Sega memang menjadi raja di pasar konsol game 16 bit. Bahkan kesuksesan Sega dengan konsol Mega Drive/Genesis ini dilakukan setelah melampaui rekan senegaranya dari Jepang, Nintendo. Sejumlah inovasi memang dilakukan industri video game saat itu, yang juga dilakukan Sega. Salah satunya adalah dengan menghadirkan game dalam CD yang kelak menjadikan cartridge usang dan jarang lagi digunakan.
Penggunaan teknologi CD sebenarnya dimulai dengan kehadiran TurboGrafx CD yang dirilis NEC. TurboGrafx CD merupakan konsol 16 bit, tapi dengan menggunakan CD maka suara yang dihasilkan jauh berkualitas layaknya yang dihasilkan compact disc. Grafis dan warna juga lebih baik ketimbang game dengan cartridge.
Sega pun merilis konsol Sega CD, yaitu Genesis dengan tambahan (add-on) CD ROM bernama Mega CD di Jepang pada 1991. Dengan Mega CD, maka pengguna tak hanya bisa bermain game tapi juga mendengarkan CD audio dan disc CD+G (yang umumnya digunakan untuk pemutar karaoke).
Menurut Steven Kent dalam buku The Ultimate History of Video games: The Story Behind the Craze that Touched our Lives and Changed the World, Sega menggandeng Sony untuk menghadirkan Sega CD, dengan desain yang dibuat Sega Jepang. CPU yang lebih cepat menjadikan Sega CD bisa memainkan game dengan grafis full motion video, serta permainan yang bersifat interaktif.
Konsol dengan penggunaan CD pun memicu kehadiran konsol game generasi kelima. Dilansir dari laman List Verse, konsol Amuga CD32 buatan perusahaan komputer asal Amerika Serikat, Commodore, menjadi konsol pertama yang memulai generasi kelima video game. Adapun generasi baru ini ditandai dengan grafis 32 bit yang lebih tajam, yaitu dengan pemrosesan poligonal yang lebih baik untuk menghadirkan permainan dengan grafis 3 dimensi.
Sony Perkenalkan PlayStation
Commodore merilis Amiga CD32 pada tahun 1993. Tapi tren generasi kelima semakin marak ketika Sony memperkenalkan PlayStation pada 1994. Tak banyak yang mengira kalau Sony akan masuk ke industri game. Sebab, saat itu perusahaan yang juga asal Jepang ini menjadi raksasa elektronik dengan merilis produk ikonik seperti Walkman atau Discman.
Dalam buku Game Over: How Nintendo Zapped an American Industru, Captured Your Dollars, and Enslaved Your Children, David Sheff menulis kalau Nintendo pernah tertarik membuat konsol berbasis CD game ketika Sony membuat CD-ROM XA. Teknologi baru pada CD-ROM itu memang memungkinkan kompresi data audio, video, dan data komputasi sekaligus, yang tentu saja cocok untuk video game. Selain Sony, perusahaan yang sukses membuat CD-ROM XA adalah Phillips.
Nintendo kemudian menunjuk Sony untuk mengembangkan proyek tentatif bernama SNES-CD. Ken Kutaragi yang merupakan eksekutif Sony dipilih sebagai pengembang proyek ini. Menariknya, Kutaragi merupakan orang yang pernah mengerjakan proyek sound chip untuk Nintendo secara rahasia. Petinggi Sony marah saat mengetahui itu, tapi Kutaragi diselamatkan oleh CEO Sony di akhir '80an, Norio Ohga.
Ken Kutaragi pun membujuk Sony untuk mendanai risetnya yang kemudian sukses menghasilkan Super Famicom CD. Riset itu sendiri kemudian berkembang menjadi proyek PlayStation, konsol yang bisa memainkan game Super Famicom (SNES) dam format baru yang disebut Super CD. Tapi kesepakatan Sony dengan Nintendo gagal. Kutaragi dan Sony pun terus mengembangkan proyek PlayStation. Sekali lagi, Kutaragi mendapat dukungan dari CEO Norio Ohga.
Sony akhirnya merilis PlayStation di Jepang pada 1994, dan setahun kemudian di kawasan lain. Sambutan pun meriah, karena gamer menikmati permainan pada game di periode awal seperti Battle Arena Toshinden, Street Fighter: The Movie, NBA Jam Tournament Edition. Game populer lain pun muncul tak lama kemudian, termasuk Winning Eleven, Tomb Raider, Crash Bandicoot, Gran Turismo, dan banyak yang lain.
Dukungan yang diberikan ke Kutaragi ternyata tak sia-sia. Sebab PlayStation terbukti menjadi proyek yang digandrungi gamer. PlayStation juga sukses dalam hal penjualan, dan menjadikan Sony Computer Entertainment sebagai penyumbang keuntungan terbesar bagi Divisi Bisnis Sony.
