Kasus ponsel meledak saat sedang diisi ulang belakangan ini makin marak terjadi. Kasus ini tak pandang bulu karena ikut menimpa smartphone kelas atas seperti iPhone dan Samsung Galaxy. Pada kebanyakan kasus, sumber penyebabnya adalah baterai lithium ion (Li-ion).
Seperti apa sebenarnya keunggulan dan kelemahan baterai lithium ion? Apakah benar Li-ion berbahaya? Perusahaan antivirus Vaksincom membeberkan penjelasannya.
Li-ion sudah umum dipakai di perangkat elektronik dan jenis baterai isi ulang perangkat portabel. Setiap tahunnya ada sekitar 2 milyar sel baterai Li-ion yang diproduksi. Li-ion banyak digunakan karena memiliki banyak keunggulan dibanding bahan lain seperti Ni Cd (Nickel Cadmium).
Keunggulan
Beberapa keunggulan Li-ion di antaranya adalah:
- Memiliki densitas energi terbaik dibandingkan baterai lainnya
- Tidak ada memory effect seperti yang dialami oleh baterai berbasis Nickel
- Tingkat kehilangan dayanya kecil jika disimpan untuk jangka waktu lama
- Tidak mengandung bahan beracun seperti timah, merkuri atau kadmium yang berbahaya bagi lingkungan
Karena itulah Li-ion populer dipakai di perangkat telepon seluler, tablet maupun laptop. Namun Li-ion juga punya kekurangan yang dapat membahayakan penggunanya. Apa saja?
Kelemahan
Adapun kekurangan Li-ion adalah:
- mengandung bahan yang mudah terbakar
- bertekanan tinggi
Seiring jaman makin modern, konsumen menuntut baterai yang makin kecil dengan daya yang makin tinggi. Proses produksi Li-ion pun mengalami penyesuaian sehingga kemampuannya meningkat 2 kali lipat dibandingkan pada saat pertama kali diperkenalkan oleh Sony pada 1991.
Namun konsekuensinya, bahan pembatas baterai semakin tipis dan jika terjadi intrusi oleh debu metalik akan menyebabkan baterai meledak. Selain itu, Li-ion juga rentan terhadap thermal runaway, yaitu suatu proses peningkatan suhu yang luar biasa sampai mencapai titik leleh Lithium jika suhu baterai mencapai satu suhu tertentu (130 derajat Celcius).
Thermal runaway ini dapat terjadi karena penanganan baterai yang tidak baik atau karena cacat pada proses manufaktur dan akumulasi partikel mikro pada baterai cacat produksi pada saat pengisian baterai yang akan memicu reaksi terbakarnya baterai.
Selain itu, sel baterai juga bisa meledak jika sistem ventilasi pengaman tidak berjalan dengan baik. Kasus baterai yang meledak bukan tidak mungkin terjadi dan banyak produsen elektronik seperti Apple, HP, Toshiba, Lenovo dan Sony melakukan recall besar-besaran atas produk mereka karena bahaya baterai Li Ion yang meledak.
Ancaman justru dari luar
Bukan berarti Anda harus meninggalkan smartphone atau laptop jauh-jauh khususnya saat sedang dicas. Produsen baterai Li-ion sebenarnya sudah menyadari bahaya baterai Li-ion dan melakukan langkah-langkah preventif pengamanan yang sangat ketat dalam proses manufaktur baterai Li-ion seperti:
- Membatasi jumlah material aktif untuk mencapai perbandingan terbaik antara densitas energi dengan keamanan
- Menerapkan mekanisme pengamanan antar sel
- Tambahan sirkuit pengaman elektronik pada baterai
Namun, meski proses manufakturing dan pengamanan baterai sudah dilakukan dilakukan, ancaman justru datang dari luar seperti adanya korsleting atau charger yang bermasalah misalnya charger palsu yang diproduksi pihak ketiga.
Dalam kasus ini, baterai Li-ion akan mematikan dirinya jika terjadi korsleting. Namun jika terjadi cacat produksi, dimana ada partikel metal terkandung pada baterai dalam proses produksi, pengamanan yang dilakukan tadi tidak akan ada gunanya dan thermal runaway akan tetap terjadi.
Yang mengkhawatirkan adalah adanya produsen yang yang mengutamakan harga murah. Akibatnya, standar pengamanan yang seharusnya tinggi akan diturunkan demi persaingan dengan merek yang lebih terkenal. Karena itu, pilih baterai dari produsen yang lebih Anda kenal daripada memilih yang harganya murah.
