Sukses

<i>Hacker</i> Indonesia Diharap Tak Terprovokasi Serang Malaysia

Dampak perang <i>cyber</i> hanya akan memperkeruh suasana hubungan kedua negara, belum lagi korban tidak bersalah yang ikut dirugikan.

Ajakan menggelar serangan cyber bersandi #OpMalaysia menarik banyak minat para pemilik akun media sosial di Indonesia. Bahkan tak sedikit yang ikut menyatakan dukungan dan kesiapannya berpartisipasi dalam gerakan tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Pimpinan Pelaksana ID-SIRTII, M. Salahuddien, dengan tegas mengimbau agar para kelompok hacker asal Indonesia tidak lantas terprovokasi ajakan menyerang situs-situs asal Malaysia tersebut.

Sebab, menurutnya dampak perang cyber justru hanya akan memperkeruh suasana hubungan kedua negara, belum lagi korban tidak bersalah yang ikut dirugikan. Umumnya korban perang cyber lebih banyak berasal dari situs-situs milik sipil yang sebenarnya tidak memiliki sangkut-paut yang jelas dengan akar permasalahan.

"Itu cuma aksi vandalisme sekolompok oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan nasionalisme. Jangan mudah terprovokasi, banyak pihak tak bersalah yang mau tidak mau bakal menjadi korban," ungkap Didin saat dihubungi tim Tekno Liputan6.com melalui telepon, Senin (18/11/2013).

Lebih lanjut ia menjelaskan, "perang cyber itu kriminal, merusak pergaulan internet Indonesia di mata dunia. Sangat membahayakan perkembangan teknologi internet kita di masa mendatang."

Gerakan #OpMalaysia ini sendiri ramai muncul di timeline Twitter dan Facebook setelah beredar kabar bahwa para hacker asal Malaysia adalah dalang utama perseteruan antara kelompok Anonymous Indonesia dan Australia. Mereka dinilai telah mengadu domba kedua belah pihak.

Sebelumnya, dikabarkan situs Angkasa Pura dan Garuda Indonesia sempat diretas (hacking) dan kehilangan sejumlah data penting perusahaan. Dilaporkan bahwa pihak Anonymous Australia lah yang bertanggung atas serangan tersebut.

Namun belakangan muncul rumor yang menyebutkan bahwa para hacker asal Malaysia yang menjadi dalang peretasan dua situs penting transportasi udara Indonesia tersebut. (dhi)