Pindah ke Zynga, Mantan Bos Xbox Kantongi Milyaran Rupiah

Produsen video game Zynga resmi menunjuk Don Mattrick sebagai CEO baru mereka. Sebelumnya Mattrick bekerja di Microsoft sebagai President of Interactive Entertainment Business yang menangani Xbox dan semua bisnis hiburan dan game Microsoft.

Pertanyaannya, berapa uang yang akan dikantongi Mattrick hingga mau meninggalkan pekerjaannya di Microsoft?

Menurut laman AP yang dikutip Jumat (5/7/2013), Zynga memberikan Mattrick kompensasi bonus senilai $ 5 juta dan saham senilai $ 40 juta untuk membujuk Mattrick pindah dari pekerjaan sebelumnya sebagai bos Xbox di Microsoft.

Paket kompensasi yang akan diterima Mattrick juga termasuk gaji sebesar $ 1 juta per tahun dan jaminan bonus sekitar $ 1 juta untuk tahun ini. Seperti halnya para CEO lain, paket gaji Mattrick itu bisa bernilai lebih banyak atau kurang, tergantung dari bagaimana harga saham perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.

Zynga yang terkenal dengan game populernya Farmville juga memberikan Mattrick 8,9 juta saham terbatas senilai $ 25 juta sebagai kompensasinya meninggalkan Microsoft.

Sebagai daya tarik tambahan, Zynga pun memberikan Mattrick saham terbatas lainnya sebesar 1,8 juta saham senilai $ 5 juta. Mattrick juga akan mendapatkan 7,4 juta opsi saham senilai $ 10 juta.

Zynga pun berjanji akan memperbanyak pundi-pundi kekayaan Mattrick dalam beberapa tahun ke depan dengan saham terbatas lain senilai $ 7 juta dan bonus uang tunai berkisar antara $ 2 juta hingga $ 4 juta. Jika dikonversikan, ia bisa mengantongi kekayaan hingga milyaran Rupiah.

Mattrick akan menggantikan Mark Pincus, pendiri sekaligus CEO Zynga saat ini. Zynga berharap Mattrick dapat menyelematkan keterpurukan Zynga dimana saham perusahaan terus merosot 66% sejak penawaran umum perdana (IPO).

Namun Mattrick nantinya akan tetap berkoordinasi dengan Pincus selaku pendiri yang memegang saham pengendali di Zynga. Pincus disebutkan akan tetap menjabat sebagai chairman dan chief product officer Zynga.

Mattrick dibajak oleh Zynga hanya beberapa minggu setelah perusahaan mem-PHK lebih dari 500 karyawannya, atau sekitar 18 persen dari karyawan, dan juga menutup sejumlah kantor yang berada di luar markas besarnya di San Francisco untuk menghemat biaya operasional. (dew)