Sukses

DVS, Teknologi Kamera Masa Depan

Teknologi kamera baru ini memungkinkan kamera hanya merekam, menyimpan dan menyajikan data yang relevan saja.

Pada dua dasawarsa lalu, masyarakat awam dunia hanya mengenal kamera analog. Kamera digital, yang marak selama satu dasawarsa terakhir, mengubah persepsi kita akan memori dan kepraktisan hidup.

Tapi, jika kita mau berimajinasi atas kemajuan teknologi, maka akan kita temukan bahwa kamera digital yang umum kita temui saat ini sama sekali tidak menjanjikan kepraktisan. Bisa jadi, kita menyesal memiliki teknologi kamera digital yang semacam itu.

Anda tak perlu repot berimajinasi seperti itu. Baru-baru ini sejumlah insinyur di iniLabs, sebuah korporasi teknologi asal Swiss, menelurkan teknologi kamera baru. Dinamakan dengan Dynamic Vision Sensor (DVS), teknologi tersebut memungkinkan kamera hanya merekam, menyimpan dan menyajikan data yang relevan saja. Tapi, apa saja yang membuat teknologi ini istimewa?

Keunggulan Teknologi DVS

Kamera digital konvensional akan memotret atau merekam segala yang tampak, dan menyimpan informasi tersebut untuk diproses pada kesempatan lain. Hal ini tentu memakan energi dan kapasitas storage.

Nah, kamera digital berteknologi DVS jauh lebih selektif, ia hanya akan merespon ketika obyek yang diamatinya berubah. Dengan begitu, kamera DVS mengonsumsi energi lebih rendah dan informasi yang perlu diproses pun lebih sedikit. Siapa yang paling diuntungkan dari teknologi DVS?

Para kreatornya di iniLabs mengatakan bahwa kamera digital DVS akan sangat membantu mereka yang bergerak di bidang survei, robotik dan mikroskopi. Mereka yakin, di masa mendatang, aplikasi praktis atas teknologi DVS akan meluas. Kamera CCTV, misalnya, hanya akan merekam ketika ada perubahan; hal ini akan memudahkan aparat keamanan.

Sementara itu, para peneliti yang tertidur saat mereka mengamati obyek penelitian mereka via kamera akan terselamatkan dari harus memutar ulang rekaman yang membosankan hanya untuk mendapatkan hasil yang sama.

Keistimewaan lain kamera berteknologi DVS juga terletak pada kuantitas maupun kualitas piksel yang dimilikinya. Dari segi kuantitas, kamera DVS memiliki piksel 10 kali lebih banyak dari kamera konvensional. Jumlah piksel yang jauh lebih banyak itu disokong oleh performa tiap piksel yang mampu mengatur eksposurnya secara mandiri. Teknologi cerdas ini diilhami oleh sel syaraf mata manusia, yang mampu mengkalibrasi lokasi tertentu secara otomatis, dimana tiap sel syaraf memberi respon yang berbeda atas penglihatannya terhadap satu obyek tertentu.

Keistimewaan lain teknologi DVS adalah ia terinspirasi dari kinerja retina manusia. Para insinyur iniLabs memang berambisi menerapkan ilmu biologi dalam upaya mengkreasi sebuah kamera digital yang lebih efisien dan hemat energi dan kapasitas penyimpanan jika dibandingkan dengan kamera digital konvensional.

Sebagaimana dikatakan oleh Tobi Delbruck, Chief Scientific Officer iniLabs, "Mata Anda dan mata saya adalah kamera digital juga. Hanya saja dapat dikatakan sebagai kamera digital jenis lain."

Teknologi DVS pada mulanya dibuat untuk digunakan bersama-sama dengan arsitektur komputer baru IBM yang bernama TrueNorth. TrueNorth sendiri adalah pendekatan pemrograman yang terinspirasi dari ilmu biologi; dimana informasi disimpan, diproses dan disebarkan melalui suatu jaringan komputer neuromorfik yang terinspirasi dari jaringan syaraf otak manusia.

Tugas besar berikut dari para insinyur iniLabs adalah menambah sensitifitas warna dan meningkatkan resolusi kamera yang saat ini ini baru sebesar 240x180 piksel. Namun, Delbruck dan timnya yakin bahwa pengkombinasian kamera berteknologi DVS dengan arsitektur TrueNorth akan menghasilkan sebuah piranti yang jauh lebih baik ketika berhadapan dengan persoalan dinamik dan yang bersifat real-time.


*) Farid Solana adalah seorang penulis dan pemerhati sains dan teknologi, yang merupakan alumni ITB. Penulis dapat dihubungi melalui email: faridsolana@live.com