Jika baterai Li-ion diproduksi dengan benar oleh manufaktur yang mengikuti proses manufaktur baterai dengan benar, maka resiko kegagalan Li-ion seharusnya sangat kecil, 1 : 10.000.000.
(dew)
Seperti apa sebenarnya keunggulan dan kelemahan baterai lithium ion? Apakah benar Li-ion berbahaya? Perusahaan antivirus Vaksincom membeberkan penjelasannya.
Li-ion sudah umum dipakai di perangkat elektronik dan jenis baterai isi ulang perangkat portabel. Setiap tahunnya ada sekitar 2 milyar sel baterai Li-ion yang diproduksi. Li-ion banyak digunakan karena memiliki banyak keunggulan dibanding bahan lain seperti Ni Cd (Nickel Cadmium).
Keunggulan
Beberapa keunggulan Li-ion di antaranya adalah:
- Memiliki densitas energi terbaik dibandingkan baterai lainnya
- Tidak ada memory effect seperti yang dialami oleh baterai berbasis Nickel
- Tingkat kehilangan dayanya kecil jika disimpan untuk jangka waktu lama
- Tidak mengandung bahan beracun seperti timah, merkuri atau kadmium yang berbahaya bagi lingkungan
Karena itulah Li-ion populer dipakai di perangkat telepon seluler, tablet maupun laptop. Namun Li-ion juga punya kekurangan yang dapat membahayakan penggunanya. Apa saja?
Kelemahan
Adapun kekurangan Li-ion adalah:
- mengandung bahan yang mudah terbakar
- bertekanan tinggi
Seiring jaman makin modern, konsumen menuntut baterai yang makin kecil dengan daya yang makin tinggi. Proses produksi Li-ion pun mengalami penyesuaian sehingga kemampuannya meningkat 2 kali lipat dibandingkan pada saat pertama kali diperkenalkan oleh Sony pada 1991.
Namun konsekuensinya, bahan pembatas baterai semakin tipis dan jika terjadi intrusi oleh debu metalik akan menyebabkan baterai meledak. Selain itu, Li-ion juga rentan terhadap thermal runaway, yaitu suatu proses peningkatan suhu yang luar biasa sampai mencapai titik leleh Lithium jika suhu baterai mencapai satu suhu tertentu (130 derajat Celcius).
Thermal runaway ini dapat terjadi karena penanganan baterai yang tidak baik atau karena cacat pada proses manufaktur dan akumulasi partikel mikro pada baterai cacat produksi pada saat pengisian baterai yang akan memicu reaksi terbakarnya baterai.
Selain itu, sel baterai juga bisa meledak jika sistem ventilasi pengaman tidak berjalan dengan baik. Kasus baterai yang meledak bukan tidak mungkin terjadi dan banyak produsen elektronik seperti Apple, HP, Toshiba, Lenovo dan Sony melakukan recall besar-besaran atas produk mereka karena bahaya baterai Li Ion yang meledak.
Ancaman justru dari luar
Bukan berarti Anda harus meninggalkan smartphone atau laptop jauh-jauh khususnya saat sedang dicas. Produsen baterai Li-ion sebenarnya sudah menyadari bahaya baterai Li-ion dan melakukan langkah-langkah preventif pengamanan yang sangat ketat dalam proses manufaktur baterai Li-ion seperti:
- Membatasi jumlah material aktif untuk mencapai perbandingan terbaik antara densitas energi dengan keamanan
- Menerapkan mekanisme pengamanan antar sel
- Tambahan sirkuit pengaman elektronik pada baterai
Namun, meski proses manufakturing dan pengamanan baterai sudah dilakukan dilakukan, ancaman justru datang dari luar seperti adanya korsleting atau charger yang bermasalah misalnya charger palsu yang diproduksi pihak ketiga.
Dalam kasus ini, baterai Li-ion akan mematikan dirinya jika terjadi korsleting. Namun jika terjadi cacat produksi, dimana ada partikel metal terkandung pada baterai dalam proses produksi, pengamanan yang dilakukan tadi tidak akan ada gunanya dan thermal runaway akan tetap terjadi.
Yang mengkhawatirkan adalah adanya produsen yang yang mengutamakan harga murah. Akibatnya, standar pengamanan yang seharusnya tinggi akan diturunkan demi persaingan dengan merek yang lebih terkenal. Karena itu, pilih baterai dari produsen yang lebih Anda kenal daripada memilih yang harganya murah.
Jika baterai Li-ion diproduksi dengan benar oleh manufaktur yang mengikuti proses manufaktur baterai dengan benar, maka resiko kegagalan Li-ion seharusnya sangat kecil, 1 : 10.000.000.
(dew)