Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan jejaring sosial raksasa, Meta, baru saja mengangkat seorang tokoh penting di Partai Republik --partai yang sama dengan presiden terpilih Donald Trump-- yakni Joel Kaplan, sebagai Chief Global Affairs Officer.
Joel Kaplan menggantikan posisi Nick Clegg yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Pergantian ini terjadi menjelang pelantikan presiden terpilih AS Donald Trump dan di tengah upaya perusahaan untuk memperbaiki hubungannya dengan Trump.
Advertisement
Selama ini Trump kerap mengkritik kebijakan perusahaan terhadap konten politik. Bahkan Donald Trump juga mengancam akan memenjarakan CEO Meta, Mark Zuckerberg.
Mengutip Reuters, Senin (6/12/2025), sebelumnya Joel Kaplan melapor kepada atasannya, Nick Clegg. Clegg merupakan eksekutif Meta yang dulunya mantan Wakil PM Inggris dan pemimpin Partai Liberal Demokrat.
Meta juga bukan kali ini saja mempekerjakan seseorang berlatar politik sebagai pejabat eksekutif. Eksekutif Meta lainnya yang juga berlatar belakang politik dari partai Republik adalah Kevin Martin.
Nantinya, ia akan menggantikan posisi lama Kaplan sebagai kepala kebijakan global, demikian pernyataan Clegg di media sosial.
"Pada awal tahun baru, saya merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk meninggalkan peran saya sebagai Presiden Global Affairs di Meta," kata Clegg.
Nick Clegg juga menyebut suksesornya, Joel Kaplan, menjadi orang yang tepat untuk memangku pekerjaan lamanya.
Kontroversi Joel Kaplan di Meta
"Joel sangat cocok untuk membentuk strategi perusahaan seiring dengan evolusi harapan masyarakat dan politik terhadap teknologi," katanya.
Sekadar informasi, Kaplan menyebut perubahan ini manis sekaligus getir di komentarnya pada unggahan Facebook Nick Clegg.
Sebelumnya, Joel Kaplan menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Kebijakan di pemerintahan Presiden George W Bush. Ia kemudian bergabung dengan Meta di tahun 2011.
Di Meta, Kaplan sempat dituding mempromosikan netralitas politik sekaligus mendukung agenda konservatif. Tudingan ini pun dibantah perusahaan.
Salah satu tudingan, misalnya, dokumen yang dirilis oleh whistlebower Facebook pada 2021 menunjukkan beberapa karyawan menuding Kaplan membuat pengecualian terhadap aturan konten untuk menjaga hubungan baik dengan tokoh politik Partai Republik.
Advertisement
Perusahaan Berlomba Lebih Dekat dengan Trump
Karyawan Meta juga pernah kecewa ketika Kaplan menghadiri sidang Senat di tahun 2018 yang membahas tuduhan pelecehan seksual terhadap Brett Kavanaugh. Meta saat itu mengeluarkan pernyataan yang mengakui adanya "kesalahan dalam menangani kejadian tersebut."
Bicara hubungan antara perusahaan teknologi dengan presiden terpilih AS Donald Trump, sejumlah perusahaan kini tengah bergegas memperbaiki hubungan mereka dengan Trump setelah ia dinyatakan memenangi Pilpres AS, November lalu.
Meta misalnya menyumbangkan USD 1 juta untuk dana pelantikan Trump, demikian menurut data Reuters, berdasarkan penyataan judu bicara perusahaan Desember lalu.
Upaya Meta Buat Dekat dengan Pemerintah AS di Bawah Donald Trump?
Selain itu, CEO Meta Mark Zuckerberg juga menyatakan penyesalannya atas keputusan konten di masa lalu. Langkah-langkah ini tampaknya dilakukan untuk meredakan ketegangan antara Trump dan Meta.
Meta sebelumnya melarang Trump menggunakan platform Facebook dan Instagram pada 2021, imbas peristiwa kerusuhan di Capitol, oleh para pendukung Trump.
Adapun Trump pernah menuding Meta menyensor konten yang bisa merugikan Joe Biden dalam pemilu 2020 dan mengkritik sumbangan Zuckerberg untuk memperkuat infrastruktur pemilu.
Â
Advertisement