Selama ini media sosial identik dengan 'alat' pergaulan semata. Situs seperti Facebook dan Twitter memang efektif untuk menambah teman di dunia. Tapi media sosial pun bisa digunakan untuk mengangkat brand sebuah komunitas.
Hal ini dilakukan oleh media sosial bernama Tapestrix, yang merupakan media sosial Indonesia besutan PT IndoSterling Technomedia. Menurut Founder Tapestrix, William Henley, salah satu alasan hadirnya Tapestrix adalah kurangnya perhatian terhadap kebutuhan komunitas saat ini.
Lalu apa keunggulan Tapestrix dibanding media sosial lain untuk memenuhi kebutuhan komunitas? Menurut William, diferensiasi ada pada fitur dan fungsionalitas layaknya sebuah social networking platform. Fungsi, kontrol, database, serta tampilan dapat disesuaikan dengan kebutuhan komunitas atau pemilik brand.
"Dengan TPX. komunitas dan brand owner dapat memiliki social platform yang fully customized. Bahkan bisa dikembangkan menjadi sumber revenue untuk komunitas dan brand," ucap William dalam rilis pers yang diterima Liputan6.com, Senin (8/7/2013).
Untuk memperluas jangkauannya ke komunitas, Tapestrix pun mengadakan kontes untuk komunitas di Indonesia. Kontes bertema "Our Community, Our Rules" ini akan dibagi menjadi tiga kategori: komunitas profit, komunitas nonprofit, serta ide untuk membentuk komunitas.
Hadiah yang dijanjikan berupa pendanaan senilai Rp 2,5 juta untuk komunitas profit dan nonprofit. Sedangkan untuk apresiasi ide pembentukan komunitas akan mendapatkan pendanaan Rp 1,5 juta.
Juri yang dilibatkan antara lain Stephen Ng (pendiri The Imago School of Advertising dan CEO Indosterling Reksamedia), Rama Mamuaya (Pendiri DailySocial.net), Dondy Bappedyanto (General Manager Infinys Cloud), serta Heriyadi Janwar (Produk Marketing Manager Platform Microsoft Indonesia).
Informasi mengenai kontes komunitas itu bisa dicari atau ditanyakan ke akun @tapestrix di Twitter. (gal)
Hal ini dilakukan oleh media sosial bernama Tapestrix, yang merupakan media sosial Indonesia besutan PT IndoSterling Technomedia. Menurut Founder Tapestrix, William Henley, salah satu alasan hadirnya Tapestrix adalah kurangnya perhatian terhadap kebutuhan komunitas saat ini.
Lalu apa keunggulan Tapestrix dibanding media sosial lain untuk memenuhi kebutuhan komunitas? Menurut William, diferensiasi ada pada fitur dan fungsionalitas layaknya sebuah social networking platform. Fungsi, kontrol, database, serta tampilan dapat disesuaikan dengan kebutuhan komunitas atau pemilik brand.
"Dengan TPX. komunitas dan brand owner dapat memiliki social platform yang fully customized. Bahkan bisa dikembangkan menjadi sumber revenue untuk komunitas dan brand," ucap William dalam rilis pers yang diterima Liputan6.com, Senin (8/7/2013).
Untuk memperluas jangkauannya ke komunitas, Tapestrix pun mengadakan kontes untuk komunitas di Indonesia. Kontes bertema "Our Community, Our Rules" ini akan dibagi menjadi tiga kategori: komunitas profit, komunitas nonprofit, serta ide untuk membentuk komunitas.
Hadiah yang dijanjikan berupa pendanaan senilai Rp 2,5 juta untuk komunitas profit dan nonprofit. Sedangkan untuk apresiasi ide pembentukan komunitas akan mendapatkan pendanaan Rp 1,5 juta.
Juri yang dilibatkan antara lain Stephen Ng (pendiri The Imago School of Advertising dan CEO Indosterling Reksamedia), Rama Mamuaya (Pendiri DailySocial.net), Dondy Bappedyanto (General Manager Infinys Cloud), serta Heriyadi Janwar (Produk Marketing Manager Platform Microsoft Indonesia).
Informasi mengenai kontes komunitas itu bisa dicari atau ditanyakan ke akun @tapestrix di Twitter. (gal)