Dari beragam aplikasi yang ada di app store, jenis aplikasi apakah yang paling banyak diincar program berbahaya (malware)? Menurut hasil penelitian yang dilakukan McAfee pada bulan Juni 2013 dalam laporannya berjudul Mobile Security: McAfee Consumer Trends Report, ternyata game merupakan aplikasi yang paling banyak terinfeksi malware.
Para penjahat di dunia maya memanfaatkan app permissions untuk menyisipkan malware pada aplikasi-aplikasi gratisan. Jika pengguna perangkat mobile menginstal aplikasi tersebut dan tanpa sadar memberikan permissions, maka secara tidak langsung memberikan scammer kebebasan penuh untuk menyebarkan malware.
PC Mag yang dikutip Liputan6.com, Selasa (9/7/2013) melansir, aplikasi gratis berisi malware tersebut nantinya akan mencuri informasi pribadi yang nantinya dapat digunakan untuk penipuan.
"Pengguna perangkat mobile tidak sadar membiarkan data pribadi mereka di tangan penjahat kriminal ini, membuka pintu tak terbatas untuk para scammer," kata Vice President Consumer and Mobile Asia Pacific McAfee, Stephan Perchard.
Lebih lanjut hasil penelitian McAfee menyebutkan bahwa 26 persen dari aplikasi berbahaya ini lebih dari sekedar adware. Penelitanmenunjukkan penipuan SMS dan eksploitasi rooting adalah beberapa jenis ancaman yang paling banyak ditemukan pada berbagai aplikasi.
Konsumen rupanya sering mengabaikan masalah perlindungan privasi pada saat men-download aplikasi. Alasannya adalah mereka tidak mengerti dengan tingkat kerusakan yang bisa ditimbulkan dengan memberikan permissions tersebut.
Selain game, aplikasi populer lain yang juga banyak diincar malware adalah aplikasi personalisasi, tools, musik, gaya hidup, dan TV. Salah satu malware yang banyak ditemukan oleh McAfee pada aplikasi adalah FakeRun, yang ditemukan di Google Play. Trojran ini meminta user untuk memberikan rating bintang pada aplikasi.
Rating yang tinggi pada sebuah aplikasi umumnya menandakan bahwa aplikasi itu dapat dipercaya karena digunakan oleh banyak pengguna. Namun rating bintang ini justru dimanfaatkan penjahat cyber untuk mendistribusikan malware. (dew)
Para penjahat di dunia maya memanfaatkan app permissions untuk menyisipkan malware pada aplikasi-aplikasi gratisan. Jika pengguna perangkat mobile menginstal aplikasi tersebut dan tanpa sadar memberikan permissions, maka secara tidak langsung memberikan scammer kebebasan penuh untuk menyebarkan malware.
PC Mag yang dikutip Liputan6.com, Selasa (9/7/2013) melansir, aplikasi gratis berisi malware tersebut nantinya akan mencuri informasi pribadi yang nantinya dapat digunakan untuk penipuan.
"Pengguna perangkat mobile tidak sadar membiarkan data pribadi mereka di tangan penjahat kriminal ini, membuka pintu tak terbatas untuk para scammer," kata Vice President Consumer and Mobile Asia Pacific McAfee, Stephan Perchard.
Lebih lanjut hasil penelitian McAfee menyebutkan bahwa 26 persen dari aplikasi berbahaya ini lebih dari sekedar adware. Penelitanmenunjukkan penipuan SMS dan eksploitasi rooting adalah beberapa jenis ancaman yang paling banyak ditemukan pada berbagai aplikasi.
Konsumen rupanya sering mengabaikan masalah perlindungan privasi pada saat men-download aplikasi. Alasannya adalah mereka tidak mengerti dengan tingkat kerusakan yang bisa ditimbulkan dengan memberikan permissions tersebut.
Selain game, aplikasi populer lain yang juga banyak diincar malware adalah aplikasi personalisasi, tools, musik, gaya hidup, dan TV. Salah satu malware yang banyak ditemukan oleh McAfee pada aplikasi adalah FakeRun, yang ditemukan di Google Play. Trojran ini meminta user untuk memberikan rating bintang pada aplikasi.
Rating yang tinggi pada sebuah aplikasi umumnya menandakan bahwa aplikasi itu dapat dipercaya karena digunakan oleh banyak pengguna. Namun rating bintang ini justru dimanfaatkan penjahat cyber untuk mendistribusikan malware. (dew)