Pengembang atau developer game asal Bandung, Agate Studio, melakukan kerja sama dengan pengembang dan penerbit game terkemuka asal Jepang, Square Enix. Selama ini Square Enix dikenal sebagai pengembang game populer berkelas dunia seperti serial role playing game terkenal Final Fantasy, Dragon Quest, dan Kingdom Hearts.
Kerja sama ini dilakukan untuk merilis game SENGOKUIXA. Game strategi ini sudah terlebih dulu sukses di Jepang dan menjadi nomor satu setelah dimainkan lebih dari 1,1 juta pemain. Dengan menawarkan platform berbasis web, SENGOKUIXA menghadirkan cerita berlatar belakang zaman Sengoku yang merupakan masa perang sipil di abad ke-15 hingga 18 di negeri matahari tersebut itu.
Tentu saja Agate menghadirkan penyesuaian untuk pasar Indonesia, tak hanya dalam hal bahasa. "Kami melalukan co-development. Banyak faktor yang disesuaikan, misalnya saja gamer Indonesia tak suka detail permainan, karena sering di-skip. Hal seperti ini juga diperhatikan selain fitur-fiturnya tentu," kata CEO Agate Studio Arief Widhiyasa, di sela acara peluncuran dalam ajang Indonesia Game Show 2013, Jakarta (7/9/2013).
Square Enix kemudian menjelaskan alasan mengapa menghadirkan permainan ini di Indonesia. Menurut Hayato Sawada, Project Lead Square Enix untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar potensial untuk industri game.
"Dalam dua tahun terakhir sudah berkembang pesat dan penuh dengan jiwa-jiwa muda. Perkembangan akan semakin pesat, saya yakin akan berkembang seperti itu," kata Sawada.
Tak Makan Waktu
SENGOKUIXA memiliki pola permainan yang tak membuat gamer untuk terus bertahan di depan layar komputer sepanjang hari. Game hanya perlu dimainkan selama lima menit tiap sesinya dan dapat diakses dengan berbagai macam perangkat yang dilengkapi dengan teknologi web-browser.
Keunikan ini adalah gamer bisa merasakan pengalaman berkarir sebagai ahli strategi perang Jepang. Nantinya tiap pemain diberikan tanggung jawab untuk mengatur daerah kekuasaan. Fasilitas di wilayah itu pun bisa dibangun, dan kemudian menghasilkan penduduk yang bersedia menjadi pasukan.
Setelah itu pemain akan memilih Jenderal untuk memimpin pasukan. Tapi sebelum bertarung, akan ada sesi ekspedisi untuk melatih kemampuan strategi dan bertempur tiap jenderal. Baru kemudian Jenderal dan pasukan itu diuji di medan perang dengan melawan klan lain yang juga merupakan gamer lain yang terhubung secara online.
"Dua fitur utama yang bisa membuat para gamer ingin terus memainkan game ini ada pada fitur personalisasi kartu Jenderal dan aliansi sesama pemain," kata Lee Marvin, Manajer Produk Agate Studio.
Game ini bisa dimainkan secara gratis. Meski begitu, Agate mendapatkan monetisasi jika ada gamer yang ingin membeli konten tambahan. "Misalnya untuk boost resources (meningkatkan sumber daya) atau mendapatkan figur suatu Jenderal," ucap Marvin. (gal)
Kerja sama ini dilakukan untuk merilis game SENGOKUIXA. Game strategi ini sudah terlebih dulu sukses di Jepang dan menjadi nomor satu setelah dimainkan lebih dari 1,1 juta pemain. Dengan menawarkan platform berbasis web, SENGOKUIXA menghadirkan cerita berlatar belakang zaman Sengoku yang merupakan masa perang sipil di abad ke-15 hingga 18 di negeri matahari tersebut itu.
Tentu saja Agate menghadirkan penyesuaian untuk pasar Indonesia, tak hanya dalam hal bahasa. "Kami melalukan co-development. Banyak faktor yang disesuaikan, misalnya saja gamer Indonesia tak suka detail permainan, karena sering di-skip. Hal seperti ini juga diperhatikan selain fitur-fiturnya tentu," kata CEO Agate Studio Arief Widhiyasa, di sela acara peluncuran dalam ajang Indonesia Game Show 2013, Jakarta (7/9/2013).
Square Enix kemudian menjelaskan alasan mengapa menghadirkan permainan ini di Indonesia. Menurut Hayato Sawada, Project Lead Square Enix untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar potensial untuk industri game.
"Dalam dua tahun terakhir sudah berkembang pesat dan penuh dengan jiwa-jiwa muda. Perkembangan akan semakin pesat, saya yakin akan berkembang seperti itu," kata Sawada.
Tak Makan Waktu
SENGOKUIXA memiliki pola permainan yang tak membuat gamer untuk terus bertahan di depan layar komputer sepanjang hari. Game hanya perlu dimainkan selama lima menit tiap sesinya dan dapat diakses dengan berbagai macam perangkat yang dilengkapi dengan teknologi web-browser.
Keunikan ini adalah gamer bisa merasakan pengalaman berkarir sebagai ahli strategi perang Jepang. Nantinya tiap pemain diberikan tanggung jawab untuk mengatur daerah kekuasaan. Fasilitas di wilayah itu pun bisa dibangun, dan kemudian menghasilkan penduduk yang bersedia menjadi pasukan.
Setelah itu pemain akan memilih Jenderal untuk memimpin pasukan. Tapi sebelum bertarung, akan ada sesi ekspedisi untuk melatih kemampuan strategi dan bertempur tiap jenderal. Baru kemudian Jenderal dan pasukan itu diuji di medan perang dengan melawan klan lain yang juga merupakan gamer lain yang terhubung secara online.
"Dua fitur utama yang bisa membuat para gamer ingin terus memainkan game ini ada pada fitur personalisasi kartu Jenderal dan aliansi sesama pemain," kata Lee Marvin, Manajer Produk Agate Studio.
Game ini bisa dimainkan secara gratis. Meski begitu, Agate mendapatkan monetisasi jika ada gamer yang ingin membeli konten tambahan. "Misalnya untuk boost resources (meningkatkan sumber daya) atau mendapatkan figur suatu Jenderal," ucap Marvin. (gal)