Liputan6.com, Bali - Untuk bisa terhubung ke internet, setiap perangkat membutuhkan alamat Internet Protocol (IP) yang unik. IP address yang digunakan saat ini pada umumnya adalah IP Version 4 (IPv4), yang didistribusikan oleh para Internet Service Provider (ISP) di seluruh dunia.
Alokasi alamat IPv4 diperkirakan berjumlah 4,3 milyar, sebuah angka yang besar namun sayangnya tak cukup besar untuk dialokasikan ke semua perangkat untuk bisa terhubung ke internet di masa mendatang. Alokasi IPv4 sekarang pun sudah semakin tipis. Di beberapa negara para ISP bahkan tidak bisa lagi memenuhi permintaan untuk IPv4.
Pertanyaannya, sudah siapkah Indonesia migrasi ke IPv6? Menanggapi hal itu, Head of National Internet Registry di Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Valens Riyadi membeberkan alasannya.
Masalah terbesar menurut Valens ada pada sumber daya manusia (SDM). Di sisi lain, user sebenarnya tak peduli apakah mereka menggunakan IPv4 atau IPv6, yang penting mereka bisa terhubung ke internet. Namun masih banyak yang belum aware bahwa mereka harus migrasi, termasuk tim IT-nya ada yang belum memikirkan sampai ke arah itu.
"Pola pikirnya masih: sekarang masih bisa jalan kok. Jadi ya sudah nggak perlu diapa-apain," ucap Valens di sela acara IGF 2013 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center 22-25 Oktober 2013.
Stok IPv4 saat ini memang semakin terbatas. ISP lama sudah tidak bisa apply lagi untuk mendapatkan tambahan IP. Namun untuk pemain baru masih bisa dapat hanya saja alokasinya cuma 1.000 IP dan tidak bisa menambah lagi.
"Kita memang buat kebijakan seperti itu sejak tahun 2002 agar pemain yang baru masih bisa kebagian," ungkap pria yang juga sebagai tim penanggung jawab infrastruktur IT di acara IGF 2013.
Valens mengakui bahwa sebagian besar kendala ada pada SDM. Dari sisi perangkat, pada umumnya perangkat dan software yang dirilis lima tahun terakhir sudah mendukung IPv6.
Perlu Awareness
Diperlukan awarness untuk mengajak ISP dan user migrasi ke IPv6. Namun memang terkadang ada user yang sudah siap, sementara ISP-nya belum siap.
"Jadi sebenarnya sama-sama menunggu. ISP merasa ngapain saya gelar IPv6, toh pelanggan tidak minta," ceritanya.
Di level ISP, menurut Valens minimnya persediaan IPv4 sudah mulai terasa. Pasalnya pelanggan mereka bertambah banyak namun IP tidak bisa ditambah. APJII sendiri sudah sering melakukan sosialisasi ke para ISP dan membuat training IPv6.
"Tapi kayak ayam sama telur, gue gelar tapi pelangggan gak minta," imbuhnya lagi.
Lalu apa keuntungannya migrasi ke IPv6? Sudah jelas. Kalau tidak migrasi ke IPv6, ISP akan mulai susah memberikan IP ke pelanggan baru. Mereka jadi tidak bisa memperbesar jaringan. Tapi dari sisi user sebenarnya tidak ada masalah.
Tim infrastruktur IGF Indonesia (ID-IGF) sendiri sudah mempersiapkan koneksi internet fiber optik dan wireless khusus di lokasi acara IGF 2013 di Bali Nusa Dua Convention Center, yang berlangsung 22-25 Oktober 2013. Koneksi internet yang digunakan pun sudah IPv6 ready.
Inilah Hambatan Terbesar Migrasi ke IPv6
Kalau tidak migrasi ke IPv6, ISP akan mulai susah memberikan IP ke pelanggan baru. Mereka jadi tidak bisa memperbesar jaringan.
Advertisement