Pengamat dan akademisi di bidang TI Budi Rahardjo berpendapat, kurikulum dan kultur universitas di Indonesia saat ini masih belum sepenuhnya mendukung kesiapan sumber daya manusianya untuk terjun ke dunia kerja.
"Saat ini masih ada gap antara kurikulum yang diajarkan di kampus dengan kenyataan yang terjadi di industri sebenarnya. Banyak hal yang dibutuhkan untuk dapat bertahan di dunia kerja yang tidak diajarkan di dalam kelas," Ungkap Budi.
Karena itu Budi berharap untuk ke depannya semakin banyak pelaku industri di Indonesia yang memiliki kontribusi nyata di dunia pendidikan dengan menyediakan program magang di perusahaan mereka.
Salah satu pelaku industri teknologi di Indonesia yang mengadakan program magang adalah Fujitsu. Melalui program Red Arrow 2013, Fujitsu membuka kesempatan magang terstruktur untuk para mahasiwa jurusan Teknik Informatika selama dua bulan di Fujitsu Indonesia.
Program seperti Red Arrow ini dinilai Budi akan sangat membantu para mahasiswa untuk mempelajari banyak kemampuan di luar urusan teknis dan teorI.
Menurut Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, Achmad S. Sofwan, program Red Arrow merupakan salah satu bentuk nyata kontribusi Fujitsu dalam memasyarakatkan pemanfaatan teknologi untuk kehidupan yang lebih baik. Program Red Arrow terselenggara guna merealisasikan visi dan misi global perusahaan asal Jepang yang telah berdiri sejak tahun 1935 itu.
"Red Arrow diselenggarakan untuk memberi kesempatan pada para pelajar IT untuk mencicipi industri teknologi secara langsung. Proses ini akan menjadi fase yang sangat penting bagi para pelajar yang terpilih," jelas Achmad di acara konferensi pers di Le Meredien Hotel Jakarta.
Program Red Arrow 2013 sendiri merupakan yang pertama kalinya diselengarakan di Indonesia. Namun beberapa negara lain seperti Jepang, Singapura, dan Thailand telah lebih dulu mencicipi program ini.
Di Indonesia, Fujitsu bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Bina Nusantara (BINUS), Institut Teknologi Telkom Bandung, dan Politeknik Negri Bandung. Proses seleksi dan perekrutan lebih dulu diadakan di masing-masing universitas selama satu bulan guna menentukan 15 orang terpilih. (dhi/dew)Â
"Saat ini masih ada gap antara kurikulum yang diajarkan di kampus dengan kenyataan yang terjadi di industri sebenarnya. Banyak hal yang dibutuhkan untuk dapat bertahan di dunia kerja yang tidak diajarkan di dalam kelas," Ungkap Budi.
Karena itu Budi berharap untuk ke depannya semakin banyak pelaku industri di Indonesia yang memiliki kontribusi nyata di dunia pendidikan dengan menyediakan program magang di perusahaan mereka.
Salah satu pelaku industri teknologi di Indonesia yang mengadakan program magang adalah Fujitsu. Melalui program Red Arrow 2013, Fujitsu membuka kesempatan magang terstruktur untuk para mahasiwa jurusan Teknik Informatika selama dua bulan di Fujitsu Indonesia.
Program seperti Red Arrow ini dinilai Budi akan sangat membantu para mahasiswa untuk mempelajari banyak kemampuan di luar urusan teknis dan teorI.
Menurut Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, Achmad S. Sofwan, program Red Arrow merupakan salah satu bentuk nyata kontribusi Fujitsu dalam memasyarakatkan pemanfaatan teknologi untuk kehidupan yang lebih baik. Program Red Arrow terselenggara guna merealisasikan visi dan misi global perusahaan asal Jepang yang telah berdiri sejak tahun 1935 itu.
"Red Arrow diselenggarakan untuk memberi kesempatan pada para pelajar IT untuk mencicipi industri teknologi secara langsung. Proses ini akan menjadi fase yang sangat penting bagi para pelajar yang terpilih," jelas Achmad di acara konferensi pers di Le Meredien Hotel Jakarta.
Program Red Arrow 2013 sendiri merupakan yang pertama kalinya diselengarakan di Indonesia. Namun beberapa negara lain seperti Jepang, Singapura, dan Thailand telah lebih dulu mencicipi program ini.
Di Indonesia, Fujitsu bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Bina Nusantara (BINUS), Institut Teknologi Telkom Bandung, dan Politeknik Negri Bandung. Proses seleksi dan perekrutan lebih dulu diadakan di masing-masing universitas selama satu bulan guna menentukan 15 orang terpilih. (dhi/dew)Â