Sukses

Bagaimana Nasib Spektrum Frekuensi Smartfren dan XL Axiata setelah Merger?

Merger XL Axiata dan Smartfren menjadi perhatian di industri telekomunikasi, saat ini keduanya tengah berproses untuk merger sembari menunggu evaluasi dari Komdigi, bagaimana nasib spektrum frekuensi yang dimiliki kedua perusahaan pasca merger?

Liputan6.com, Jakarta - XL Axiata dan Smartfren mengumumkan kesepakatan untuk bergabung atau merger dalam satu entitas bernama XLSmart. Nantinya usai merger, saham XL atau EXCL akan menjadi yang bertahan di bursa saham sementara saham Smartfren (FREN) melebur ke dalam EXCL.

Kehadiran entitas hasil merger XL Axiata-Smartfren ini disebut akan menjadi kekuatan baru di sektor telekomunikasi berkat penggabungan sumber daya spektrum dari kedua perusahaan.

Berkaca dari merger operator telekomunikasi yang lalu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Digital --dulu Kominfo-- biasanya meminta operator merger mengembalikan sebagian spektrum frekuensi.

Bagaimana dengan spektrum frekuensi milik Smartfren dan XL Axiata setelah merger?

Dalam konferensi pers public expose capaian Smartfren di kuartal 3 2024, Presiden Direktur sekaligus CEO Smartfren Merza Fachys mengatakan, masalah spektrum frekuensi merupakan kewenangan dari Menteri Komdigi.

"Jadi tidak ada satu regulasi yang mengatakan (spektrum frekuensi) harus dikembalikan atau harus diapa, boleh tidak dikembalikan," kata Merza.

Ia mengatakan, dalam surat tentang rencana penggabungan dua perusahaan yang sudah disampaikan ke Komdigi, XL Axiata maupun Smartfren telah menyampaikan proposal dan business plan pasca merger.

 

 

2 dari 3 halaman

Evaluasi Komdigi Terhadap Rencana Bisnis Smartfren-XL Axiata Pasca Merger

"Yang kami sampaikan adalah business plan, kami akan melakukan apa dalam 1, 3, hingga 5 tahun ke depan. Nantinya kalau tim evaluasi Komdigi kemudian mulai mengevaluasi, tentu kami akan berdiskusi," kata Merza.

Tim XL Axiata dan Smartfren pun tengah menyusun rencana dan evaluasi tersebut akan melihat apakah seluruh frekuensi yang dimiliki dua perusahaan akan optimal sesuai dengan rencana bisnis yang disampaikan.

Menurut Merza, jika nantinya Komdigi merasa spektrum frekuensi yang dimiliki optimal dengan rencana business, mungkin tak ada spektrum yang akan dikembalikan ke pemerintah.

"Tapi kalau tidak optimal, mungkin secara hitungan (dinilai) kebanyakan bisa diambil. Kalau secara hitungan ternyata kurang, ya kesimpulannya sama, dikasih atau bagaimana, ada mekanisme yakni melalui lelang, terserah dari Komdigi," katanya.

3 dari 3 halaman

Jumlah Pelanggan dan Pendapatan Smartfren di Kuartal 3 2024

 Sementara itu, berdasarkan laporan hingga 30 September 2024, Smartfren mencatat jumlah pelanggan mereka mencapai 35,9 juta pelanggan.

Jumlah ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana berdasarkan data Smartfren, pelanggan mereka pada kuartal 3 2023 sebesar 36,4 juta pelanggan.

Sementara, jumlah pendapatan Smartfren hingga kuartal 3 2024 pun tercatat sebesar Rp 8,5 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah pendapatan Smartfren sebesar Rp 8,6 triliun.

Perusahaan operator di bawah Sinarmas ini pun membukukan rugi Rp 1 triliun. Pada kuartal yang sama tahun lalu, Smartfren membukukan kerugian Rp 600 miliar.

Presiden Direktur sekaligus CEO Smartfren Merza Fachys, mengakui adanya penurunan jumlah pelanggan Smartfren atau pun pendapatan ini. Menurutnya, salah satunya karena banyaknya tekanan di industri telekomunikasi dan bisnis Smartfren.

"Kami memang banyak sekali pressure di kuartal ketiga, kan. Salah satunya ada persaingan dari RTRW Net (penyedia layanan internet ilegal)," kata Merza, usai konferensi pers.