Sukses

Karamah: Sejarah Baju Koko

Baju koko identik sebagai pakaian umat Islam di Indonesia, terutama untuk kegiatan ibadah.

Liputan6.com, Jakarta Baju koko telah menjadi bagian dari identitas umat Islam di Indonesia. Aneka model baju koko modern dikenakan dalam kegiatan-kegiatan ibadah. Baju koko juga kerap dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Bahkan di sekolah-sekolah Islam, baju koko menjadi salah satu seragam.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (30/6/2015), di bulan Ramadan terutama mendekati hari raya Idulfitri, baju koko makin banyak dicari. Model-model terbaru pun banyak ditawarkan di tempat-tempat penjualan baju koko.

Baju koko mulai marak dikenakan umat Islam di Indonesia pada tahun 1980-an, terutama ketika Pemerintah Orde Baru mulai membuka ruang ekspresi bagi kekuatan Islam.

Berbagai literatur sejarah menyebutkan, baju koko pada mulanya diadopsi warga Betawi dari baju sehari-hari warga Tionghoa, yakni baju tui-khim. Baju ini mulai dikenal saat warga Tionghoa berniaga di Indonesia. Hingga kemudian proses asimilasi budaya ini memunculkan baju koko modern yang menjadi pakaian khas umat Islam Indonesia.

Pemberian nama koko menurut budayawan Remy Sylado, dalam novel "Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah", karena pada mulanya baju ini dipakai oleh engkoh-engkoh, sebutan untuk lelaki Tionghoa.

Namun, budayawan Ridwan Saidi menolak versi ini. Menurut dia, proses munculnya baju koko yang memiliki kesamaan dengan baju Tionghoa sebenarnya adalah proses budaya yang universal, bukan karena saling mengadopsi.

Apapun latar belakang sejarahnya, baju koko kini telah menjadi identitas tersendiri, yakni pakaian khas Muslim di Indonesia. (Dan/Sun)