Di tahun 2005, Sony mengungkap di situsnya kalau PlayStation menjadi platform komputasi entertainment pertama yang mencapai penjualan 100 juta unit, yang dicapai dalam waktu 9 tahun dan 6 bulan sejak peluncuran. Rekor ini kelak dipecahkan oleh penerusnya, PlayStation 2. Tentu saja kesuksesan PlayStation menjadikan Ken Kutaragi mendapat julukan "Bapak PlayStation".
Sega Coba Bertahan
Meski Sony mencetak sukses di platform game generasi kelima, tapi bukan berarti kiamat bagi Sega dan Nintendo. Sebab dua perusahaan ini masih bertahan dengan ikut merilis konsol generasi kelima.
Sega memperkenalkan konsol Sega Saturn dengan grafis 32 bit pada 22 November 1994 di Jepang. Sebenarnya Saturn dirilis lebih dulu ketimbang PlayStation. Penjualan pun cukup sukses di hari pertama peluncuran, dengan penjualan sekitar 170.000 unit.
Saturn juga hadir dengan hardware yang lebih bertenaga, dengan dua CPU dan enam prosesor pendukung. Tapi pengembang game malah kesulitan untuk menghadirkan game untuk konsol itu. Dalam sebuah wawancara yang juga dipublikasi di forum Curmudgeon Gamer, pengembang game Ezra Dreisbach dari Lobotomy Software mengaku kesulitan karena kompleksnya hardware grafis. Karena itu dalam mengembangkan game seperti Duke Nukem 3D, Lobotomy harus menulis ulang Build engine untuk lakukan penyesuaian. Â
Saturn juga dilengkapi sejumlah game keren, misalnya saja Virtua Cop, Virtua Fighter, dan Sega Rally Championship. Sayangnya konsol ini harus dibanderol dengan harga mahal akibat spesifikasi hardware yang tinggi. Mengutip New York Times, Saturn hanya terjual 5 juta unit di Jepang dan 2 juta unit di AS. Bandingkan dengan PlayStation yang lebih dari 6 juta unit, hanya di pasar AS.
Nintendo Terus Melawan
Upaya bertahan juga dilakukan Nintendo. Untuk konsol generasi kelima, Nintendo merilis konsol 64 bit, Nintendo 64. Tapi uniknya, Nintendo tak menggunakan CD untuk game, melainkan setia pada cartridge.
Pengembangan mengenai konsol ini terungkap sejak 1994 di ajang Electronic Entertainment Expo, AS. Saat itu terlihat gambar logo Nintendo Ultra64, ROM cartridge, tapi tanpa controller. Kehadiran konsol ini mengandalkan teknologi Silicon Graphics dan MIPS Technologies yang mengembangkan microprosesor R4300i dan hardware grafis 3D.
Nintendo 64 baru dirilis pada 23 Juni 1996 di Jepang dan 29 September di AS. Saat itu hanya ada dua game yang disertakan, yaitu Pilotwings 64 dan Super Mario 64. Sedikitnya game memang menjadi masalah utama bagi Nintendo. Meskipun menuai banyak pujian dalam hal grafis, tentu saja ekosistem yang sedikit menjadikan kesuksesannya tak sebesar PlayStation. Sayang, sebab majalah Time mendaulat konsol ini sebagai "Mesin Tahun Ini" pada 1996, berkat grafis yang istimewa.
Alasan para pengembang untuk tak mendukung N64 sebenarnya sederhana, biaya produksi. Sebab untuk membuat game cartridge membutuhkan dana lebih besar ketimbang CD untuk konsol seperti PlayStation. Alhasil N64 mengandalkan game yang dipublikasi sendiri, misalnya saja Super Smash Bros, Bomberman 64, Pokemon Snap, Kirby 64: The Crystal Shards, Donkey Kong 64, Mario Kart 64, atau The Legend of Zelda: Ocarina of Time.
Tapi menurut IGN, N64 masih masuk dalam daftar konsol game terbaik sepanjang sejarah pada 2009 dengan menempati peringkat sembilan. Penjualan di seluruh dunia pun cukup lumayan. Di laporan keuangan Nintendo pada 2010, disebutkan kalau penjualan konsol ini mencapai 32,93 juta di seluruh dunia.
