Sukses

Kopi Pagi: Angeline Takkan Pernah Pulang...

Kenyataan bahwa bocah cantik itu ditemukan tewas terkubur dengan jejak kekerasan di tubuhnya menghancurkan hati publik.

Liputan6.com, Jakarta - Hilangnya Angeline menjadi sorotan sejak 3 minggu lalu. Kenyataan bahwa bocah cantik itu ditemukan tewas terkubur dengan jejak kekerasan di tubuhnya menghancurkan hati publik.

Masyarakat mengutuk perbuatan Agus yang memperkosa dan membunuh Angeline. Adalah perbuatan yang biadab tetapi yakin bahwa Agus bukanlah tersangka tunggal.

Kisah pilu Angeline bermula pada 16 Mei lalu. Hari itu Margriet Megawe, orangtua angkat Angeline mendatangi Mapolsek Denpasar Timur dengan tujuan melaporkan hilangnya Angeline.

Mendengar ada bocah hilang, Komnas Perlindungan Anak tergerak ikut mencari. Ketuanya, Arist Merdeka Sirait mendatangi rumah Angeline di Jalan Sedap Malam, Sanur, Denpasar, Bali.

Setelah melihat langsung rumah sekaligus peternakan ayam itu, Arist menilai rumah itu tak layak huni. Penilaian itu membuat Margriet tersinggung dan marah.

Sejak itu keluarga Margriet bersikap tertutup. 2 Pembantu Presiden, Menteri Yuddy Chrisnandi dan Menteri Yohana Susana Yembise pun gagal menemui Margriet.

Angeline Ditemukan Tak Bernyawa

Akhirnya misteri ke mana perginya Angeline pun terungkap. Angeline ternyata tak ke mana-mana.

Rabu siang 10 Juni lalu jenazah bocah itu ditemukan polisi terkubur sedalam 50 centimeter di dekat kandang ayam di samping rumah keluarga angkatnya. Tubuh bocah itu dan boneka kesayangannya terbungkus kain seprei.

Guru-guru Angeline pun tak kuasa menahan tangis. Setelah jenazah diautopsi, kian nyata kekejaman kepada Angeline. Di sekujur tubuhnya ditemukan jejak penganiayaan.

Beberapa jam setelah para saksi diperiksa polisi ternyata Agustinus Tay, pembantu di rumah Margariet mengakui dialah yang membunuh Angeline. Bahkan ia mengaku memperkosa bocah malang itu.

Sebuah alasan yang tak mudah dipahami masyarakat bahwa hanya Agus lah tersangka tunggal.

Tragisnya kematian Angeline sangat menyakitkan bagi Hamidah, ibu kandungnya. Di depan pintu kamar jenazah Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, ia tumpahkan jeritan hatinya.

Tapi Angeline takkan pernah kembali, meninggalkan dunia yang bengis kepadanya. Hamidah terus meratap apalagi tahu bahwa Margriet Megawe, ibu angkat Angeline dibebaskan polisi.

Kemiskinan seperti yang dialami keluarga Hamidah menjadi alasan utama memberikan anak yang baru dilahirkan pada orang lain seperti dalam proses adopsi. Sayangnya banyak proses adopsi formal yang tidak dijalankan.

Tetapi menyatakan legal atau tidak legal tentu saja tidak cukup. Peran pemerintah dan masyarakat tentu lebih diperlukan agar kasus Angeline angeline lain tidak terulang.

Dalam cuplikan video saat Angeline masih hidup, ada saat ia memainkan nada-nada di tuts piano. Nada yang dimainkan Angeline, hanya Angeline yang tahu.

Yang mungkin ia tidak tahu adalah mengapa ia tak bisa lagi memainkan tuts piano ini lagi. Kini ia sudah kembali ke pangkuan penciptanya.

Saksikan rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (14/6/2015), di bawah ini. (Nda/Ado)