Sukses

4 Inisiatif IPv6 Enhanced Net5.5G untuk Percepat Penerapan Komersial 5G di Indonesia

Data terbaru menunjukkan betapa krusialnya adopsi IPv6 secara global. Pasar global untuk IPv6 diperkirakan mencapai 34,3 miliar unit pada tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terus memacu transformasi digital melalui kemajuan teknologi jaringan dan adopsi protokol internet generasi terbaru, IPv6 Enhanced Net5.5G. Teknologi ini menjadi fondasi penting dalam menghubungkan dan mengidentifikasi perangkat di era internet modern.

IPv6, sebagai suksesor IPv4, menawarkan sejumlah keunggulan signifikan. Salah satu yang paling krusial adalah ketersediaan alamat IP yang jauh lebih besar. Hal ini menjawab tantangan keterbatasan alamat yang dihadapi IPv4 seiring dengan pesatnya pertumbuhan perangkat yang terhubung ke internet.

Lebih dari sekadar kuantitas, IPv6 juga menawarkan manajemen dan delegasi alamat yang lebih efisien dan terstruktur. Kemampuan konfigurasi otomatis pada IPv6 menyederhanakan pengelolaan jaringan, mengurangi kompleksitas, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Data terbaru menunjukkan betapa krusialnya adopsi IPv6 secara global. Pasar global untuk IPv6 diperkirakan mencapai 34,3 miliar unit pada tahun 2023.

Angka ini diproyeksikan melonjak tajam menjadi 127,6 miliar unit pada tahun 2030, mencerminkan pertumbuhan tahunan rata-rata yang impresif sebesar 20,6 persen selama periode tersebut.

Pertumbuhan eksponensial ini menandakan transisi global yang tak terhindarkan menuju IPv6 sebagai tulang punggung infrastruktur internet masa depan.

Dalam gelaran Indonesia IPv6 Enhanced Net5.5G, Kementerian Komunikasi dan Digital, Bappenas, Lemhannas, Kementerian Pertanian, Badan Siber dan Sandi Negara, Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), APAC IPv6 Council, NIDA(Network Innovation and Development Alliance), WBBA(World Broadband Association), Telkom, XL Axiata, bersama-sama meluncurkan Inisiatif rencana aksi Net5.5G Indonesia.

Inisiatif ini menyerukan kekuatan industri untuk mempercepat penerapan komersial Net5.5G di Indonesia dan bersama-sama mempromosikan kemakmuran dan pengembangan Net5.5G.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya, menuturkan penetrasi IPv6 di Indonesia pada 2024 mencapai sekitar 16 persen. Jumlah ini meningkat signifikan dari hanya 6 persen pada 2022.

"Kita perlu akselerasi lebih lanjut untuk mendukung ekosistem IoT di Indonesia yang kini telah mencapai lebih dari satu miliar perangkat. Kita masih berada di tahap awal,” ujar Teguh, dikutip Jumat (20/12/2024).

Menurut Teguh, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G sangat penting untuk memastikan keamanan platform dan aplikasi, terutama seiring dengan peluncuran 5G.

2 dari 4 halaman

Indonesia Targetkan Penetrasi IPv6 Sebesar 31 Persen

"Ini bukan hanya tentang meningkatkan kapabilitas, tetapi juga mendukung latensi rendah yang krusial untuk teknologi canggih seperti IoT dan kota pintar," lanjutnya.

Adapun, inisiatif rencana aksi Net5.5G Indonesia, berisi empat konotasi, yang menyerukan kekuatan industri untuk mempercepat penerapan komersial Net5.5G di Indonesia. Keempat inisiatif tersebut, adalah:

  1. Mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi R&D dan mempromosikan terobosan dan inovasi dalam teknologi IPv6 dan Net5.5G.
  2. Mempromosikan pembangunan infrastruktur Net5.5G untuk meningkatkan jangkauan dan kinerja jaringan.
  3. Memperkuat pembinaan talenta jaringan masa depan dan membina talenta kompleks yang memahami teknologi TIK dan manajemen.
  4. Mempromosikan konvergensi industri, mempromosikan integrasi mendalam Net5.5G dengan manufaktur, pertanian, mempercepat aplikasi inovatif.

Pada 2030, Indonesia menargetkan penetrasi IPv6 sebesar 31 persen. Teguh menambahkan, IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga membuka peluang untuk memperluas industri lokal dan lapangan kerja.

 

3 dari 4 halaman

IPv6 Enhanced Net5.5G Jadi Kunci Tata Kelola Digital

Untuk itu, Teguh menekankan, pentingnya peningkatan literasi serta kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk produsen perangkat, operator jaringan, pengembang aplikasi, dan penyedia konten.

Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Digital, Aju Widya Sari menjelaskan, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G diperkirakan menyumbang hingga US$7,9 triliun pada 2026 bagi ekonomi global (sumber: Global IPv6 Development Report 2022, Roland Berger).

Aju menjelaskan, Indonesia saat ini tengah mempercepat langkah menuju transformasi digital dengan mengadopsi IPv6 Enhanced Net5.5G, yang menjadi teknologi fondasi bagi infrastruktur digital masa depan. “IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga memberikan manfaat besar dalam tata kelola, keamanan, dan efisiensi di era ekonomi digital,” ujarnya.

Menurutnya, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G menjadi kunci dalam menciptakan tata kelola digital yang lebih aman, efektif, dan efisien.

Dengan kapasitas alamat yang lebih besar, keamanan yang ditingkatkan, dan keandalan jaringan yang lebih tinggi, IPv6 menawarkan solusi teknis untuk mendukung implementasi teknologi masa depan seperti 5G, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan Cloud Computing.

4 dari 4 halaman

Infografis Nyepi di Bali tanpa Internet