Persaingan akan semakin menarik di tahun berikutnya. Pendatang baru akan muncul yang tak pernah diprediksi sebelumnya: Microsoft. Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai pembuat software itu menghadirkan kejutan dengan merilis Xbox. Ikuti di episode berikutnya. (gal)
Baca juga:
Bagian I: Perintis Konsol Game Generasi Awal, dari Odyssey Hingga Atari
Bagian II: Konsol NES Milik Nintendo Jadi `Penyelamat` Industri Game
Bagian III: Perang Konsol Dimulai, Sega vs Super Nintendo Jadi Partai Pembuka
Penggunaan teknologi CD sebenarnya dimulai dengan kehadiran TurboGrafx CD yang dirilis NEC. TurboGrafx CD merupakan konsol 16 bit, tapi dengan menggunakan CD maka suara yang dihasilkan jauh berkualitas layaknya yang dihasilkan compact disc. Grafis dan warna juga lebih baik ketimbang game dengan cartridge.
Sega pun merilis konsol Sega CD, yaitu Genesis dengan tambahan (add-on) CD ROM bernama Mega CD di Jepang pada 1991. Dengan Mega CD, maka pengguna tak hanya bisa bermain game tapi juga mendengarkan CD audio dan disc CD+G (yang umumnya digunakan untuk pemutar karaoke).
Menurut Steven Kent dalam buku The Ultimate History of Video games: The Story Behind the Craze that Touched our Lives and Changed the World, Sega menggandeng Sony untuk menghadirkan Sega CD, dengan desain yang dibuat Sega Jepang. CPU yang lebih cepat menjadikan Sega CD bisa memainkan game dengan grafis full motion video, serta permainan yang bersifat interaktif.
Konsol dengan penggunaan CD pun memicu kehadiran konsol game generasi kelima. Dilansir dari laman List Verse, konsol Amuga CD32 buatan perusahaan komputer asal Amerika Serikat, Commodore, menjadi konsol pertama yang memulai generasi kelima video game. Adapun generasi baru ini ditandai dengan grafis 32 bit yang lebih tajam, yaitu dengan pemrosesan poligonal yang lebih baik untuk menghadirkan permainan dengan grafis 3 dimensi.
Sony Perkenalkan PlayStation
Commodore merilis Amiga CD32 pada tahun 1993. Tapi tren generasi kelima semakin marak ketika Sony memperkenalkan PlayStation pada 1994. Tak banyak yang mengira kalau Sony akan masuk ke industri game. Sebab, saat itu perusahaan yang juga asal Jepang ini menjadi raksasa elektronik dengan merilis produk ikonik seperti Walkman atau Discman.
Dalam buku Game Over: How Nintendo Zapped an American Industru, Captured Your Dollars, and Enslaved Your Children, David Sheff menulis kalau Nintendo pernah tertarik membuat konsol berbasis CD game ketika Sony membuat CD-ROM XA. Teknologi baru pada CD-ROM itu memang memungkinkan kompresi data audio, video, dan data komputasi sekaligus, yang tentu saja cocok untuk video game. Selain Sony, perusahaan yang sukses membuat CD-ROM XA adalah Phillips.
Nintendo kemudian menunjuk Sony untuk mengembangkan proyek tentatif bernama SNES-CD. Ken Kutaragi yang merupakan eksekutif Sony dipilih sebagai pengembang proyek ini. Menariknya, Kutaragi merupakan orang yang pernah mengerjakan proyek sound chip untuk Nintendo secara rahasia. Petinggi Sony marah saat mengetahui itu, tapi Kutaragi diselamatkan oleh CEO Sony di akhir '80an, Norio Ohga.
Ken Kutaragi pun membujuk Sony untuk mendanai risetnya yang kemudian sukses menghasilkan Super Famicom CD. Riset itu sendiri kemudian berkembang menjadi proyek PlayStation, konsol yang bisa memainkan game Super Famicom (SNES) dam format baru yang disebut Super CD. Tapi kesepakatan Sony dengan Nintendo gagal. Kutaragi dan Sony pun terus mengembangkan proyek PlayStation. Sekali lagi, Kutaragi mendapat dukungan dari CEO Norio Ohga.
Sony akhirnya merilis PlayStation di Jepang pada 1994, dan setahun kemudian di kawasan lain. Sambutan pun meriah, karena gamer menikmati permainan pada game di periode awal seperti Battle Arena Toshinden, Street Fighter: The Movie, NBA Jam Tournament Edition. Game populer lain pun muncul tak lama kemudian, termasuk Winning Eleven, Tomb Raider, Crash Bandicoot, Gran Turismo, dan banyak yang lain.
Dukungan yang diberikan ke Kutaragi ternyata tak sia-sia. Sebab PlayStation terbukti menjadi proyek yang digandrungi gamer. PlayStation juga sukses dalam hal penjualan, dan menjadikan Sony Computer Entertainment sebagai penyumbang keuntungan terbesar bagi Divisi Bisnis Sony.
