsukan serta menghasilkan video yang sulit dibedakan oleh mata telanjang.
Baca Juga
Potensi bahaya tersebut pun diolah menjadi iklan sebuah merek smartphone yang memasarkan produk mereka di Malaysia. Merek itu mengklaim, perangkat mereka memiliki teknologi untuk mendeteksi deepfake.
Advertisement
Untuk bisa melakukannya, teknologi itu menganalis kontak mata, pencahayaan, kejelasan gambar dan video playback. Kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (18/12/2024), Alfons menuturkan, secara teknologi hal tersebut memang memungkinkan.
Kendati demikian, ia menuturkan, ada hal yang perlu disadari oleh pengguna. Dalam hal ini, teknologi AI telah berkembang pesat dan kelemahan-kelemahan yang tadinya mudah terdeteksi akan bisa disempurnakan.
Akibatnya, konten semacam itu akan makin sulit diidentifikasi keasliannya. "Sehingga mengandalkan Ai untuk mendeteksi AI palsu bisa saja dilakukan, tapi bukan jaminan akan mampu mendeteksi semua konten manipulasi AI," tutur Alfons.
Oleh sebab itu, masyarakat tidak disarankan hanya mengandalkan satu teknologi atau parameter untuk mendeteksi penipuan.
"Konten tersebut sah-sah saja dijadikan peringatan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran atas ancaman AI, tetapi salah juga kalau melihat AI sebagai monster jahat yang harus ditakuti dan digunakan sebagai sarana penipuan," ujarnya.
Ia pun menyatakan, smartphone memang bisa membantu mengidentifikasi konten AI, seperti yang diiklankan oleh salah satu merek. Namun, penipuan tidak hanya menggunakan AI.
Alfons menuturkan, malah berdasarkan kasus yang beredar saat ini, aksi penipuan tidak terindikasi menggunakan AI, melainkan memakai rekayasa sosial untuk menakuti hingga mengelabui korbannya.
Tips Cegah jadi Korban Penipuan Digital
Untuk mencegah menjadi korban penipuan digital, Alfons pun memberikan beberapa hal yang harus dilakukan sebagai berikut:
- Amankan aset digital anda dengan baik. Jaga kredensial penting seperti email, media sosial dan finansial. Lalu, pastikan dilindungi dengan perlindungan Otentikasi Dua Faktor yang akan mengamankan akun anda sekalipun kredensialnya berhasil dicuri.
- Gunakan password yang unik, panjang dan berbeda untuk setiap akun. Simpan password menggunakan password manager supaya aman dan mudah dikelola.
- Pakai program anti phising pada ponsel seperti True Caller yang akan mengidentifikasi nomor telpon penipu dengan metode crowdsourcing. Jadi, nama penelpon akan tampil di ponsel anda sekali pun tidak disimpan di kontak.
- Gunakan sandi rahasia atau pertanyaan rahasia yang hanya anda ketahui dengan keluarga anda, jika mendapatkan telepon darurat atau permintaan transfer uang.
- Lakukan crosscheck dengan ketat serta pastikan tidak ditipu ketika melakukan transfer ke rekening yang tidak diketahui sebelumnya
Advertisement
Awas! Penipuan Tiket Pesawat Murah Sasar Pengguna Media Sosial
Di sisi lain, aksi penipuan digital memanfaatkan platform media sosial tidak dimungkiri kini makin marak, seiring dengan meningkatnya penetrasi digital dan pengguna media sosial yang memanfaatkannya untuk mendapatkan informasi.
Salah satu yang kini cukup sering terjadi adalah penipuan tiket murah dan penginapan wisata murah. Aksi ini ramai terjadi karena kemungkinan para pelaku kejahatan tahu kebutuhan masyarakat terhadap tiket murah cukup tinggi.
Terlebih, faktor tiket pesawat dalam yang cukup mahal, aksi penipuan yang memanfaatkan iming-iming tiket murah pun marak terjadi. Aksi ini diketahui dilakukan dengan seksama dan menggunakan akun dengan follower besar.
"Penipu sangat jeli memanfaatkan mahalnya harga tiket pesawat terbang dari maskapai ternama dan menawarkan potongan menggiurkan 50 persen dari harga resmi, guna menjerat calon korbannya," tutur pakar keamanan siber Alfons Tanujaya saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (29/11/2024).
Untuk menguatkan aksinya, para penipu pun melampirkan kesaksian palsu dari figur publik seperti Rossa, Michelle Ziu, Dian Sastro, hingga pesohor lainnya.
Adapun modus yang dilakukan pelaku adalah meminta korban mengirimkan sejumlah uang untuk mendapatkan tiket yang dijanjikan. Jika sudah dikirimkan, penipu akan menjalankan aksi lebih lanjut.
Menurut Alfons, pelaku penipuan digital akan menginformasikan korban harus melakukan transfer uang lagi sebagai deposit. Mereka beralasan uang tersebut akan dikembalikan dalam waktu 10 hingga 15 menit.
Akibat aksinya tersebut, tidak sedikit korban yang merugi jutaan rupiah. Bahkan, ada korban yang terus menerus melakukan transfer hingga tertipu sampai ratusan juta.
Laporan Korban
Alfons menuturkan, aksi penipuan ini diketahui setelah adanya pelaporan dari korban. Selain itu, setelah dilakukan penelusuran, sejumlah endorsement yang dilakukan oleh sejumlah figur publik ternyata palsu.
Dijelaskan, akun figur publik yang melakukan endorsment bukan merupakan akun asli mereka. Akun itu dibuat dengan mencuri dan mengedit foto dari akun aslinya.
Untuk itu, para warganet diingatkan untuk selalu berhati-hati melakukan transaksi finansial dengan akun media sosial, meski mereka yang memiliki banyak follower.
"Pada prinsipnya, jika anda melakukan transaksi finansial, akan sangat riskan jika melakukan transfer hanya berdasarkan kepercayaan pada kredibilitas akun Instagram atau media sosial tersebut," ujar Alfons menjelaskan.
Advertisement
Konsumen Harus Waspada
Selain itu, warganet juga harus berhati-hati, meski akun tersebut mendapatkan banyak endorsement dari sejumlah pesohor. Sebab, hal itu tidak menjamin kalau akun tersebut tidak akan melakukan penipuan.
"Vaksincom menyarankan anda untuk melakukan transaksi hanya pada situs atau layanan yang telah diyakini kebenarannya, atau jika ingin melakukan pembelian sebaiknya dilakukan di platform yang terpercaya," tuturnya.
Sebagai contoh, pengguna bisa membeli tiket dari penyelenggara travel terpercaya, termasuk sejumlah aplikasi travel populer. Konsumen juga diingatkan tidak mudah percaya dengan diskon besar yang diberikan.
Tidak hanya itu, konsumen juga diminta selalu memastikan kebenaran akun-akun terverifikasi. Sebab, tak jarang melakukan pemalsuan tanda verifikasi.
"Hati-hati juga dengan centang biru yang dipalsukan seperti yang terjadi pada pemalsuan centang biru pada akun Whatsapp yang seharusnya diletakkan setelah nama akun tetapi oleh penipu diletakkan di samping logo perusahaan," ucap Alfons menutup pernyataannya.