Di tahun 2005, Sony mengungkap di situsnya kalau PlayStation menjadi platform komputasi entertainment pertama yang mencapai penjualan 100 juta unit, yang dicapai dalam waktu 9 tahun dan 6 bulan sejak peluncuran. Rekor ini kelak dipecahkan oleh penerusnya, PlayStation 2. Tentu saja kesuksesan PlayStation menjadikan Ken Kutaragi mendapat julukan "Bapak PlayStation".
Sega Coba Bertahan
Meski Sony mencetak sukses di platform game generasi kelima, tapi bukan berarti kiamat bagi Sega dan Nintendo. Sebab dua perusahaan ini masih bertahan dengan ikut merilis konsol generasi kelima.
Sega memperkenalkan konsol Sega Saturn dengan grafis 32 bit pada 22 November 1994 di Jepang. Sebenarnya Saturn dirilis lebih dulu ketimbang PlayStation. Penjualan pun cukup sukses di hari pertama peluncuran, dengan penjualan sekitar 170.000 unit.
Saturn juga hadir dengan hardware yang lebih bertenaga, dengan dua CPU dan enam prosesor pendukung. Tapi pengembang game malah kesulitan untuk menghadirkan game untuk konsol itu. Dalam sebuah wawancara yang juga dipublikasi di forum Curmudgeon Gamer, pengembang game Ezra Dreisbach dari Lobotomy Software mengaku kesulitan karena kompleksnya hardware grafis. Karena itu dalam mengembangkan game seperti Duke Nukem 3D, Lobotomy harus menulis ulang Build engine untuk lakukan penyesuaian. Â
Saturn juga dilengkapi sejumlah game keren, misalnya saja Virtua Cop, Virtua Fighter, dan Sega Rally Championship. Sayangnya konsol ini harus dibanderol dengan harga mahal akibat spesifikasi hardware yang tinggi. Mengutip New York Times, Saturn hanya terjual 5 juta unit di Jepang dan 2 juta unit di AS. Bandingkan dengan PlayStation yang lebih dari 6 juta unit, hanya di pasar AS.
Nintendo Terus Melawan
Upaya bertahan juga dilakukan Nintendo. Untuk konsol generasi kelima, Nintendo merilis konsol 64 bit, Nintendo 64. Tapi uniknya, Nintendo tak menggunakan CD untuk game, melainkan setia pada cartridge.
Pengembangan mengenai konsol ini terungkap sejak 1994 di ajang Electronic Entertainment Expo, AS. Saat itu terlihat gambar logo Nintendo Ultra64, ROM cartridge, tapi tanpa controller. Kehadiran konsol ini mengandalkan teknologi Silicon Graphics dan MIPS Technologies yang mengembangkan microprosesor R4300i dan hardware grafis 3D.
Nintendo 64 baru dirilis pada 23 Juni 1996 di Jepang dan 29 September di AS. Saat itu hanya ada dua game yang disertakan, yaitu Pilotwings 64 dan Super Mario 64. Sedikitnya game memang menjadi masalah utama bagi Nintendo. Meskipun menuai banyak pujian dalam hal grafis, tentu saja ekosistem yang sedikit menjadikan kesuksesannya tak sebesar PlayStation. Sayang, sebab majalah Time mendaulat konsol ini sebagai "Mesin Tahun Ini" pada 1996, berkat grafis yang istimewa.
Alasan para pengembang untuk tak mendukung N64 sebenarnya sederhana, biaya produksi. Sebab untuk membuat game cartridge membutuhkan dana lebih besar ketimbang CD untuk konsol seperti PlayStation. Alhasil N64 mengandalkan game yang dipublikasi sendiri, misalnya saja Super Smash Bros, Bomberman 64, Pokemon Snap, Kirby 64: The Crystal Shards, Donkey Kong 64, Mario Kart 64, atau The Legend of Zelda: Ocarina of Time.
Tapi menurut IGN, N64 masih masuk dalam daftar konsol game terbaik sepanjang sejarah pada 2009 dengan menempati peringkat sembilan. Penjualan di seluruh dunia pun cukup lumayan. Di laporan keuangan Nintendo pada 2010, disebutkan kalau penjualan konsol ini mencapai 32,93 juta di seluruh dunia.
Persaingan akan semakin menarik di tahun berikutnya. Pendatang baru akan muncul yang tak pernah diprediksi sebelumnya: Microsoft. Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai pembuat software itu menghadirkan kejutan dengan merilis Xbox. Ikuti di episode berikutnya. (gal)
Baca juga:
Bagian I: Perintis Konsol Game Generasi Awal, dari Odyssey Hingga Atari
Bagian II: Konsol NES Milik Nintendo Jadi `Penyelamat` Industri Game
Bagian III: Perang Konsol Dimulai, Sega vs Super Nintendo Jadi Partai Pembuka